Share

Bab 126

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-01-15 20:25:45

Saat pelayan datang membawa menu, Rini dengan santai memesan kopi dan roti panggang. “Mas mau pesan apa?” tanyanya sambil menatap Juned.

“Apa aja deh yang ringan,” jawab Juned singkat.

Setelah pelayan pergi, Rini menopang dagunya dengan tangan dan menatap Juned dengan tatapan penuh arti. “Nanti saat di acara kamu harus menuruti semua kemauanku, apapun itu kamu jangan menolak sedikitpun.”

Juned mengangguk pelan. “Baiklah, asalkan jangan meminta yang aneh. Aku juga masih belum tahu dengan rencanamu untuk melawan Anton.”

Rini tersenyum kecil. “Kamu gak perlu khawatir, dengan bantuan dari kawanku kita bisa membalikkan keadaan.”

Belum sempat Juned membalas ucapan Rini, seorang pelayan kembali menghampiri meja mereka sambil membawa hidangan yang telah dipesan.

“Silahkan mas, mbak.” Kata pelayan saat meletakkan hidangan di atas meja lalu pergi meninggalkan mereka.

Setelah pelayan itu pergi Juned terus menatap makanan yang tersaji di atas meja. “Apa kamu yakin temanmu itu bisa membantu?” ta
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tukang Pijat Super   Bab 127

    Suhu tubuh Juned yang mulai naik akibat luapan hasrat yang kian memuncak hanya bisa pasrah. Sementara itu Rini masih membelai tubuh Juned dan terus mencium leher Juned.Saat tangan Rini hendak membuka kancing celana Juned tiba-tiba terdengar suara orang yang memanggil.“Apa ada orang di dalam?”Mereka berdua langsung tersentak ketika mendengar ada orang yang sedang menunggu di luar.Rini akhirnya melepaskan pelukannya, tapi sebelum melangkah mundur, Rini berbisik di telinga Juned. “Pakai pakaian itu, aku tunggu di luar. Orang itu benar-benar bikin kecewa, ya.”Rini keluar dari ruang ganti sambil tersenyum puas, meninggalkan Juned yang masih terpaku di tempatnya. Dengan gemetar, Juned mencoba menguasai dirinya sebelum melanjutkan untuk mengenakan pakaian yang telah dipilih Rini. “Loh ini kan kamar ganti pria? Kenapa kamu di sini?” terdengar suara seorang pria yang sepertinya menegur Rini.Juned mencoba mengabaikan suara itu dan sesegera mungkin mengganti baju. Ketika dia keluar

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 128

    Juned memandang Rini yang sudah tampil anggun dengan gaun yang terlihat pas dengannya meski usianya sudah kepala empat. “Aku nggak tahu, Mbak Rin. Kayaknya aku bakal kelihatan aneh di sini.”Rini menepuk bahu Juned dengan lembut. “Kamu nggak perlu khawatir. Kamu terlihat keren. Lagipula, kamu cuma perlu berpura-pura jadi pasanganku hari ini.”Juned menghela napas panjang dan membuka pintu mobil. “Baiklah, aku ikut. Tapi aku masih nggak ngerti kenapa aku harus ada di sini.”Mereka berdua masuk ke dalam lobi hotel yang luas dan penuh dengan dekorasi elegan. Suara musik lembut mengalun di latar belakang. Beberapa orang melirik mereka saat mereka berjalan melewati kerumunan, tapi Rini tampak tidak terpengaruh.Saat mereka sampai di aula tempat acara berlangsung, Rini melingkarkan lengannya di lengan Juned, membuat pria itu sedikit kaku.“Santai saja,” bisik Rini sambil tersenyum. “Kamu Cuma perlu bersikap seperti pasangan romantis yang bahagia.”Juned mencoba tersenyum, meskipun dalam hat

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tukang Pijat Super   Bab 129

    “Kamu kenal dia?” tanya Rini.Juned tidak menjawab, matanya tetap terpaku pada Marina, wanita yang ternyata adalah penyelenggara acara tersebut. Ia tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Marina, wanita yang pernah ia sembuhkan dulu ketika sedang sakit dan tersesat di desanya.Sementara itu, Marina melangkah anggun ke tengah panggung, mengambil mikrofon, dan menyapa para tamu dengan suara yang lembut namun penuh wibawa. “Selamat malam semuanya. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk hadir di acara ini. Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari reuni ini.”Juned masih belum bisa mengalihkan pandangannya. Kenangan tentang Marina melintas di pikirannya—bagaimana dia menolong wanita itu dengan telapak tangan sakti yang ia dapatkan setelah memakan jamur ajaib. Saat itu, Marina hampir kehilangan harapan, dan ia berhasil menyembuhkannya.Setelah sambutan selesai, acara kembali dipenuhi dengan obrolan dan tawa. Namun, Juned tak lagi bisa fokus. Ia hanya duduk diam sambil

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 130

    Marina kembali menghampiri Juned dan Rini dengan langkah anggun. Senyumnya tetap lembut, namun kali ini ada kesan serius di wajahnya. Sebelum Marina sempat berbicara, Rini dengan cepat melangkah maju, mencoba mengambil kesempatan untuk berbicara lebih dulu.“Marina,” kata Rini dengan nada memohon, “bolehkah aku meminta bantuanmu? Ini soal sesuatu yang sangat penting.”Marina menatap Rini dengan penuh perhatian, kemudian pandangannya beralih ke Juned. Melihat ketegangan di wajah keduanya, ia menyadari bahwa situasinya tidak biasa. Tanpa bertanya lebih lanjut, ia mengangguk. “Baiklah. Mari kita bicara di tempat yang lebih tenang.”Marina berbalik dan memimpin jalan, melewati lorong-lorong hotel yang megah. Juned dan Rini mengikutinya dengan langkah penuh kewaspadaan. Setelah beberapa menit berjalan, Marina membuka sebuah pintu yang mengarah ke sebuah ruangan pribadi.Ruangan itu berukuran sedang, dengan sofa empuk dan meja kecil di tengahnya. Dekorasinya minimalis namun elegan, mencermi

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 131

    Saat sudah berada di ambang pintu ruangan, Marina berbalik arah kembali masuk dengan langkah tenang. Juned dan Rini yang masih saling pandang tak tahu harus berkata apa saat melihat Marina mendekat. Wajahnya terlihat serius kali ini, dan ada secercah ketegasan dalam suaranya."Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada beberapa orang yang harus kita pastikan keselamatannya terlebih dahulu," kata Marina sambil duduk kembali. "Aku butuh informasi tentang keberadaan seseorang bernama Novi, Vivi, dan juga Lilis serta Lastri."Juned langsung menjawab tanpa ragu. "Lilis dan Lastri ada di rumahku, aman. Mereka tidak dalam bahaya."Marina mengangguk, lalu memandang ke arah Rini. "Bagaimana dengan Vivi dan anakmu?"Rini terlihat cemas, menggigit bibir bawahnya. "Vivi dan Novi sedang ditahan di rumah Pak Slamet, kepala desa. Dia orang kepercayaan Anton dan sering melakukan apa pun yang Anton perintahkan."Marina mendengar penjelasan itu dengan ekspresi tenang, meskipun kedua matanya tampak menila

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 132

    Marina mengangguk dengan senyum yang masih tertempel di wajahnya. “Iya, memang. Kami sudah beroperasi cukup lama dan memiliki banyak proyek besar yang berjalan. Itu salah satu alasan kenapa aku bisa menangani Anton tanpa masalah.” Marina menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, sambil menatap Juned dengan tatapan tajam, seolah mengukur seberapa banyak yang sudah dia pelajari tentang Anton.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kamu adalah orang yang memiliki perusahaan sebesar itu,” kata Juned dengan terkejut, masih tidak bisa sepenuhnya mempercayai fakta tersebut.Marina tersenyum santai, seolah hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. “Bagi banyak orang, itu mungkin mengejutkan. Tapi bagiku, itu adalah hasil dari kerja keras bertahun-tahun. Dan kini, aku harus menghadapi pesaing baru yang bernama Anton. Dia pikir dia bisa menguasai pasar, tapi aku yakin aku punya lebih banyak cara untuk mengalahkannya.”Juned merasa terkesan dengan ketenangan Marina dalam menghadapi situasi seperti ini

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 133

    Rini yang sedari tadi hanya duduk di ruangan, akhirnya angkat bicara setelah hanya menjadi pendengar sejauh ini. Dengan nada yang penuh arti, ia menatap Juned sambil tersenyum. “Mas Juned, kamu nggak perlu khawatir soal ini. Tanpa kamu sadari, sebenarnya kamu punya kemampuan alami untuk membuat orang lain tertarik sama kamu.”Juned menoleh ke arah Rini dengan alis yang sedikit terangkat. “Apa maksudmu, Mbak Rini? Aku nggak pernah merasa seperti itu.”Rini tertawa kecil, lalu mendekati Juned. “Apa kamu lupa sudah banyak wanita yang mengagumimu saat ini?”Juned menghela napas, masih merasa skeptis. “Tapi aku gak merasa membuat mereka kagum. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa, jika mereka senang aku juga senang.”Marina menyela dengan santai, memanfaatkan momen itu untuk memperkuat keyakinan Juned. “Rini benar. Justru karena kamu nggak terlihat seperti pria korporat yang penuh tipu daya, itu akan menjadi keuntungan besar. Kamu akan terlihat tulus, dan itu yang akan membuat dia terta

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tukang Pijat Super   Bab 134

    Marina memimpin rombongan ke sebuah ruangan yang ada di lantai bawah rumahnya. Begitu pintu ruangan itu dibuka, Juned tertegun. Ruangan itu sangat mewah, penuh dengan lampu neon warna-warni yang berkedip, sofa besar empuk, dan layar besar di dinding yang memutar daftar lagu karaoke. Di sudut ruangan, terdapat meja yang dipenuhi dengan camilan, minuman, dan beberapa botol anggur.Marina melangkah masuk dengan percaya diri, diikuti oleh Winda, Tari, dan Rini. Tari segera mengambil remote kontrol dan mulai menjelajahi daftar lagu. "Tempat ini adalah tempat favoritku di rumah Marina," katanya sambil tertawa. "Aku nggak pernah bosan."Juned, di sisi lain, hanya berdiri di pintu, tampak kebingungan. Dia menggaruk kepala dan mendekati Rini. "Aku nggak bisa nyanyi, Rini. Jadi buat apa aku ada di sini?"Rini menahan senyum. "Sudah, santai saja, Juned. Nggak ada yang maksa kamu nyanyi kalau nggak mau. Nikmati saja suasananya."Namun, Marina yang mendengar percakapan itu langsung menoleh. "Jun

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 235

    “Aneh... kenapa dia begitu menarik sekarang?” Gumam Juned dalam hatinya.Juned menatap Tania beberapa detik lebih lama, seolah mencoba membaca pikirannya. Tapi tak ada yang bisa dia tangkap dari ekspresi wanita itu selain ketegasan yang membuatnya semakin penasaran.Tanpa berkata apa-apa lagi, Juned berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Tania sendirian dalam lamunannya. Tania menghela napas panjang, menatap punggung Juned yang semakin menjauh.Angin berembus pelan, membuat helaian rambut Tania sedikit berantakan. Dia menggigit bibir, mencoba menyingkirkan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hatinya.“Kenapa aku harus peduli?” pikirnya dalam hati.Tapi bayangan Juned yang berjalan pergi tetap melekat dalam benaknya, membuatnya tak bisa benar-benar mengabaikan perasaan yang baru saja muncul itu.“Apa kamu masih akan melamun terus, kak?”Suara Alisa sedikit mengejutkan Tania yang sempat terbuai dalam lamunan.“Kamu mau ke mana, Alisa?” Tanya Tania sesaat setelah menoleh ke a

  • Tukang Pijat Super   Bab 234

    Alisa menepuk bahu Juned dengan penuh semangat. “Mas, kenapa nggak mulai pijat lagi aja? Ini kan keahlian Mas Juned. Daripada bingung mau ngapain, kan lebih baik buka pijat lagi di kehidupan baru ini?”Juned terdiam, tampak mempertimbangkan saran itu. “Aku memang suka memijat, dan itu satu-satunya yang paling aku kuasai...”Namun, sebelum Juned bisa melanjutkan kata-katanya, Tania langsung menyela dengan nada datar, “Menurutku nggak perlu.”Alisa menoleh cepat ke arah kakaknya, matanya menyipit curiga. “Lho, kenapa, Kak? Bukannya itu hal yang bagus?”Tania tetap berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang. “Aku Cuma mikir... mungkin Juned bisa mencoba hal lain. Nggak harus balik ke dunia pijat.”Alisa tersenyum licik, seperti baru saja menemukan sesuatu yang menarik. “Atau... Kakak sebenarnya nggak mau Mas Juned mijat orang lain?”Tania langsung merasakan wajahnya memanas, tapi dia tetap berusaha bersikap biasa saja. “Bukan itu alasannya.”Namun, Alisa tak begitu saja percaya. Dia bersa

  • Tukang Pijat Super   Bab 233

    Alisa menyilangkan tangan di dadanya dan tersenyum kecil. “Akhirnya kamu mulai berpikir lebih jernih.”Tania yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Juned, kamu tidak harus memaksakan diri untuk mencari orang yang tidak menginginkanmu.”Juned menoleh ke arah Tania, memperhatikan wajahnya dengan lebih saksama. Ada sesuatu di dalam tatapan Tania yang belum pernah ia perhatikan sebelumnya—sebuah kehangatan yang selama ini mungkin ia abaikan.“Jadi... apa yang harus kulakukan sekarang?” tanyanya pelan.Alisa tertawa kecil dan menepuk bahu Juned. “Itu pilihanmu, Mas. Tapi kalau kamu tanya aku... aku akan bilang tetaplah di sini. Jangan ke mana-mana. Ada seseorang yang lebih pantas untuk kamu hargai di rumah ini.”Juned kembali menatap Tania, dan kali ini, hatinya mulai mempertimbangkan sesuatu yang selama ini tidak pernah ia pikirkan.Juned mengalihkan pandangannya menatap Alisa dengan raut bingung. “Kenapa kamu bisa tahu semua tentang aku? Bahkan hal-hal yang aku sendiri baru sada

  • Tukang Pijat Super   Bab 232

    Mereka bertiga duduk di ruang tengah, dengan secangkir teh di depan masing-masing.Juned mengerutkan kening, mencoba menggali ingatan terakhir yang masih terasa kabur di kepalanya. Seolah ada sesuatu yang penting, sesuatu yang begitu emosional, namun belum sepenuhnya jelas.Perlahan, bayangan tentang seseorang muncul di benaknya. “Apa benar kalau tante Lilis sudah meninggal?”Tania menganggukkan kepalanya perlahan. “Hal itulah yang membuatmu menjadi depresi, Juned.”Juned terdiam, napasnya sedikit berat. Ia mulai mengingat saat terakhir bersama Lilis, dan bagaimana wanita itu menghilang dari hidupnya. “Mas Juned harus merelakan apa yang sudah terjadi.” Sahut Alisa dengan serius.Tiba-tiba, amarah menyala di matanya. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal. “Anton...” gumamnya pelan, namun penuh kebencian.Tania dan Alisa yang sedari tadi memperhatikan perubahan ekspresi Juned saling bertukar pandang.“Apa kamu akan kembali membalas dendam kepada Anton?” tanya Tania dengan nad

  • Tukang Pijat Super   Bab 231

    “Ju... Juned?” Tania berbisik, masih belum bisa memproses apa yang baru saja terjadi.Juned perlahan menarik diri, matanya yang sebelumnya kosong kini tampak lebih hidup. Ada kebingungan di wajahnya, tetapi juga ketenangan yang sebelumnya tidak ada.“Bukankah kamu... Tania?” tanya Juned dengan suara lembut, seperti seorang anak kecil yang baru saja bangun dari tidur panjang.Tania terdiam, hatinya mencelos. Ini pertama kalinya setelah sekian lama Juned berbicara dengan nada normal—bukan gumaman tak jelas atau ocehan seperti orang kehilangan akal.“Apa kau sudah mengingatku?” Tania sedikit tersenyum lega.Juned mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah baru menyadari sesuatu. Tatapannya menyapu tubuh Tania yang masih mengenakan handuk, lalu ia tersenyum lembut."Oh, Kenapa kamu hanya memakai handuk?" katanya santai. "Biasanya wanita yang hanya memakai handuk ingin aku untuk menidurinya. Apa kamu juga mau, Tania?"Tania membeku. Jantungnya kembali berdegup kencang, bukan hanya karen

  • Tukang Pijat Super   Bab 230

    Tania keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit tubuhnya. Rambutnya yang basah meneteskan air ke lantai saat dia berjalan ke ruang tamu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan yang mengejutkan—Alisa sedang duduk sangat dekat dengan Juned, wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.“Hei! Apa yang kamu lakukan?!” suara Tania meninggi, membuat Alisa langsung menoleh dengan ekspresi terkejut.Alisa mengerjapkan mata, seolah baru saja kembali dari dunia lain. Dia masih bisa merasakan ingatan Juned yang mengalir dalam kepalanya, tetapi kini perhatian Tania sepenuhnya tertuju padanya.“Jangan bilang kamu mau ciuman sama Juned?!” lanjut Tania dengan nada curiga.Alisa terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa kecil. “Kakak ini mikirnya aneh-aneh saja.” Dia berdiri dan mengibaskan tangannya di udara. “Aku Cuma... ya, mencoba sesuatu.”Tania menatap adiknya dengan tajam. “Mencoba sesuatu apa?”Alisa menatap kakaknya dengan penuh kesabaran. "Kak, serius deh. Ak

  • Tukang Pijat Super   Bab 229

    Tania yang sudah memegang gagang pintu tiba-tiba terhenti saat mendengar ucapan Alisa. Matanya membelalak seketika, dan dia menoleh dengan ekspresi setengah terkejut, setengah kesal.“Al, kamu ngomong apa sih?” tanyanya dengan nada tajam.Alisa hanya tersenyum jahil dan berjalan mendekat dengan santai. “Ya, aku Cuma ngomong kenyataan aja, Kak. Aku lihat Kakak masih ragu tidur sama Mas Juned, kan? Kenapa gak menikah aja sekalian? Biar kakak bebas melakukannya dan tidak ada ketakutan jika Mas Juned direbut orang lain.”Tania mendengus, jelas-jelas merasa terganggu dengan godaan adiknya. “Al, denger ya. Aku bukan takut Juned direbut siapa-siapa. Aku cuma gak mau melakukannya jika dia dalam kondisi kayak gini.”“Hmmm… kalau gitu, Kakak pasti juga gak keberatan kalau ada wanita lain yang mau melakukannya sama Mas Juned, ya?” Alisa melipat tangan di dadanya, matanya menatap Tania penuh tantangan.Tania membuka mulut, ingin membantah, tapi tiba-tiba terdiam. Ada sesuatu di dalam dadanya yan

  • Tukang Pijat Super   Bab 228

    Namun, tepat sebelum bibirnya menyentuh wajah Juned, suara keras terdengar dari belakang.“EHEM!! Kakak ngapain?!”Tania tersentak kaget dan langsung menjauh dari Juned, wajahnya memerah seketika. Ia menoleh dan melihat Alisa berdiri di ambang pintu dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu, tangannya menyilang di dada.“J-Jangan ngagetin gitu dong!” Tania berusaha menutupi rasa malunya.Alisa menaikkan alis, lalu tersenyum penuh arti. “Aku sih gak masalah kalau kakak mau nyium Mas Juned, tapi kok gak bilang-bilang? Kan bisa aku rekam buat kenang-kenangan!” godanya sambil terkikik.Tania menghela napas panjang, lalu berdiri dan berjalan menjauh dari Juned. “Aku gak ngapa-ngapain, Alisa! Sudahlah, kita harus siap-siap buat sarapan.”Tania berjalan menuju dapur dengan langkah cepat, berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian barusan. Ia membuka lemari dapur dan mengambil beberapa bungkus mi instan.“Mau rasa apa, Al?” tanyanya tanpa menoleh.“Yang pedas dong, Kak!” sahut Alisa sambil du

  • Tukang Pijat Super   Bab 227

    “Aku tidak yakin…” ujar Tania ragu.Alisa tersenyum jahil, lalu dengan nada menggoda, ia berkata, "Saat tadi aku melihat ingatan Mas Juned, tidak ada wanita yang menolak kejantanannya. Sepertinya Aku juga tidak menolak, kok."Tania langsung menatap tajam adiknya. "Jangan macam-macam, Alisa!"Alisa terkikik. "Ya sudah, kalau Kakak masih ragu, nggak usah dipaksa. Tapi ingat, kalau Mas Juned tetap seperti ini, itu artinya Kakak sendiri yang menyerah tanpa mencoba semuanya."Tania menggigit bibirnya. Dia tidak suka kalah, terutama dalam sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai polisi dan antiquary.Tania menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap adiknya dengan tegas.“Sudah malam, Alisa. Lebih baik kamu tidur,” ujarnya.Alisa masih duduk di sofa ruang tengah dengan wajah penuh rasa ingin tahu, seolah ingin melihat bagaimana kelanjutan rencana kakaknya. “Aku masih penasaran, Kak,” kata Alisa sambil tersenyum jahil. “Tapi baiklah, aku tidur dulu.”Tania melipat tangan di

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status