21"Jadi benar kalau kamu nggak berhasil, Sya?" tanya Bu Intan lagi tak sabar menunggu jawaban dari Tasya yang sejak tadi diam saja.Bu Intan merasa kesal karena Tasya tak langsung menjawab pertanyaan darinya. Padahal level penasaran Bu Intan sudah berada di level akut."Hahhh… begitulah, Bu. Tapi, nggak bisa dibilang gagal juga sih," sahut Tasya kemudian. Ia mendesah berat karena banyak hal yang di luar perkiraannya."Loh, gimana sih maksudnya?" Bu Intan tak langsung mengerti dengan maksud ucapan Tasya tadi. Ia bingung dengan jawaban Tasya yang terkesan ambigu itu.“Ya, nggak gagal juga sih, Bu. Tasya berhasil kok naruh undangan itu di pintu Laras, tapi sayangnya Laras nggak mau buka pintu rumahnya, Bu,” jawab Tasya memberi sedikit pengertian pada ibunya,“Jadi kamu nggak ketemu sama Laras dan lihat gimana ekspresinya dong!” Bu Intan bersungut-sungut memainkan bibirnya.Ia merasa jika rencana Tasya sudah gagal. Walaupun undangan itu berhasil Tasya selipkan di pintu, tetap saja hal it
22Galih pun tak berbasa-basi lagi. Ia pun menambah kecepatan mobilnya dengan perlahan. Hatinya begitu berbunga-bunga saat ini. Laras begitu cantik sampai-sampai ia kehabisan kata untuk memujinya.Entah mengapa dia justru menawarkan diri menjadi pendamping Laras untuk menghadiri pernikahan mantan suaminya. Galih ingat sekali bagaimana beban di wajah Laras terpancar dengan jelas. Saat beberapa hari yang lalu, wanita itu datang ke cafenya.Tiga hari yang lalu ….Seperti biasanya hari itu, Laras datang ke cafe Galih untuk sekadar bernyanyi satu hingga dua lagu. Atau membantunya menjadi pramusaji dadakan. Hal itu sudah menjadi aktiLuntas rutin bagi Laras setelah dirinya bercerai.“Kamu kenapa, kusut banget mukanya?” tanya Galih saat Laras sedang beristirahat di pantry.“Eh, masa sih? Keliatan banget ya?” Laras mengerutkan alisnya heran.Kenapa sahabatnya itu selalu bisa mengerti kegundahan hatinya. Walaupun Laras tak pernah mencoba dan berniat untuk mengatakannya pada Galih. Tapi, lelaki
23Galih dan Laras berjalan dengan sangat mesra. Laras sengaja menggelayut manja sambil mengaitkan lengan mereka satu sama lain. Mereka menjadi pusat perhatian para tamu di sana. Seolah-olah jika mereka lag pemeran utamanya hari ini.Aluna yang merasa bukan lagi menjadi pusat perhatian, merengek pada Angga yang duduk di sampingnya."Aku nggak mau tahu ya, Mas. Pokoknya usir mereka," bisik Aluna ketus di telinga Angga."Jangan gitu, Vi. Bisa-bisa kita yang malu. Mana ada sejarahnya kalau pengantin mengusir tamunya," tolak Angga berbisik juga. Ia tak mau para tamu mendengar perdebatannya dengan sang istri. Hal yang tak pantas didengar oleh siapa pun.Aluna mendengus kesal karena Angga malah tidak membelanya dan terkesan tak mau menuruti perintahnya dan malah membiarkan mantan istrinya hadir di sini. Ia semakin malu jika ada yang tahu kalau Angga dulunya sudah beristri. Tentu saja cap 'pelakor' akan disematkan untuknya.Ia tak mau hal itu terjadi. Menjadi perebut suami orang tentu memili
#24"Selamat atas pernikahanmu, Mas Arvin. Semoga rumah tanggamu bahagia!" Laras berkata dengan tulus dari dalam hatinya sambil mengulurkan tangannya ke depan. Sepersekian detik, Arvin termangu.Lelaki itu seakan tidak memiliki daya untuk sekadar mengangkat tangannya dan menjabat tangan Laras. Aluna cemburu berat karena ia masih dapat melihat dengan jelas jika suaminya tampak masih menyimpan rasa pada mantan istrinya."Mas, ngapain pake bengong-bengong segala, sih!" cetus Aluna tak terima saat melihat Arvin masih saja menatap Laras."Eh, ma-maaf," desisnya pelan."Selamat ya, atas pernikahanmu!" Laras mengulangi ucapan selamatnya tadi.Khawatir jika Arvin tidak mendengarnya tadi sehingga ia berinisiatif untuk mengulanginya."I-iya, terima kasih." Arvin menjawab sedikit gugup. Membuat Devit semakin geram melihat tingkah suaminya itu.Padahal dia dapat melihat bagaimana sikap Laras. Wanita itu biasa-biasa saja ekspresinya dan tampak tak terpengaruh melihat mantan suaminya bersanding den
#25Galih tak berkata-kata lagi setelah mencuri ciuman Laras. Ia juga merasa bingung dan kaget kenapa harus seberani itu mencium Laras. Padahal sebenarnya dia ingin untuk menyatakan perasaannya sedikit demi sedikit hari ini pada Laras.Tapi, yang terjadi malah dirinya berakhir melakukan hal yang sangat lancang pada Laras. Hari ini sungguh hari yang menyenangkan dan buruk bagi Galih. Menyenangkan, saat dirinya berjalan bersisian dengan Laras layaknya pasangan yang serasi walaupun hanya berpura-pura. Akan tetapi hari ini menjadi buruk juga, karena niatnya menyatakan cinta malah jadi kacau seperti ini. Entah bagaimana dia menghadapi Laras nantinya.Tentu saja akan canggung. Pun begitu dengan Laras. Ia tak mengerti apa yang ada di pikiran Galih saat mencuri ciumannya.Setelah ciuman itu berakhir, Galih salah tingkah dan akhirnya malah mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.Keduanya saling terdiam dan tak membuka suara saat mobil melaju. Galih memang hendak mengantar Laras pulan
#26Setelah cukup lama, Laras menikmati pemandangan di danau itu, dirinya pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya saat mentari mulai condong ke barat.Laras menikmati suasana tenang dan nyaman dari danau itu dalam diam. Namun, diamnya tak membuat pikirannya tenang. Dalam benaknya, dia masih memikirkan apa yang terjadi hari itu. Dari awal hingga akhir.Dimulai dari Galih yang menjemputnya ke rumah, berjalan bersamanya layaknya pasangan di acara pernikahan Angga, serta sikap Galih yang tiba-tiba aneh, dan berakhir mencuri ciuman di bibirnya. Semua adegan itu seakan berputar-putar layaknya adegan film. Ia tak tahu mengapa jantungnya harus berdebar saat Galih mendaratkan bibirnya."Mungkin karena aku terkejut saja, 'kan. Bukan karena hal yang lain," lirih Laras meyakinkan dirinya. Ia sedang berada di taksi yang saat ini akan membawanya pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Laras langsung
27"Lihat kelakuan Tasya, Bu! Itu semua karena Ibu yang selalu memanjakan anak itu. Jadi dia ngelunjak kayak gitu!" ucap Angga meninggi.Hal itu malah membuat Bu Intan tersulut emosi."Kok kamu jadi malah nyalahin ibu, Ga!" tukas Bu Intan."Terus salah siapa, Bu? Aku 'kan sudah ingetin ke kalian kalau nggak perlu mengundang Laras ke acara pernikahanku, 'kan? Tapi nyatanya kalian nggak mendengarkan laranganku. Dan malah tetap memberikan Laras undangan. Lihat! Apa yang terjadi sekarang!" Angga benar-benar frustasi dan tak tahu harus bagaimana menghadapi ibunya. Memberitahunya jika apa yang dia lakukan salah."Emangnya salah kalau ibu mau lihat reaksi Laras saat tahu kamu akan menikah, hm? Itu salah, hah!" sentak Bu Intan tak terima."Terus, apa yang ibu lihat tadi. Reaksi macam apa yang ibu maksudkan. Laras terlihat seolah-olah dirinya sangat bahagia lepas dari Angga dan mendapatkan calon pasangan yang melebihi segalanya dari Angga. Itu kah yang ibu inginkan, hm?" Angga berucap tajam.
#28Angga menggeliatkan tubuhnya. Rasanya benar-benar lelah pagi ini membuatnya sedikit bermalas-malasan membaringkan tubuhnya di kamar. Ia melihat sisi ranjangnya sudah kosong dan menduga jika Aluna pasti sudah bangun. Lantas ia memaksa dirinya untuk bangkit dan mencari keberadaan Aluna.Pertempuran mereka semalam sungguh ganas dan liar hingga sekujur tubuhnya terasa pegal. Angga masih mengambil cuti menikah hingga beberapa hari ke depan sehingga dia akan lebih banyak menciptakan bulan madu yang indah bagi dirinya dan istri barunya.Saat dirinya keluar dari dalam kamar, hidungnya langsung mencium bau makanan yang amat lezat dari arah dapur."Aluna pasti lagi masak," ucapnya kemudian lekas mengayun langkahnya menuju ke dapur untuk memastikan tebakannya."Sayang…," panggil Angga lembut dan mesra seraya mengaitkan kedua tangannya memeluk perut Aluna dari belakang.Lelaki i
#148Setelah Tasya pergi dan memulai kehidupannya di tempat yang baru. Angga dan Syahna saling bergantian menjaga Bu Intan di rumah sakit.Kadang ada rasa bosan yang menghampiri, karena Angga hanya berkutat di kantor, rumah dan rumah sakit. Namun, kehadiran Syahna selalu menenangkan suasana dan selalu menghiburnya di saat rasa bosan kadang menghampirinya.Angga hampir saja kehilangan harapannya pada Bu Intan, sebab Ia tak kunjung siuman sejak dinyatakan koma beberapa hari yang lalu. Dan hingga saat ini pun tidak terlihat ada tanda-tanda vital jika Bu Intan akan segera siuman.Saat dia ingin menyerah dan terus merasa frustrasi dengan keadaan, Angga akan mengingat jika dia masih memiliki Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tempatnya melangitkan doa."Jangan lupa selalu berdoa untuk kesembuhan ibumu, Ga." Itulah pesan dari Pak Rahmat yang selalu terngiang dan tertanam di benak Angga.
#147Tasya sudah bersiap dengan koper kecil yang berisi barang-barang bawaannya. Di pagi buta itu seusai sarapan, Tasya sudah berpenampilan rapi dan telah bersiap pergi bersama Angga ke rumah sakit. Syahna pun turut serta untuk menemani Bu Intan di rumah sakit, atas permintaan Angga semalam.Setelah itu barulah dia akan pergi ke terminal bersama Pak Rahmat. Sedangkan, Angga hanya akan mengantarnya hingga ke terminal bus. Ia pun harus membawa serta Syahna dan Jelita ke rumah sakit untuk menunggu Bu Intan di ruangannya.Saat Angga mengatakan tentang rencana kepergian Tasya esok hari dan saat datang menemui Laras di rumah pada Syahna. Tentu hal itu mengundang respon terkejut atas pernyataan Angga. Syahna merasa kesal karena Angga terkesan melupakan janjinya sendiri."Kok aku nggak diajak ketemu Laras kemarin, Mas," protes Syahna kala lelaki itu memberitahukan padanya tentang apa saja yang dia lakukan kemarin b
#146"Apa Syahna lagi sakit? Atau Jelita yang sakit?" Angga terus bertanya-tanya. Dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat isinya."Ini …."Syahna baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Memang dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasak mie goreng spesial yang menjadi favorit Angga.Satu gelas kopi, dan satu piring mie goreng spesial untuk Angga, serta satu mangkok makanan pendamping Asi untuk makan siang Jelita, sudah Syahna tata rapi di atas nampan. Siap untuk dihidangkan ke Angga dan Jelita.'Mereka pasti udah nggak sabar lagi nunggu makanan ini,' batin Syahna riang dalam hatinya.Mood nya sempat turun akibat kabar dari tes DNA itu, akan tetapi setelah Angga pulang. Kehadirannya cukup untuk membuat Syahna mendapatkan kembali semangatnya. Angga serta perasaan cintanya sangat berpengaruh bagi mood Syahna.Tanpa firasat buruk apa pun, Sy
#144Terkadang bertemu dengan masa lalu yang menyakitkan itu, akan membuat kita mau tak mau mengingat lagi masa-masa sulit yang disebabkan oleh orang yang menyakiti kita tersebut.Hal yang harus dihindari adalah, memutus kontak dan menghilangkan semua akses untuk bertemu. Namun, hari ini semua itu seolah tak berlaku bagi Laras.Ia tak pernah menyangka jika mantan suami dan adik iparnya yang kini sudah mengubah penampilannya, ada di sini dan menginjakkan kaki ke rumahnya untuk pertama kalinya."Kenapa kalian ada di sini?" tanya Laras memberanikan diri. Ia berharap-harap cemas menantikan jawaban mereka. Laras sangat tidak menghendaki kehadiran mereka, namun apa boleh buat. Tidak ada pilihan lain selain menanyakan maksud kedatangan mereka.Sebenci apa pun Laras di masa lalu pada keduanya. Akan tetapi, Laras juga tak mungkin mengusir kedua kakak beradik itu setelah mereka sudah duduk di ruang
#142"Kamu yakin … mau ikut menemui Laras?" Lelaki itu menatap lekat wajah Syahna yang tampak serius saat ini. Wajahnya tampak tenang seolah tak menunjukkan ekspresi apa pun, akan tetapi Angga dapat menilai kalau Syahna cukup serius dengan apa yang baru saja diucapkannya itu.Angga bertanya untuk memastikan lagi agar dia tak salah dalam menafsirkan keinginan Syahna. Angga berharap-harap cemas menantikan jawaban Syahna. Lelaki itu menatap Syahna dengan tatapan yang sulit dimengerti. Dengan sabar, Angga menunggu Syahna membuka mulutnya dan menjawab pertanyaannya.Syahna menganggukkan kepalanya mantap. Gadis itu merasa yakin dengan pilihannya untuk menemui Laras. Keinginan itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Entah mengapa, ia tiba-tiba berkeinginan menggebu untuk mengenal wanita hebat seperti Laras.Ia ingin sekali bertemu dan mengenal Laras. Sebab, Entah mengapa Syahna yakin jika sampai saat ini pu
#140Hari itu, Angga dan Tasya pulang ke rumah. Angga sengaja berniat untuk pulang, sekadar untuk melihat keadaan Syahna dan Jelita. Sementara, Tasya pulang untuk sekadar beristirahat dengan tenang sebelum harus kembali ke rumah sakit lagi.Pak Rahmat bersedia ditinggal di rumah sakit untuk menunggu Bu Intan dan membiarkan kedua kakak beradik itu pulang untuk beristirahat sejenak. Hari-hari yang mereka lalui pasti sangatlah berat. Tetapi mereka tetap bersyukur telah dikirimkan Pak Rahmat untuk sedikit meringankan beban mereka."Sore nanti kita balik lagi ke rumah sakit, Sya," ucap Angga mengingatkan sang adik setelah mobilnya terparkir sempurna. Kadang rasanya lelah, harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga sang ibu yang sedang koma. Namun, mereka tak boleh dan pantang mengeluh. Sebab, itu sudah menjadi kewajiban mereka sebagai seorang anak untuk berbakti pada sang ibu."Iya, Bang. Tasya mau tidur dan
#139Tekanan darah yang sangat tinggi saat Bu Intan tak sadarkan diri tempo hari, membuat Dokter dengan berat hati mengatakan kalau beliau koma. Dan, belum bisa dipastikan kapan akan tersadar dari komanya. Pihak dokter pun belum dapat memastikannya. Mereka hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bu Intan, dan meminta keluarga pasien untuk tabah dan menerima keadaannya. Dan tak lupa untuk berdoa memohon kesembuhan bagi ibu mereka berdua.Kabar mengejutkan itu sontak membuat Tasya sangat terpukul. Ia sungguh tak menyangka jika ibunya akan mengalami masa yang sangat sulit seperti sekarang. Kini, baik Angga maupun Tasya hanya dapat berdoa agar Bu Intan segera tersadar dari komanya. Dan, mereka berdua hanya dapat saling menguatkan satu sama lain. Ya, hanya itu yang dapat mereka lakukan selain berdoa. Tasya berharap agar ibunya segera sadar dan ingin memperlihatkan pada beliau jika ia mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Juga, ingin agar Bu Intan bahag
#138Karma selalu dibayar tunai! Begitulah kata-kata yang selalu terngiang dalam benak Tasya. Ia merasa jika apa yang sedang mereka alami adalah buah dari segala perbuatan buruknya selama ini."Bang, apa ini karma ya buat kita?" Dengan mata berkaca-kaca, Tasya bertanya tentang karma."Husst! Jangan ngawur kita cukup berdoa saja yang baik-baik buat Ibu, Sya." Angga mencoba menanamkan nasihat positif pada adiknya. Ia mencoba segala cara agar Tasya tak selalu memikirkan hal negatif yang hanya akan membuat hati dan pikiran terasa lelah. Tak ada obat untuk semua rasa lelah itu.Tasya pun tak lagi membuka suara, cenderung terdiam dan merenungi segala kesalahannya di masa lalu. Memang benar kata pepatah jika penyesalan itu selalu datang di akhir cerita. Dan, kini Tasya baru saja merasakan penyesalan atas segala perbuatannya terhadap Laras dulu.*Bu Intan tak kunjung siuman mes
#136"Menurutmu, aku harus bagaimana?" Angga mengulangi lagi pertanyaannya dan lagi-lagi membuat Syahna terkejut setengah mati.Pertanyaan Angga kali ini sanggup membuat Syahna terkesiap sesaat. Lelaki itu bahkan menanyakan padanya tentang apa yang harus dilakukan. Syahna merasa dihargai dan dianggap sebagai orang spesial yang penting bagi Angga.Ia pun tampak terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Angga tersebut, tanpa terdengar seperti meremehkan lelaki itu."Menurutku … lebih baik Mas jujur saja sama Ibu. Di dunia ini pasti tak ada satu orang pun yang suka dibohongi, pun sama dengan ibumu, Mas. Walaupun kamu memilih untuk nggak cerita dan mengatakan yang sebenarnya sama Ibumu sekarang. Beliau pasti akan terus mencari tahu. Dan akan sangat miris kalau ibu tau semua itu dari mulut orang lain," ujar Syahna memberi jawaban sekaligus nasihat untuk Angga.