Share

Bab 130

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-01-16 21:21:11

Marina kembali menghampiri Juned dan Rini dengan langkah anggun. Senyumnya tetap lembut, namun kali ini ada kesan serius di wajahnya. Sebelum Marina sempat berbicara, Rini dengan cepat melangkah maju, mencoba mengambil kesempatan untuk berbicara lebih dulu.

“Marina,” kata Rini dengan nada memohon, “bolehkah aku meminta bantuanmu? Ini soal sesuatu yang sangat penting.”

Marina menatap Rini dengan penuh perhatian, kemudian pandangannya beralih ke Juned. Melihat ketegangan di wajah keduanya, ia menyadari bahwa situasinya tidak biasa. Tanpa bertanya lebih lanjut, ia mengangguk. “Baiklah. Mari kita bicara di tempat yang lebih tenang.”

Marina berbalik dan memimpin jalan, melewati lorong-lorong hotel yang megah. Juned dan Rini mengikutinya dengan langkah penuh kewaspadaan. Setelah beberapa menit berjalan, Marina membuka sebuah pintu yang mengarah ke sebuah ruangan pribadi.

Ruangan itu berukuran sedang, dengan sofa empuk dan meja kecil di tengahnya. Dekorasinya minimalis namun elegan, mencermi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tukang Pijat Super   Bab 131

    Saat sudah berada di ambang pintu ruangan, Marina berbalik arah kembali masuk dengan langkah tenang. Juned dan Rini yang masih saling pandang tak tahu harus berkata apa saat melihat Marina mendekat. Wajahnya terlihat serius kali ini, dan ada secercah ketegasan dalam suaranya."Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada beberapa orang yang harus kita pastikan keselamatannya terlebih dahulu," kata Marina sambil duduk kembali. "Aku butuh informasi tentang keberadaan seseorang bernama Novi, Vivi, dan juga Lilis serta Lastri."Juned langsung menjawab tanpa ragu. "Lilis dan Lastri ada di rumahku, aman. Mereka tidak dalam bahaya."Marina mengangguk, lalu memandang ke arah Rini. "Bagaimana dengan Vivi dan anakmu?"Rini terlihat cemas, menggigit bibir bawahnya. "Vivi dan Novi sedang ditahan di rumah Pak Slamet, kepala desa. Dia orang kepercayaan Anton dan sering melakukan apa pun yang Anton perintahkan."Marina mendengar penjelasan itu dengan ekspresi tenang, meskipun kedua matanya tampak menila

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 132

    Marina mengangguk dengan senyum yang masih tertempel di wajahnya. “Iya, memang. Kami sudah beroperasi cukup lama dan memiliki banyak proyek besar yang berjalan. Itu salah satu alasan kenapa aku bisa menangani Anton tanpa masalah.” Marina menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, sambil menatap Juned dengan tatapan tajam, seolah mengukur seberapa banyak yang sudah dia pelajari tentang Anton.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kamu adalah orang yang memiliki perusahaan sebesar itu,” kata Juned dengan terkejut, masih tidak bisa sepenuhnya mempercayai fakta tersebut.Marina tersenyum santai, seolah hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. “Bagi banyak orang, itu mungkin mengejutkan. Tapi bagiku, itu adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun. Dan kini, aku harus menghadapi pesaing baru yang bernama Anton. Dia pikir dia bisa menguasai pasar, tapi aku yakin aku punya lebih banyak cara untuk mengalahkannya.”Juned merasa terkesan dengan ketenangan Marina dalam menghadapi situasi seperti ini

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 133

    Rini yang sedari tadi hanya duduk di ruangan, akhirnya angkat bicara setelah hanya menjadi pendengar sejauh ini. Dengan nada yang penuh arti, ia menatap Juned sambil tersenyum. “Mas Juned, kamu nggak perlu khawatir soal ini. Tanpa kamu sadari, sebenarnya kamu punya kemampuan alami untuk membuat orang lain tertarik sama kamu.”Juned menoleh ke arah Rini dengan alis yang sedikit terangkat. “Apa maksudmu, Mbak Rini? Aku nggak pernah merasa seperti itu.”Rini tertawa kecil, lalu mendekati Juned. “Apa kamu lupa sudah banyak wanita yang mengagumimu saat ini?”Juned menghela napas, masih merasa skeptis. “Tapi aku gak merasa membuat mereka kagum. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa, jika mereka senang aku juga senang.”Marina menyela dengan santai, memanfaatkan momen itu untuk memperkuat keyakinan Juned. “Rini benar. Justru karena kamu nggak terlihat seperti pria korporat yang penuh tipu daya, itu akan menjadi keuntungan besar. Kamu akan terlihat tulus, dan itu yang akan membuat dia terta

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 134

    Marina memimpin rombongan ke sebuah ruangan yang ada di lantai bawah rumahnya. Begitu pintu ruangan itu dibuka, Juned tertegun. Ruangan itu sangat mewah, penuh dengan lampu neon warna-warni yang berkedip, sofa besar empuk, dan layar besar di dinding yang memutar daftar lagu karaoke. Di sudut ruangan, terdapat meja yang dipenuhi dengan camilan, minuman, dan beberapa botol anggur.Marina melangkah masuk dengan percaya diri, diikuti oleh Winda, Tari, dan Rini. Tari segera mengambil remote kontrol dan mulai menjelajahi daftar lagu. "Tempat ini adalah tempat favoritku di rumah Marina," katanya sambil tertawa. "Aku nggak pernah bosan."Juned, di sisi lain, hanya berdiri di pintu, tampak kebingungan. Dia menggaruk kepala dan mendekati Rini. "Aku nggak bisa nyanyi, Rini. Jadi buat apa aku ada di sini?"Rini menahan senyum. "Sudah, santai saja, Juned. Nggak ada yang maksa kamu nyanyi kalau nggak mau. Nikmati saja suasananya."Namun, Marina yang mendengar percakapan itu langsung menoleh. "Jun

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 135

    Juned tersentak, tapi ia tetap tenang. "Tari, kamu mabuk. Lebih baik kamu duduk di sana dan istirahat.""Aku nggak mabuk," balas Tari sambil terkekeh, meskipun jelas dari gerak-geriknya bahwa ia mulai kehilangan kendali. Ia memiringkan tubuhnya, kini kepalanya bersandar di bahu Juned. "Kamu itu terlalu kaku. Nggak apa-apa, rileks sedikit. Kita ini cuma bersenang-senang."Juned menoleh ke Marina yang duduk di sisi lain ruangan, berharap mendapatkan bantuan. Namun Marina hanya mengangkat gelas anggurnya sambil tersenyum tenang, seolah-olah tidak ingin ikut campur. Winda dan Rini juga tampak terlalu sibuk dengan tawa mereka sendiri."Tari, aku serius," Juned berkata dengan nada lebih tegas, tapi tetap menjaga suaranya rendah agar tidak mengganggu suasana pesta. "Kamu perlu menjaga sikapmu. Aku hanya di sini untuk membantu, bukan untuk hal lain."Namun Tari justru memeluk Juned, membuatnya semakin sulit untuk melepaskan diri tanpa menimbulkan keributan. "Juned, kamu baik sekali. Kamu bahk

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 136

    Juned hanya bisa duduk terpaku, tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan bertindak kasar. Namun, sebelum Winda melanjutkan aksinya, tubuhnya tiba-tiba melemah, dan ia terjatuh ke samping, pingsan karena mabuk.Juned menghela napas lega, tapi matanya langsung tertuju pada Marina dan Tari yang kini juga tampak setengah sadar, mencoba bernyanyi dengan suara yang sudah tidak jelas. Tidak lama kemudian, satu per satu dari mereka mulai pingsan, termasuk Rini. Suasana yang tadi penuh dengan tawa dan nyanyian kini berubah menjadi hening.Melihat mereka semua terbaring di lantai dan sofa, Juned menyadari bahwa ia tidak bisa membiarkan mereka begitu saja. "Ya Allah, ini benar-benar malam yang melelahkan," gumamnya sambil mengusap wajahnya.Dengan hati-hati, Juned mulai memindahkan mereka satu per satu ke kamar Marina yang besar. Ia mengangkat Winda lebih dulu, lalu kembali ke ruangan karaoke untuk membawa Marina, Tari, dan akhirnya Rini. Setelah memast

    Last Updated : 2025-01-17
  • Tukang Pijat Super   Bab 137

    Mata para wanita—Marina, Lilis, Lastri, Vivi, dan Rini—tertumbuk pada Juned. Mereka terdiam sejenak, lalu hampir serentak menunjukkan ekspresi kagum.“Ya ampun, Juned! Keponakanku Ganteng banget!” ujar Lilis dengan suara riang, tangannya menutup mulut seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Vivi mengangguk setuju. “Aku sampai nggak kenal tadi. Serius ini kamu Juned? Kayak model yang mau pergi ke gala dinner aja,” katanya sambil tersenyum lebar.Lastri menambahkan dengan nada menggoda. “Juned, kayaknya kalau ada perempuan yang lihat kamu kayak gini, mereka langsung naksir, deh.”Juned hanya tersenyum canggung, merasa sedikit kikuk dengan perhatian yang begitu besar dari mereka. “Ah, jangan bercanda kalian. Ini cuma karena pakaian yang terlihat bagus,” ucapnya merendah sambil menggaruk belakang kepalanya.Namun Marina, yang duduk di sofa dengan anggun, memberikan komentar yang berbeda. “Lihatlah, ini yang aku maksud. Penamp

    Last Updated : 2025-01-17
  • Tukang Pijat Super   Bab 138

    Pria itu tampak sedikit bingung dengan pertanyaan itu. “Perwakilan dari Anton Perkasa memang sudah tiba pagi ini, lebih awal dari jadwal semula. Dan mereka langsung diterima oleh Ibu Ratna.”Mendengar penjelasan itu, wajah Marina berubah. Sorot matanya menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Sementara Juned, yang berdiri di sampingnya, hanya bisa mengerutkan dahi, tak sepenuhnya memahami situasi.Tepat saat itu, Marina dan Juned melihat Ibu Ratna keluar dari ruangannya, berjalan menuju pintu utama bersama seorang pria muda. Pria itu mengenakan setelan jas hitam yang sempurna, rambutnya tersisir rapi, dengan senyum penuh percaya diri. Sosoknya begitu kharismatik, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terkesan.Marina memperhatikan pria itu dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian, dia berbisik kepada Juned, “Itu perwakilan dari Anton Perkasa. Tapi... sesuatu tidak beres di sini.”“Apa maksudmu?” tanya Juned bingung.“Seharusny

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 160

    Juned mengangguk. “Baik, Win. Kalau begitu, aku sarankan untuk membuka baju agar pijatannya lebih efektif.”Winda terlihat tanpa ragu, lalu bertanya, “Jilbabnya bagaimana, perlu dilepas juga?”Juned mempertahankan nada tenangnya. “Tidak perlu juga tidak apa-apa, Winda. Aku bisa menyesuaikan.”Winda mengangguk sambil tersenyum genit. “Baiklah, kalau begitu.”Dia membuka bajunya, menyisakan pakaian dalam dan jilbab yang masih dikenakannya. Juned mengambil kain penutup yang tak jauh darinya dan menutupi bagian tubuh Winda yang tidak sedang dipijat, menjaga profesionalitasnya.“Silakan tiduran tengkurap, Winda, biar aku mulai dari punggung dulu,” kata Juned.Winda mengikuti arahan Juned. Dia tampak nyaman, meskipun sesekali melirik pintu yang sedikit terbuka, memastikan suasana tetap aman dan terkendali. Juned mengoleskan minyak pijat di telapak tangannya dan mulai memijat punggung Winda dengan gerakan lembut namun bertenaga. Dia memusatkan perhatian pada otot-otot yang terasa kaku, men

  • Tukang Pijat Super   Bab 159

    Setelah menghabiskan waktu di wahana, Marina langsung mengarahkan mobilnya ke sebuah kompleks perumahan yang terlihat cukup elit. Sepanjang perjalanan, Juned hanya duduk diam sambil memikirkan apa yang akan terjadi. Marina, seperti biasanya, terlihat santai dan penuh percaya diri.“Ayo, Juned, jangan kelihatan gugup begitu,” kata Marina sambil tertawa kecil. “Winda orangnya ramah, kok. Dia nggak bakal bikin kamu canggung.”“Ramah? Atau terlalu ramah?” Juned mencoba melontarkan candaan untuk menutupi rasa gugupnya.Marina tersenyum tipis tanpa menjawab, hanya memusatkan perhatian pada jalan di depan. Tak lama kemudian, mereka tiba di depan sebuah rumah besar dengan desain modern. Marina mematikan mesin mobil dan berbalik ke arah Juned. “Kita sudah sampai. Jangan bikin aku malu, ya,” katanya sambil mengedipkan mata.Juned mengangguk pelan, lalu mereka berdua keluar dari mobil. Marina turun dari mobil lebih dulu, lalu mengetuk pintu rumah.Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, dan seor

  • Tukang Pijat Super   Bab 158

    Marina berbalik ke arah Juned dengan tertawa kecil sambil memandangnya. “Juned, aku dan suamiku punya hubungan yang... cukup unik. Kami menikah bukan karena cinta, tapi karena urusan bisnis keluarga. Jadi, baik aku maupun dia nggak pernah terlalu peduli soal kesetiaan atau urusan seperti ini.”Juned tampak bingung dengan jawaban itu. “Jadi... suamimu akan tahu kalau kamu...”Marina mengangguk sambil memotong ucapannya. “Aku yakin dia tahu, Juned. Lagipula, aku juga tahu pasti dia melakukan hal yang sama. Dia sering ke luar negeri untuk urusan bisnis, dan aku tahu dia punya wanita lain di sana. Kami tidak pernah mempermasalahkan itu.”Juned hanya terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Tapi... kenapa kamu tetap bertahan dalam pernikahan seperti itu?”Marina menarik napas panjang sebelum menjawab. “Karena aku nggak menikah untuk cinta, Juned. Pernikahan ini hanya sebuah perjanjian antara dua keluarga besar. Aku tahu ini mungkin terdengar aneh untukmu, tapi begitul

  • Tukang Pijat Super   Bab 157

    Suara mereka menggema di tengah ruangan itu, diredam oleh kebisingan aktivitas di luar. Hingga waktu berlalu tanpa terasa, mereka mencapai puncak kenikmatan yang seolah mampu menggenggam lautan.“Juned bagaimana kalau kita pergi ke taman hiburan hari ini?” Tanya Marina lirih sambil menutup keindahan tubuhnya dengan pakaiannya.Juned hanya mengangguk perlahan sambil memakai pakaiannya.“Nanti malam aku akan menemukanmu dengan Bu Ratna, pemilik PT Cakra Buana.” Lanjut ucap Marina.Juned langsung menoleh ke arah Marina dengan tatapan tajam. “Kenapa ada agenda bertemu dengan Bu Ratna?” Juned menunjukkan wajah bingungnya.Marina yang melihat wajah Juned justru malah tersenyum. “Dia ingin mencoba sesuatu dari kamu, untuk memastikan apa kamu layak membuka usaha di tempat ini.”Juned semakin bingung dia berdiri sambil menatap sekeliling ruangan di sana. “Aku tak mengerti maksudmu, Marina.”“Sudahlah jangan terlalu di pikirkan, kamu nikmati saja semua yang ada di depanmu. Yang penting s

  • Tukang Pijat Super   Bab 156

    Juned duduk di salah satu kursi di ruko itu, memandangi ruang kosong yang akan diubah menjadi tempat pijat. Wajahnya tampak penuh keraguan. Dia menghela napas panjang, mencoba mencerna semuanya.Marina yang memperhatikan raut wajah Juned langsung mendekat dan duduk di sampingnya. “Kamu masih ragu, ya?” tanyanya dengan nada lembut.Juned menunduk, mengangguk pelan. “Aku nggak tahu, Marina. Apa aku benar-benar bisa menjalankan tempat ini? Aku memang tahu cara memijat, tapi mengelola usaha seperti ini... aku nggak pernah punya pengalaman.”Marina tersenyum, menepuk bahunya dengan penuh keyakinan. “Dengar, Juned. Keahlian memijatmu itu luar biasa. Aku yakin banyak orang yang akan datang ke sini kalau kita buat tempat ini nyaman dan profesional. Yang penting kamu percaya diri dulu.”Juned mengangkat wajahnya, menatap Marina yang begitu yakin. “Tapi... semua ini terlalu besar buat aku. Bagaimana kalau aku gagal?”“Kalau gagal, kita bangkit lagi,” jawab Marina tegas. “Tapi aku yakin kamu ngg

  • Tukang Pijat Super   Bab 155

    Marina tersenyum tipis, mencoba tetap tenang. “Kami sedang melihat kemungkinan untuk menyewa ruko ini. Kamu siapa, ya?”Marko tertawa kecil, seolah mengejek. “Aku salah satu manajer di PT Cakra Buana, pemilik properti ini. Jadi, aku berhak tahu siapa yang tertarik untuk menggunakan tempat ini,” katanya dengan nada arogan.Juned memperhatikan Marko dengan tatapan datar. Dia tahu sifat Marko yang sombong dan suka meremehkan orang lain, tapi dia memilih untuk tidak menanggapi.Marko melanjutkan dengan nada sinis, “Jujur saja, aku nggak yakin kalian bisa bikin sesuatu yang sukses di tempat ini. Tempat ini butuh manajemen yang profesional, bukan... ya, kalian paham maksudku, kan?”Marina tetap tenang, meski nada Marko jelas-jelas merendahkan mereka. “Terima kasih atas masukannya. Kami sudah punya rencana yang jelas untuk tempat ini, dan kami yakin itu akan berhasil,” jawab Marina dengan tegas namun sopan.Marko mengangkat alis, seolah terkejut mendengar ketegasan Marina. “Oh, jadi kam

  • Tukang Pijat Super   Bab 154

    Marina tersenyum tipis. “Aku akan jelaskan nanti saat kita di jalan. Sekarang, habiskan makananmu dulu. Aku tunggu di luar.”Juned mulai memasukkan nasi ke dalam mulutnya, “Kamu gak ikut makan dulu, Mar. Biar aku bilang ke Siti untuk mengambilkan makanan buat kamu.”“Gak usah, Juned. Aku sudah sarapan tadi di rumah.” Kata Marina menolak dengan halus.Juned menatap Marina yang bangkit dari kursinya dan berjalan keluar rumah tanpa menjelaskan lebih jauh. Rasa penasaran mulai menguasai pikirannya, tetapi ia memilih untuk tidak banyak bertanya untuk saat ini.Setelah menghabiskan nasi gorengnya, Juned bergegas menuju kamar untuk bersiap-siap. Saat keluar, ia melihat Marina sedang berdiri di dekat mobilnya, menunggunya dengan sabar.“Kamu yakin ini penting?” tanya Juned saat ia menghampirinya.“Percaya saja padaku, Juned,” jawab Marina sambil membuka pintu mobil. “Ayo, masuk.”Juned masuk ke dalam mobil, dan Marina langsung menginjak pedal gas. Di sepanjang perjalanan, Marina tetap

  • Tukang Pijat Super   Bab 153

    “Mas, apa yang terjadi?” tanya Ratih sambil duduk di ranjang, kini Ratih mulai cemas.Juned menutup jendela kembali dan menatap Ratih. “Tadi aku lihat seseorang mengintip dari luar. Tapi sekarang dia sudah nggak ada.”Wajah Ratih langsung memucat. “Mas, jangan-jangan ada yang melihat kita berdua begituan tadi.”Juned menggeleng, masih mencoba memikirkan kemungkinan lain. "Aku nggak tahu. Bisa jadi seperti itu.”Ratih terlihat ketakutan, namun ia mengangguk pelan. “Mas, bagaimana kalau itu Mbak Siti atau Pak Darma?”Juned mendekat ke arah Ratih, lalu memeluk tubuh wanita itu dengan lembut. “Kamu tenang saja, aku yang akan menyelesaikan semua ini.”Dalam pelukan Juned, tubuh Ratih mulai tenang. Setelah mengetahui ada yang mengintip mereka berdua memilih untuk menghiraukan hal itu.“Mas Juned.” Kata Ratih dengan lirih.Juned menatap wajah manis Ratih dengan tatapan yang teduh. “Ada apa, Ratih?”“Barang kamu enak banget, Mas. Bolehkah aku tidur di kamarmu malam ini?” tanya Ratih y

  • Tukang Pijat Super   Bab 152

    Ratih berdiri mematung sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Namun, rasa penasaran dan sedikit gugup membuatnya tak bisa fokus pada pekerjaan membereskan meja makan. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya ingin Juned bicarakan dengannya malam ini.Ratih masuk ke kamar Juned dengan langkah ragu. Wajahnya memancarkan kecemasan yang sulit ia sembunyikan. Pintu kamar terbuka sedikit, namun Juned yang duduk di tepi tempat tidur dengan santai segera berkata, “Tutup pintunya, Ratih. Jangan lupa dikunci.”Dengan tangan yang gemetar, Ratih mematuhi perintah itu. Ia merasa aneh, namun tidak punya keberanian untuk menolak. Setelah pintu terkunci, ia berdiri di tempatnya, tak berani mendekat.Juned menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, lalu berkata, “Coba kamu berdiri di tengah ruangan. Aku mau lihat sesuatu.”Meski hatinya penuh kebingungan, Ratih melangkah ke tengah ruangan. “Mas, ada apa? Apa ada yang salah dari saya?” tanyanya dengan nada gugup.“Tidak, kamu nggak salah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status