"Pa, Pa! Papa kenapa? Bangun, Pa!" Patricia tidak henti-hentinya menggoyangkan badan Reynard."Dasar, papamu ini, mungkin dia salah minum. Aku sadar papamu bangun di tengah malam, tai aku tidak memerhatikan. Tiba-tiba ada suara terjatuh, papamu sudah begini ternyata," jelas Yolanda sedikit khawatir.Felix mengamati Reynard. Dia kehabisan kata-kata melihat Reynard lagi-lagi berpura-pura. Aneh sekali cara laki-laki itu mengawasi mereka."Cepat panggil ambulans. Biar aku yang angkat Papa turun," kata Felix dengan ekspresi khawatir. Karena kedua orangtua Patricia ingin beradu akting, dia pun ikut melakukannya.Pada saat itulah, Reynard menarik napas panjang, hidungnya yang tersumbat membuat getaran yang menimbulkan suara mengorok. Beberapa saat kemudian, laki-laki itu mengembuskan napas panjang.Sepertinya Reynard hanya terlelap saja."Dasar orang tua ini. Kita sudah khawatir setengah mati, tapi ternyata cuma tidur. Cepat bangun sekarang juga!" seru Yolanda kepada suaminya.Dalam sekejap,
Patricia terkejut. Tidak banyak minum? Apa artinya ini? Dia mengusap keningnya, lalu teringat perkataan Felix mengenai ayahnya tidak banyak minum. Apakah ini berarti, ayahnya baru saja berakting untuk membohonginya?"Maksudnya ... b-barusan mereka pura-pura? Untuk mengecek kita?" tanya Patricia tak percaya."Kalau tidak, mengapa mereka tidak langsung memanggil ambulans dan malah mencari kita terlebih dahulu? Kemudian ayahmu bangun setelah aku menelepon ambulans?" Felix menghela napas, lalu melanjutkan, "Aku kira kamu akan tiba-tiba berpikir untuk menghentikan mereka melakukan hal bodoh ini, tapi rupanya aku berpikir terlalu jauh."Patricia sedikit malu mendengar ucapan itu. "Maaf, sekarang aku sudah tidak mengantuk lagi. Lalu ... sekarang apa yang harus kulakukan?""Sekarang ... aku mau berganti pakaian dan langsung pergi. Nanti bilang saja kamu yang mengusirku."Untuk sesaat, Patricia terdiam. "Kamu yakin?" tanyanya ragu. "Kalau begitu bukankah nanti orangtuaku akan mencari alasan unt
Pada saat ini, Reynard pun ikut khawatir. Jika mereka sampai bertengkar hanya karena masalah ini. Sia-sialah usahanya berakting dan mereka malah dirugikan."Felix diusir Patricia. Aku suruh mereka cepat berdamai, tapi putrimu itu bilang besok saja karena kalau hari ini nanti Felix salah paham. Lihat seberapa buruk dampak idemu ini?" ucap Yolanda kesal.Reynard terkejut sesaat. "Sayang, bukannya kamu yang memintaku melakukan ini? Kamu yang membangunkanku saat aku sedang tertidur pulas. Kenapa sekarang malah menyalahkanku?""Memang salahmu. Sifat putrimu juga sama denganmu!"Reynard kehabisan kata-kata. Kalimat istrinya menggambarkan secara jelas seperti apa putrinya.Keesokan paginya, Felix, Mischa, dan Alice berangkat ke kampus bersama-sama. Kapan Felix pulang ke rumah adalah sebuah misteri. Yang mereka tahu hanyalah semalam laki-laki itu tidak pulang, tapi paginya tiba-tiba muncul dari kamarnya."Kamu pulang jam berapa semalam?" tanya Mischa."Aku tidak tahu, tapi cukup larut. Aku mas
Pasrah, petugas keamanan itu pun mengangguk tanpa suara.Tidak ada pilihan lain, lawan bicaranya adalah seorang Tuan Muda.Sore itu, Felix menerima telepon tak lama setelah selesai ujian."Halo?""Felix! Hahaha! Kamu masih mengingatku?" tanya Winfield."Pak Tua berjenggot putih?" tanya Felix ragu."Hahaha! Benar, ini aku. Apa kabar?" tanya Winfield lagi."Awalnya aku biasa saja, tapi berubah saat tahu siapa yang menelepon. Kenapa secepat ini mencariku? Ada tugas merepotkan apa lagi?" tanya Felix."Memang sedikit merepotkan, tapi tidak berlebihan untuk seorang Felix. Aku menemukan sebuah reruntuhan di pulau tak berpenghuni. Waktu itu semua orang mau mengklaim lokasi itu dan tidak ada yang mampu menghentikan mereka. Untuk sementara, tempat itu menjadi milik bersama. Pada akhirnya kontestan dari Kompetisi Pelindung Internasional akan mengikuti ekspedisi bersama."Oh, berarti tidak ada hubungannya denganku, 'kan?" tanya Felix.Winfield menghela napas.Kira-kira bagaimana? Kamu hanya merasa
Tak lama kemudian, Mischa yang masih berada di kelas menerima pesan singkat dari Felix.[Ada petugas keamanan di sini yang mengajakku minum teh. Jangan panik. Akan ada yang menyelamatkanku nanti.]Pesan ini membuat Mischa bertanya-tanya. Apakah Felix dalam masalah? Mengapa dia tidak membiarkannya menolong? Setelah berpikir sesaat, Mischa akhirnya menaruh kembali ponselnya. Bagaimana pun juga, Felix menyuruhnya untuk tetap tenang. Tidak akan ada yang terjadi!Dua puluh menit berikutnya, saat Felix tiba di Kantor Provinsi Biro Keamanan Publik. Artinya, pihak itu pasti memiliki latar belakang tidak biasa.Beberapa menit berikutnya, petugas keamanan membawa Felix ke ruangan berbeda. Ada lima petugas keamanan yang menunggunya di sana, masing-masing membawa tongkat besi.Setelah dirantai di kursi, petugas keamanan yang menggiringnya masuk memandang orang-orang di depannya dan berkata, "Kuserahkan pada kalian!" Petugas itu lalu berbalik badan dan pergi. Sementara petugas lainnya mendekat deng
"Perintah Tuan Muda pasti akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin. Tunggu sampai Bos Besar tiba, lalu Anda ....""Tenang saja, aku akan membuat ayahku mengingatmu, tapi soal ini ...." Cervin berhenti berbicara, memandang sosok kapten di sebelahnya."Tenang saja, semua tuduhan atas bocah itu valid. Saya sendiri yang mengaturnya. Saat waktunya tiba nanti, dia akan melawan petugas keamanan dan kita bisa membunuhnya secara 'tidak sengaja'.""Bagus! Bagus sekali!"Cervin mengangguk puas. Dia tidak tahu ada kehancuran besar yang tak terhindarkan menantinya di balik layar."Apakah Tuan Muda ingin melihat kondisi tragis bocah itu?" tanya si kapten."Boleh!" Cervin segera bangkit dan melangkah menuju ruang interogasi.Saat pintu ruang interogasi terbuka, Cervin dan Kapten Moore Howard langsung melongo.Felix tampak duduk tanpa cela di kursi interogasi. Borgol di tangannya utuh tanpa goresan sedikit pun. Bahkan bajunya pun mulus tanpa satu pun kerutan. Sementara lima petugas keamanan yang ting
Tiba-tiba, tubuh Felix mengeluarkan Energi Semu Tingkat Tujuh. Moore sampai merasakan tekanan yang begitu besar memojokkannya dari segala arah. Tanpa sadar, kakinya melemah dan dia pun berlutut di lantai."Kapten Moore, kelakuanmu ini tidak mencerminkan identitasmu sebagai seorang petugas keamanan!" seru Cervin dengan dahi mengerut. Sepertinya, informasi yang dia dapatkan mengenai Felix meleset jauh. Saat ini dia perlu mengorbankan Moore untuk bisa menyelamatkan diri. Dia akan mengurus Felix di lain waktu!Moore tidak tahu apa yang harus dia katakan. Memangnya dia mau berlutut? Mau berdiri saja tidak bisa!"Sebagai seorang petugas keamanan, kamu menangkap seseorang tanpa alasan. Di mana surat perintah penangkapannya?" tanya Cervin.Moore lagi-lagi terkejut. Bocah itu berniat mengorbankan dirinya? Sialan! Biasanya dia bisa mengendus siasat busuk seseorang, tapi mengapa kali ini dia tidak bisa melakukannya? Staf Pelindung sudah mengelilingi gedung itu. Bahkan tank pun telah bersiaga. Kal
Yuda terkejut. Pak Tua? Felix memanggil Winfield 'Pak Tua'? Siapa sebenarnya Felix ini?Sebelum Winfield mulai berbicara, Duma menyempil masuk ke dalam jangkauan kamera sambil memandang Felix kecewa. "Heh, bocah, kamu sengaja melakukannya?"Felix berkedip, melirik borgol di tangannya sesaat, lalu kembali memandang layar ponsel. "Aku segila itu, sengaja membuat diri sendiri tertangkap?""Bagaimana mereka bisa menangkapmu? Memangnya aku tidak tahu kekuatanmu?" tanya Duma."Oh, kalau begitu nanti aku bisa menghajar siapa pun yang menangkapku lalu menggunakan namamu?""Kapan aku bilang begitu?" tanya Duma kaget."Karena mereka tidak bisa menangkapku, jadi aku sengaja membiarkan mereka menangkapku. Bukankah ini yang maksud dari logikamu?"Mulut Duma terbuka, tak tahu apa yang harus berbicara apa."Hahaha, bocah ini sama persis seperti gurunya. Cepat pergi ke Zhongzhou, orang-orang banyak ini menunggumu!" ucap Winfield tersenyum."Ini tidak bisa dibiarkan. Aku pergi begitu saja karena perint