“Sanas Aquam!”
Sebuah cahaya muncul dari ujung tongkat yang sedang dipegang oleh perempuan berkacamata dan mengenakan cloak berwarna baby blue. Kemudian di ujung tongkat yang terdapat bunga di sana, mengeluarkan sebuah gelembung kecil. Dengan cepat perempuan itu mengarahkan tongkatnya ke arah Arya.
Gelembung itu melayang mendekat ke arah Arya, lalu menyentuh permukaan kulitnya. Seketika anak laki-laki itu merasakan kesejukan pada dirinya. Tubuhnya mulai bercahaya, perlahan rasa sakit dan juga sesak yang sedari tadi dia rasakan menghilang.
Menarik napas dalam sembari terus merasakan efek dari skill yang baru saja Arya terima. Ini adalah skill penyembuh dari seorang wizard. Perlahan Arya mulai bertenaga lagi. Kemudian dia bangkit dan segera menghampiri perempuan itu, ikut berlindung di balik batu.
“Thanks, Kak,” ucapnya. Arya memanggilnya dengan embel-embel ‘Kak’, karena dia merasa perempuan itu lebih tua darinya.
Perempuan itu menarik kedua sud
Perlahan tapi pasti, efek dari skill Arya itu mampu membuat pertahanan Belphegor runtuh. Arya menggelantung, sambil memegang gagang pedangnya yang sedang menancap pada dada sang iblis.‘Mati! Mati!’ batin Arya dendam.“Sialan kau anak so suci! Aku benci padamu, Arya!” raung Belphegor. Ia menatap mata anak laki-laki yang sedang terbakar oleh perasaan marahnya.“Emangnya gue nggak benci sama lo? Sialan emang, setan!” hardik Arya tak mau kalah. Kemudian dia memutar gagang pedangnya dan mendorongnya semakin dalam.“Aaaakk!” erang Belphegor kesakitan. Jantungnya kini sudah benar-benar terbakar, dia merasakan panas mulai menjalar pada bagian terdalam tubuhnya.Belphegor bergetar hebat, lututnya kini terasa lemas. Dia sudah tidak mampu menahan rasa sakit yang diterimanya. Seketika lututnya itu menghantam tanah dan terjadi getaran yang sangat dahsyat.Pemain lain berteriak—panik, ketika mendapati
Arya dan Idun membelalakkan matanya, tatkala melihat Belphegor hidup kembali. Panik dan takut. Itulah yang sedang mereka rasakan sekarang. Kenapa iblis itu bisa bangkit kembali? Bukannya Arya sudah mengalahkannya tadi? Arya menelan ludahnyanya kasar sambil mendongak ke atas. Belphegor—yang sudah berdiri tegak itu mulai melemaskan anggota tubuhnya. Tak lama kemudian, para pemain lain yang merasa curiga pun mulai berdatangan ke bekas medan pertempuran. “Kayaknya misi ini belum selesai,” ucap Arya yang masih tak habis pikir. “Hahahaha!” Belphegor tertawa keras saat dirinya telah bangkit kembali. “Aku sudah bilang, kalau kalian jangan puas dulu, kan?” ucapnya merasa puas. “Kenapa dia hidup lagi?” teriak seorang perempuan dari arah belakang. “Iya, bukannya tadi dia sudah mati?!” sahut pemain lainnya. “Aku tidak bisa mati begitu saja, manusia bodoh!” timpal Belphegor, lalu diakhiri dengan suara tawa yang sangat keras sekali. Melihat para pem
“Jangan bermimpi kalian bisa melewati level ini!” kata Belphegor, suaranya menggema sangat keras. Dia terus mengamuk, membantai semua pemain yang terus melawannya. Benci. Belphegor tidak suka dengan bau yang menguar dengan kuat di area medan pertempuran. Bau itu bersumber dari aura para pemain yang sedang melawannya. Ini adalah aura ketekunan; tekad, kerja sama dan kerja keras. Sebagai sang kemalasan, tentu saja dia lebih menyukai orang-orang yang tidak melakukan apa pun. Manusia yang selalu lalai, tidak bersungguh-sungguh dan suka menunda-nunda pekerjaan. Manusia-manusia seperti itulah yang memberikan Belphegor kekuatan. Dan tentunya, mereka mejadi target buruan sang kemalasan. Seperti para pemain yang sebelumnya sudah mati ditangan sang iblis. Mereka gampang terbuai dengan ajakan Belphegor—yang menyamar sebagai gadis cantik, bernama Tomochi untuk bersama-sama menyembah pohon kitos. Karena pada dasarnya, kehidupan para pemain yang telah gugur di awal permain
Belphegor panik, ketika melihat Arya menargetkan dan menyerang ke arah pohon yang menjadi sumber penghidupannya. Ya, pada game ini diatur bahwa iblis di level satu ini tidak akan mati, jika sumber penghidupannya tak disentuh.Pohon kitos adalah sebuah pohon pemujaan. Misi pada level ini bukan sekedar tentang membeli senjata. Akan tetapi, tentang bagaimana mereka mencari sumber dana untuk membeli senjata itu. Bagi para pekerja keras, mereka akan memilih untuk berburu dan menjual hasil buruannya agar mendapat uang. Namun, bagi orang-orang pemalas, mereka akan terbuai dengan ajakan menyimpan uang di pohon kitos.Selanjutnya misi kedua pada level ini adalah mengalahkan Belphegor sebagai boss level. Sebenarnya yang harus mereka kalahkan adalah pohon itu. Karena dari awal yang menjadi sumber masalah pada level ini adalah pohon itu.“Sial! Bocah sailan! Jangan sentuh pohon itu!” Teriakan Belphegor menggema di sana. Tangannya mencoba meraih elang api yang ba
Kekuatan Belphegor semakin melemah, tapi bukan berarti dia mudah dikalahkan. Pasalnya pohon kitos itu masih berdiri kokoh walau dalam keadaan terbakar. Api yang membakar pohon itu masih belum bisa menghanguskan, bahkan meruntuhkan pohon besar yang menjadi sumber penghidupan sang kemalasan.“Kita lakukan penggabungan skill. Ciptakan efek menghanguskan, agar pohon itu mati dan kita memenangkan permainan ini,” ujar Arya. Matanya menegaskan bahwa mereka berdua harus melakukan teknik penggabungan itu.Angel yang mendengar perkataan Arya sedikit tersentak. Gadis itu sampai memundurkan kakinya selangkah.“Lo mau, kan?” tanya Arya.Walau laki-laki itu bertanya—meminta persetujuan Angel, tapi dari sorot matanya menegaskan bahwa laki-laki itu sedang memaksa Angel. Angel tak langsung menjawab, dia merasa bingung dan aneh dengan sikap Arya.‘Serius? Dia meminta bantuan? Bukannya dia itu ….’“Angel!
“Illusion!”Seketika Belphegor mengirimkan gelombang ilusi pada pemain yang jaraknya sekitar lima meter dari tempatnya berdiri. Seketika pemain yang yang ada dalam jangkauannya terkena efek dari skill tersebut.Mereka semua tiba-tiba diam, tatapannya berubah sayu, bahkan terlihat kosong. Belphegor menyeringai puas, saat melihat para pemian yang sudah terpengaruh dengan skill-nya. Kemudian dia mengirimkan gelombang ilusi itu semakin kuat.Sampai akhirnya para pemain itu tertunduk, mereka semua menjatuhkan senjatanya. Mereka merasakan perasaan putus asa, kegagalan yang besar dan kesedihan yang mendalam. Perasaan semangat dan tekad kuat yang tadi berkobar dalam diri para pemain, tiba-tiba hilang begitu saja.“Rasakan manusia-manusia bodoh!” desis Belphegor sambil menyeringai.Para pemain itu kehilangan harapan dan semangat untuk mengalahkan Belphegor. Pasanya sang Iblis mengirimkan gelombang ilusi berupa kegagalan. Dia mampu me
“Aaakkkk! Tidak!” rintih Belphegor. Badannya terasa panas, dia merasakan efek terbakar dari ujung kepala sampai ujung kakinya.Terlihat pusaran angin berwarna merah; sebagai hasil dari penggabungan skill dan elemen milik Arya dan Angel. Pusaran itu langsung mengarah pada pohon kitos. Si jago merah melahap dan menghanguskan pohon kitos. Efeknya menjadi dahsyat karena ada angin yang bertiup kencang, membuat kobaran api itu semakin besar. Efek dari penggabungan skill itu sangat efektif.Pohon kitos perlahan berubah warna menjadi hitam, lalu batangnya yang besar itu mengering dan akhirnya benar-benar mati. Begitupun dengan Belphegor, sang kemalasan yang terkait dengan pohon tersebut.Setelah iblis itu merintih dan berteriak beberapa kali, perlahan HP miliknya semakin berkurang. Efek ilusinya pun menghilang. Para pemain yang tadi terpengaruh oleh serangannya, perlahan mulai tersadar.“Sialan bocah ingusan! Jangan harap kalian bisa keluar dari
Satu hari tanpa misi apa pun, bahkan para pemain ini diberi fasilitas yang bagus. Kemarin mereka—para pemain diarahkan ke sebuah desa. Di sana banyak NPC yang melayani mereka; memberikan fasilitas tempat tinggal dan makan selama satu hari. Hari itu mereka benar-benar diberi waktu untuk beristirahat.Arya tidak tinggal diam, dia mencoba mencari informasi tentang game yang sedang dia mainkan secara misterius. Dia mencoba menguping dari beberapa pemain lain, sesekali dia nekad menanyai para NPC. Namun, tetap tidak ada informasi yang pasti. Para pemain hanya bisa menebak, sedangkan para NPC semua bungkam.“Kira-kira misi selanjutnya apa, ya?” tanya Idun, mengingat hari sudah berganti dan pasti mereka akan segera mendapatkan misi.Arya menggeleng. Walau dia memiliki sebuah asumsi, tapi dia tak ingin mempercayai dugaannya.“Menurutmu, Angel?” Idun bertanya pada Angel. Sudah seharian ini gadis itu bersama dengan mereka berdua. Seper
Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi
Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa
“Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de
“Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar
“Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan
Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,
“Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek
Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d
“Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan