“Aaakkkk! Tidak!” rintih Belphegor. Badannya terasa panas, dia merasakan efek terbakar dari ujung kepala sampai ujung kakinya.
Terlihat pusaran angin berwarna merah; sebagai hasil dari penggabungan skill dan elemen milik Arya dan Angel. Pusaran itu langsung mengarah pada pohon kitos. Si jago merah melahap dan menghanguskan pohon kitos. Efeknya menjadi dahsyat karena ada angin yang bertiup kencang, membuat kobaran api itu semakin besar. Efek dari penggabungan skill itu sangat efektif.
Pohon kitos perlahan berubah warna menjadi hitam, lalu batangnya yang besar itu mengering dan akhirnya benar-benar mati. Begitupun dengan Belphegor, sang kemalasan yang terkait dengan pohon tersebut.
Setelah iblis itu merintih dan berteriak beberapa kali, perlahan HP miliknya semakin berkurang. Efek ilusinya pun menghilang. Para pemain yang tadi terpengaruh oleh serangannya, perlahan mulai tersadar.
“Sialan bocah ingusan! Jangan harap kalian bisa keluar dari
Satu hari tanpa misi apa pun, bahkan para pemain ini diberi fasilitas yang bagus. Kemarin mereka—para pemain diarahkan ke sebuah desa. Di sana banyak NPC yang melayani mereka; memberikan fasilitas tempat tinggal dan makan selama satu hari. Hari itu mereka benar-benar diberi waktu untuk beristirahat.Arya tidak tinggal diam, dia mencoba mencari informasi tentang game yang sedang dia mainkan secara misterius. Dia mencoba menguping dari beberapa pemain lain, sesekali dia nekad menanyai para NPC. Namun, tetap tidak ada informasi yang pasti. Para pemain hanya bisa menebak, sedangkan para NPC semua bungkam.“Kira-kira misi selanjutnya apa, ya?” tanya Idun, mengingat hari sudah berganti dan pasti mereka akan segera mendapatkan misi.Arya menggeleng. Walau dia memiliki sebuah asumsi, tapi dia tak ingin mempercayai dugaannya.“Menurutmu, Angel?” Idun bertanya pada Angel. Sudah seharian ini gadis itu bersama dengan mereka berdua. Seper
“Enam pemain? Dan pilih dengan aura yang berbeda?” Arya bergumam, dia masih belum mengerti dengan perintah tersebut.[Klik lanjutkan untuk memulai misi.]Jadi, ini misi baru untuk Arya? Membuat sebuah tim yang terdiri dari tujuh orang, termasuk dengan dirinya. Menarik, Arya sedikit tertantang. Sepertinya siapa pun yang mendapatkan tawaran sebagai leader tidak bisa untuk menolaknya. Buktinya Arya tidak melihat opsi lain selain ‘lanjutkan’. Jadi, mau tidak mau mereka harus menerimanya.Lagi pula Arya pasti menerima hal ini, baginya menjadi leader sebuah tim bukan hal yang baru untuknya. Di dunia nyata, dia sendiri adalah ketua tim dari game MOBA yang sudah berdiri selama dua tahun. Dia ingat bagaimana dirinya merintis tim tersebut, bersama dengan Hildan, teman sekaligus sepupunya.Namun, seketika Arya merasa panas, ketika mengingat Hildan. Pasalnya, sepupunya itu termasuk ke dalam list ‘orang terkasi
Arya mengernyitkan dahinya, dia merasa heran karena Idun sangat terkejut saat bertemu dengan Dida. Makanya dia langsung menoleh ke arah Idun. Namun, saat Dida memanggil namanya, Arya kembali mengalihkan pandangannya pada Dida.“Oh, Kak Dida kamu sendirian di sini? Maksudnya nggak ada satu pun pemain yang kakak kenal atau dekat?” tanya Arya to the point.Dida menggeleng. Sesekali matanya itu melirik ke arah Idun yang masih terkejut saat melihat sosok Dida. Dia tersenyum canggung, seperti sedang merasakan sebuah kekhawatiran.“Jadi dari awal Kak Dida sendirian?” tanya Arya lagi.Dida mengangguk. “Pemain yang aku kenal di sini cuman kamu. Dari awal aku emang sendirian, makanya cuman bisa sembunyi,” jawab Dida, dia tersenyum kecut.“Aah ….” Arya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Pantas saja perempuan itu terlihat sangat ketakutan. Padahal skill yang dimilikinya cukup bagus. Tinggal diarahka
Setelah berkeliling mencari anggota sekitar empat jam, akhirnya Arya bisa mendapatkan dua pemain tambahan. Mereka adalah Firman, dengan aura berwarna merah muda, dan Reza dengan aura berwarna merah. Ya … kalau boleh jujur, sebenarnaya Firman bukanlah pilihannya. Namun, karena pemain pilihannya sudah terkunci dan direkrut oleh anggota lain, dan Arya beberapa kali gagal merekrut karena auranya yang sama dengan pemain yang sudah direkrutnya. Akhirnya saat dia berpapasan dengan Firman—yang memiliki aura berbeda dan jobclass yang dia inginkan, tanpa basa-basi Arya langsung merekrutnya. “Thanks, ya, Bang, kalian udah mau bergabung di tim saya,” ucap Arya pada Firman dan Reza. Walau begitu Arya sebenarnya sempat putus asa saat mencari anggota timnya. Karena ternyata tidak semudah yang dia bayangkan; mencari anggota dengan aura yang berbeda dan jobclass yang berbebda. Memang jobclass bukanlah syarat, tapi Arya tahu misi kedepannya akan sulit. Dia butuh tim yang bisa
“Bapak mencari leader yang kuat?” Arya menghampiri pria jangkung dan berkharisma itu.Jika tadi Arya tak salah dengar, di kehidupan nyata pria itu adalah seorang direktur perusahaan. Sepertinya laki-laki itu tidak berbohong. Terlihat dari pembawaan dan visual-nya yang mendukung bahwa dia adalah seorang pemimpin perusahaan. Walau untuk seumurannya masih sangat muda.“Siapa kamu anak kecil?” Pria itu mengernyitkan dahi dan menatap Arya dengan tatapan meremehkan.“Perkenalkan saya Arya. Salah satu pemain yang ditunjuk menjadi leader dalam misi selanjutnya,” ucap Arya. Ia mengulurkan tangan kanannya, hendak berjabat tangan dengan pria tersebut.Pria itu menyidik anak laki-laki di hadapannya. Matanya itu memindai postur tubuh Arya dari atas sampai bawah. “Bahahahaha!” Dia tertawa terbahak-bahak. Bahkan tangan kanannya itu memegang perutnya sendiri.Arya menarik sebelah alisnya, lalu menarik kembali tangan
“Fire Hawk!” serunya Arya dengan lantang. Mata Candra membelalak, saat melihat tiga ekor burung yang terbuat dari api muncul begitu saja dari ujung pedang milik bocah yang sedang berdiri di hadapannya. “I-itu, kan ….” Jantung pria itu berdegup dengan kencang. Ya! Candra tahu betul dengan skill itu. Tiga ekor burung elang dari pemilik elemen api. Ini adalah skill milik seseorang yang menyelamatkan nyawa para pemain lain di misi pertama, saat melawan Belphegor. Dia sangat takjub dengan skill tersebut, apalagi saat skill itu digabungkan dengan burung falcon milik pemain berelemen angin. “Sekarang Bapak tahu siapa saya?” tanya Arya sambil tersenyum menyeringai. Rekan Arya di belakangnya pun ikut tersenyum. Mereka tak menyangka bahwa bocah yang duduk di bangku kelas tiga SMA itu memiliki kecerdasan dan keberanian yang sangat tinggi. Candra masih dibuat terkejut oleh Arya. Saat Candra mengangguk menjawab pertanyaan Arya, seketika tiga
“Apakah tawaran lo masih berlaku buat gue, Arya Kusuma?” Arya membulatkan matanya, ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu dari seorang gadis yang dia kenal. Kenapa gadis itu ada di sini? Bukannya tadi dia menolak mentah-mentah ajakan Arya? “Angel!” pekik Idun. Kemudian dia menghampiri si gadis pemanah. “Masih! Masih, kan, Ya?” Idun beralih memandang Arya. Arya melepaskan tangan Candra pada kerah bajunya. Untungnya Candra melonggarkan cengkramannya itu. Mungkin karena dia juga sama terkejutnya saat mendapati sosok Angel. “Lo, yakin?” tanya Arya lagi. Angel menyisir rambutnya dari depan ke belakang. “Setelah gue pikir-pikir, emang nggak ada pemain yang bisa ngimbangin gue selain lo. Dari pada gue rugi dapat leader yang nggak kompeten. Ya … walau lo sendiri belum oke banget buat jadi leader,” timpal Angel dengan nada yang siapa pun yang mendengarnya akan merasa jengkel. “Cih!” Arya berdecih, lalu mendengus. “Nggak usah malu-malu gitu.
Ting. Seluruh rekan satu tim Arya langsung menoleh ke arah jam digital mereka. Ternyata keenam anggota itu mendapatkan pesan secara bersamaan. [Selamat, kalian resmi bergabung bersama ‘Ravens Destroyers’, Leader; Arya Kusuma. Selamat menjalankan misi!] “Hah? Ravens Destroyers?” dengus Candra. Hatinya merasa kesal, karena bocah itu tak menampung saran darinya. “Not bad, lah,” ucap Reza sambil menarik sebelah sudut bibirnya. Matanya melirik ke arah Firman. Dia merasa senang ketika Arya menampung sarannya, walau … kata ‘maung’ tak dia pakai. Firman berdecih saat mendapatkan tatapan mendelik dari Reza. Dia paham laki-laki itu sedang menyombongkan dirinya sendiri. Tapi dia enggan untuk meladeni bocah seperti Reza. Jadi, untuk menghemat energi dia lebih baik diam. Lagi pula Firman lebih tertarik dengan keberadaan Angel. Arya sendiri bergeming, dia masih fokus menatap layarnya. Pasalnya pesan yang dia dapatkan be
Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi
Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa
“Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de
“Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar
“Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan
Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,
“Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek
Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d
“Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan