Share

Bab 20

Penulis: pachirawidi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 18:54:12

Savannah duduk di sudut ruangan dengan tatapan yang sulit diterjemahkan. Wajahnya tetap tenang, tetapi matanya menyimpan banyak emosi. Di hadapannya, Andrew berdiri, menunduk sedikit seolah mencari keberanian untuk melanjutkan kata-katanya.

“Aku tidak ingin melibatkanmu dalam kekacauan itu, Savannah,” ucap Andrew lirih, tetapi nadanya tegas. “Aku pikir, jika aku menjauh, kamu akan lebih baik tanpaku. Aku takut membuatmu kecewa dengan semua beban yang harus kutanggung.”

Savannah menghela napas panjang, mencoba memproses setiap kata yang keluar dari mulut Andrew. Dia menatap pria itu dengan pandangan terluka yang sulit disembunyikan. “Tapi kenapa kamu tidak pernah mengatakan apa pun? Satu pesan saja sudah cukup, Andrew. Aku menunggu... Setiap hari.”

Andrew menatap lantai, menghindari tatapan Savannah yang seperti pisau menusuk. “Aku bodoh,” gumamnya dengan nada getir. “Aku takut kamu akan meningg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 21

    Sejak tadi aku masih menghela napas, berusaha meredam debaran yang tak terkendali di dadaku. Aku bahkan tak percaya pada kata-kata yang keluar dari bibirku sendiri. Apa yang baru saja kulakukan? Kenapa aku seolah memberikan harapan pada hubungan ini, padahal jelas kami tidak akan mungkin bersama? Andrew dan aku… kami adalah masa lalu yang seharusnya kubiarkan terkubur. Aku mengangkat pandangan, menatap Andrew yang berdiri tak jauh dariku. Wajahnya penuh dengan tekad, tetapi juga ada kebingungan yang sulit ia sembunyikan. Aku tahu, apa pun yang dia rasakan saat ini, tidak akan cukup untuk mengubah kenyataan. “Andrew,” panggilku akhirnya, mencoba membuat suaraku terdengar tegas. “Apa pun yang kamu pikirkan sekarang… apa sebaiknya kita berhenti? " Andrew menatapku, tatapannya yang penuh harapan seperti belati yang menusuk jiwaku. “Berhenti? Savannah, kamu tahu aku tidak bisa. Aku mencintaimu.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 22

    Sejak bertemu Andre tadi siang, aku langsung pulang ke rumah dan mengunci diri di kamar. Rumah ini begitu sepi, seperti tak berpenghuni. Tak ada ayah, tak ada adik-adikku. Suasana benar-benar mati. Aku menghela napas panjang sambil merebahkan tubuh di ranjang. Sejenak, aku ingin melupakan semuanya. Namun malamnya, suara gedoran keras di pintu membangunkanku. Aku mengerutkan alis, merasa terganggu. Siapa yang mengetuk pintu di jam seperti ini? Dengan enggan, aku bangkit dan membuka pintu. Ayah berdiri di sana. Wajahnya tegang, matanya tajam menatapku. “Apa yang sudah kau lakukan lagi, Savannah?” tanyanya dengan nada penuh kecurigaan. Aku menghela napas, merasa tak punya tenaga untuk berdebat. “Aku tidak melakukan apa-apa, Ayah. Jadi kenapa Anda terlihat panik?” “Jangan bohong, Savannah. Kamu telah menyinggung keluarga Wiratama!” Aku mengerutkan dahi. “Ayah, aku bahkan tidak pernah bertemu pria menyebalkan itu lagi. Bagaimana mungkin aku menyinggungnya?” “Tapi dia menelepon

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 23

    Pagi itu, Savannah berjalan keluar dari kamarnya dengan langkah malas. Rumah yang biasanya tenang kini penuh dengan suara orang-orang. Keluarga besar dan kerabat yang jarang ia temui tampak sibuk mempersiapkan acara pernikahannya. Para pekerja katering berlalu-lalang di halaman, membawa peralatan untuk pesta yang akan diadakan malam nanti. Savannah menghela napas panjang. Pemandangan itu hanya membuatnya merasa semakin terjebak. Baginya, ini bukan pernikahan yang diinginkan, melainkan pernikahan yang dipaksakan. Langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang tak asing berdiri di teras. Moana. Savannah menyipitkan mata, memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Gadis itu mengenakan gaun kasual yang mahal, rambutnya tergerai rapi, dan wajahnya dihiasi riasan tipis yang sempurna. Aura percaya diri Moana membuat darah Savannah mendidih. Savannah berjalan cepat menghampirinya. “Moana?” panggilnya dengan nada dingin. Moana menoleh perlahan, tersenyum kecil. “Savannah, akhirnya kita berte

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 24

    Aku duduk di kursi penumpang, tangan menggenggam erat seatbelt. Perasaan campur aduk memenuhi pikiranku—gugup, gelisah, dan harapan yang mulai memudar menjadi satu dalam pusaran emosi. Jantungku berdegup kencang, selaras dengan deru pelan mesin mobil. Eleanor, sahabatku, duduk di belakang kemudi. Dia mengemudikan mobil dengan cekatan, tapi sesekali melirikku dengan tatapan penuh pertanyaan, seakan mencari alasan terakhir untuk menghentikan ini semua.“Kamu yakin mau lakukan ini, Savannah?” tanyanya akhirnya, memecah keheningan yang hampir mencekam. Suaranya terdengar serak, seperti menyimpan kekhawatiran yang tak terucapkan.Aku mengangkat bahu, tapi cengkeramanku pada tali seatbelt semakin erat. “Aku harus mencobanya, El. Aku tidak bisa terus-terusan hidup seperti ini.”Eleanor mendesah panjang, begitu keras hingga terdengar jelas di dalam kabin mobil. “Kamu meninggalkan pernikahan demi Andrew?” Nada suaranya sedikit meninggi, meskipun dia tetap berusaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   bab 25

    Aku menghela napas panjang, berusaha menenangkan rasa sakit yang sulit aku ungkapkan dengan kata-kata. Hari ini benar-benar penuh kejutan, tapi bukan kejutan yang menyenangkan. Aku melarikan diri dari pernikahanku demi Andrew, pria yang selama ini kupikir adalah segalanya. Namun, kenyataan menghantamku keras—Andrew ternyata sudah memiliki wanita lain.Air mataku terus mengalir tanpa henti. Isak tangisku memenuhi ruangan, mencerminkan betapa rapuhnya diriku saat ini. Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri atas keputusan bodoh ini. Aku telah merencanakan segalanya, bahkan penerbangan ke Swiss yang seharusnya menjadi awal baru bagiku. Namun, dengan keadaan seperti ini, semua rencana itu hancur berantakan.Aku memeluk lututku erat-erat, berusaha mencari kenyamanan di tengah kekacauan emosiku. “Hiks… hiks…” suara tangisku terdengar pilu. Luka ini terlalu dalam, dan aku masih tenggelam dalam kesedihan yang entah kapan akan mereda.Eleanor duduk di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   bab 26

    Paginya, aku terbangun dengan mata yang masih sembab akibat tangisan semalam. Pandanganku menyapu kamar yang berantakan, dipenuhi tisu-tisu bekas air mata. Terdengar suara langkah kaki kecil di luar kamar. Aku tahu Eleanor sudah bangun. Hal itu terlihat jelas dari roti panggang dan segelas susu yang ia letakkan di meja samping tempat tidurku. Eleanor selalu perhatian, meskipun ia tidak banyak bicara. Aku menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa sesak yang masih mengganjal di dada. Pikiranku kembali melayang pada suamiku. Ia tidak mencariku semalam. Sebenarnya ini hal yang menguntungkan untukku. Aku beranjak dari tempat tidur, memulai langkah kecil untuk membereskan kekacauan di kamar. Pakaian yang berserakan, kado-kado yang belum sempat kubuka, semuanya aku tata dengan rapi. Tapi kali ini, aku tidak hanya merapikan kamar. Aku memutuskan untuk merapikan hidupku. Pikiranku sudah bulat. Aku akan ke Bali. Pulau itu selalu menjadi tempat yang kuimpikan untuk melarikan diri dari ker

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 27

    Aku melirik jam tanganku. Jarum pendeknya sudah mendekati angka delapan, dan aku masih terjebak di jalan yang macet. Jantungku berdegup kencang, seolah ikut menghitung detik-detik yang terasa begitu cepat berlalu. Kalau aku sampai terlambat, semua usahaku selama ini bisa sia-sia. Semua ini karena aku melakukan penerbangan kali ini secara mendadak. Menghilang dari kehidupan sebelumnya dan. memulai hidup baru. Tanpa Andrew, tanpa ayah, dan tanpa pria menyebalkan itu “Pak, tolong lebih cepat, ya? Saya sudah hampir telat!” pintaku dengan nada panik. Aku benar-benar takut ketinggalan pesawat. “Tenang saja, Mbak. Ini sudah jalan tercepat,” jawab sopir taksi itu tanpa sedikit pun rasa tergesa-gesa. Aku menghela napas keras. Mataku menatap jalanan di depan dengan putus asa. Aku tahu ini salahku, dan yang dikatakan sopir ini sudah benar. Begitu taksi akhirnya berhenti di depan bandara, aku hampir meloncat keluar sebelum mobil benar-benar berhenti. Tidak peduli pada sopir yang menyeb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 28

    Aku menghela napas panjang, merapikan rambutku yang sedikit berantakan akibat perjalanan panjang di pesawat. Bandara terasa ramai, suara pengumuman terus terdengar di kejauhan. Saat aku keluar dari area kedatangan, mataku segera menangkap sosok yang sudah tak asing Angela, sahabatku sejak SMA, berdiri sambil melambaikan tangan dengan senyum lebarnya. Walaupun kedatanganmu mendadak, aku sempat mengabarinya semalam. Namun, aku tidak menceritakan apa yang menjadi masalahku saat ini. Aku hanya bilang ingin mencari pekerjaan, dan ingin liburan. "Savannah!" teriaknya, menghampiriku dengan langkah cepat. aku berjalan dengan cepat kearahnya. Angela terlihat semakin cantik, sepertinya gadis ini bahagia hidup disini. "Angela!" Aku tersenyum lega, aku langsung berhambur kerarahnya, kami langsung berpelukan sejenak. "Selamat datang! Aduh, udah lama banget kita nggak ketemu. Kamu makin cantik aja!" katanya sambil memelukku erat. "Ah, lebay banget kamu. Kamu juga kelihatan segar banget,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 35

    Aku tidak ingin bertegur sapa dengan Theo, jadi aku segera berbalik menuju kamarku. Namun, langkahku terhenti saat mendengar derap langkah berat di belakangku, memaksa naluriku untuk berhenti. Suara langkah itu terasa mendesak, seolah memiliki maksud yang tidak bisa diabaikan."Maaf, ada apa, Pak Theo?" tanyaku tanpa menoleh, mencoba mengendalikan gemuruh di dadaku. Jantungku berdebar, menciptakan ketegangan yang sulit kuabaikan.Pria itu melangkah lebih dekat, hingga kini berdiri sejajar denganku. Wajahnya memancarkan keraguan, tetapi tatapannya tegas, membuatku waspada. Ada sesuatu dalam sikapnya yang membuatku merasa terpojok."Maaf, Savannah. Aku tadi mendengar percakapanmu," ucapnya pelan namun jelas. Nada suaranya membawa kehangatan yang aneh, meski tetap terkesan dingin.Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Mengangguk singkat, aku menjaga jarak emosional. "Kalau begitu, Anda sudah tahu, kan? Tidak perlu kita bahas lagi," ujarku datar, berharap pembicaraan ini s

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 34

    Angela mencolek lenganku, menyadarkan aku dari lamunan. "Hei, kamu kenapa? Wajahmu merah," bisiknya pelan. Aku hanya menggeleng, mencoba mengusir pikiran tentang Theo. Sepertinya aku harus benar-benar berhati-hati. Pria itu lalu berjalan melewati kami. Angela memegang lengannya, sontak pria itu berhenti. Pria itu menatap kami berdua dengan alis terangkat. "Bagaimana, apakah sahabatku bisa kerja di restoran milik kak Theo" Pria itu tertawa lagi, tidak ada kesinisan. Aku meremas jari Angela, kata-katanya tadi siang benar-benar menggangguku. Aku menarik Angela dengan perasaan tidak nyaman, namun gadis itu masih berdiri. " Walaupun kamu orang dalam yang sangat denganku, aku tidak bisa mengambil keputusan sesuka hati.Kalau dia bersedia, dia bisa mengikuti test seperti calon lainnya besok pagi. " Angela lalu mengangguk, gadis itu langsung memeluk kakak sepuounya itu dengan erat. Aku hanya menundukkan kepala, tidak tahu mau mengatakan apa. " Terimakasih kak, " Pria itu mengangguk da

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 33

    Theo menatapku dengan tatapan tajam, seolah matanya mampu menembus setiap lapisan diriku yang paling tersembunyi. Pria itu mencondongkan tubuhnya sedikit, mempersempit jarak di antara kami, membuatku merasa seperti terpojok meski ruangan ini cukup luas. "Jadi, permainan anak muda, huh? Dengan pakaian seperti ini?" nada suaranya terdengar rendah, tetapi penuh sindiran yang membuat tengkukku meremang. Aku menggigit bibir bawahku, mencoba menahan gelisah yang mulai menguasai diriku. Tangannya yang terlipat di depan dada hanya mempertegas kesan dominan yang ia bawa. Tidak seharusnya dia mempertanyakan bajuku. Ini bukan urusannya. Tapi kata-kata itu tertahan di ujung lidahku. “Memangnya kenapa kalau aku berpakaian seperti ini?” Aku akhirnya memberanikan diri menjawab, meskipun suara yang keluar terdengar lebih lemah daripada yang aku harapkan. Matanya menyipit, seperti menilai setiap kata yang aku ucapkan. Theo menyeringai kecil, sebuah ekspresi yang lebih membuatku kesal daripada ta

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 32

    Semua orang langsung terdiam, bahkan Theo yang tadinya tampak tidak peduli kini memasang tatapan tajam ke arah Thomas. Aku menahan napas, menyadari bahwa ini mungkin akan menjadi momen yang panas. Thomas tersenyum tipis, lalu menghela napas panjang sebelum menjawab. “Yang paling menyebalkan dari Theo?” Dia menatap langsung ke arah pria itu sebelum melanjutkan. “Dia kejam dan terlalu misterius.” Ruangan langsung dipenuhi suara bisik-bisik dan gumaman. Theo yang duduk di sudut hanya menatap Thomas dengan dingin, tidak ada sedikit pun emosi di wajahnya. Tapi aku tahu, ada sesuatu yang sedang dipendamnya. “Kejam gimana maksudnya?” tanya Angela, menambah bumbu pada situasi yang sudah cukup tegang. “Dia selalu memandang rendah orang lain, seolah semua orang di dunia ini tidak pernah cukup baik untuknya. Dan misterius? Ya, dia tidak pernah membiarkan siapa pun tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan atau rasakan. Itu sangat menyebalkan,” kata Thomas dengan nada tenang tapi tegas. “A

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 31

    Tatapan pria itu menusuk, penuh arti, dan disertai dengan senyum miring yang membuatku semakin gelisah. Theo tidak berkata apa-apa, tapi pandangannya seolah menantangku untuk memberikan jawaban yang tepat. “Tidak,” ucapku akhirnya, singkat dan tegas. Arthur tampak terkejut, tapi dia tetap mempertahankan senyumnya. Dia menghela napas pelan, seperti sudah menduga jawaban itu namun masih berharap lebih. Semua orang di sekitar kami terdiam sejenak, sampai akhirnya Arthur memecah keheningan dengan pertanyaan lain yang membuatku semakin bingung. “Kenapa? Bukankah Andrew dan kamu juga sudah putus?” Aku menatapnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan. Bagaimana dia bisa tahu tentang aku dan Andrew? Apakah dia memantauku selama ini? “Arthur…” gumamku, mencari kata-kata yang tepat. Tapi sebelum aku bisa menjawab, suara tajam memotong percakapan kami. “Itu sudah jelas, Arthur. Kamu tidak perlu alasan untuk tidak diinginkan. Jadi, cari perempuan lain saja.” Aku menole

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 30

    Menjelang pukul tujuh malam, dapur hampir selesai dengan segala persiapannya. Bahan-bahan sudah rapi di atas nampan: daging ayam dan sapi yang sudah dimarinasi, sayuran yang sudah dipotong, dan jagung yang siap dibakar. Aroma bumbu dari marinade bercampur dengan wangi mentega yang menempel di jari-jari tanganku. Aku tersenyum puas, merasa semuanya akan berjalan sesuai rencana.Tiba-tiba, bunyi bel pintu mengalihkan perhatianku. Aku melongok ke arah pintu depan, tapi sebelum sempat bergerak, Angela sudah melesat lebih dulu. Sepertinya tamu-tamu Angela sudah mulai berdatangan. "Aditya datang!" teriak Angela dari ruang tamu.Aku melepaskan apron dan berjalan ke arah pintu. Di sana, Aditya berdiri dengan senyum lebarnya yang khas, membawa tas belanja besar di tangan kanan dan sekotak es krim di tangan kiri."Aditya, akhirnya datang juga," Angela menyambutnya sambil merebut tas belanja di tangannya. "Apa saja yang kamu bawa? Jangan bilang cuma jagung." Angela manatap aditya dengan pura-pur

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 29

    Setelah Angela dan Adit pergi, aku melangkah lemah ke kamarku. Pintu kututup perlahan, seolah takut suara sekecil apa pun akan merobohkan sisa kekuatanku. Aku berdiri di depan cermin, melihat bayangan diriku yang jauh dari kata berdaya. Aku menanggalkan kaca Mata hitam milikku. Mata sembab, rambut kusut, dan wajah yang penuh dengan kesedihan. Untung saja mereka tidak mempermasalahkan aku menamakan riben tadi, kalau mereka meminta aku membuka kacamataku pasti mata sembabku masih kelihatan. Aku mencoba mengalihkan pikiran dengan membereskan kamar, tetapi setiap lipatan sprei, setiap benda yang kupindahkan, hanya mengingatkanku pada kekacauan di dalam hati. Ketika semua sudah rapi, tidak ada alasan lagi untuk terus menghindar dari kenyataan. Aku menghela napas panjang, berharap hatiku suasananya membaik. Alih-alih keluar atau mencari pelarian, aku malah terkulai di tepi tempat tidur. Duniaku yang dulu megah kini terasa seperti reruntuhan. Andrew, pria yang kucintai sepenuh hati, menin

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 28

    Aku menghela napas panjang, merapikan rambutku yang sedikit berantakan akibat perjalanan panjang di pesawat. Bandara terasa ramai, suara pengumuman terus terdengar di kejauhan. Saat aku keluar dari area kedatangan, mataku segera menangkap sosok yang sudah tak asing Angela, sahabatku sejak SMA, berdiri sambil melambaikan tangan dengan senyum lebarnya. Walaupun kedatanganmu mendadak, aku sempat mengabarinya semalam. Namun, aku tidak menceritakan apa yang menjadi masalahku saat ini. Aku hanya bilang ingin mencari pekerjaan, dan ingin liburan. "Savannah!" teriaknya, menghampiriku dengan langkah cepat. aku berjalan dengan cepat kearahnya. Angela terlihat semakin cantik, sepertinya gadis ini bahagia hidup disini. "Angela!" Aku tersenyum lega, aku langsung berhambur kerarahnya, kami langsung berpelukan sejenak. "Selamat datang! Aduh, udah lama banget kita nggak ketemu. Kamu makin cantik aja!" katanya sambil memelukku erat. "Ah, lebay banget kamu. Kamu juga kelihatan segar banget,"

  • Tuan Wiratama, Nyonya Savannah Ingin Berpisah   Bab 27

    Aku melirik jam tanganku. Jarum pendeknya sudah mendekati angka delapan, dan aku masih terjebak di jalan yang macet. Jantungku berdegup kencang, seolah ikut menghitung detik-detik yang terasa begitu cepat berlalu. Kalau aku sampai terlambat, semua usahaku selama ini bisa sia-sia. Semua ini karena aku melakukan penerbangan kali ini secara mendadak. Menghilang dari kehidupan sebelumnya dan. memulai hidup baru. Tanpa Andrew, tanpa ayah, dan tanpa pria menyebalkan itu “Pak, tolong lebih cepat, ya? Saya sudah hampir telat!” pintaku dengan nada panik. Aku benar-benar takut ketinggalan pesawat. “Tenang saja, Mbak. Ini sudah jalan tercepat,” jawab sopir taksi itu tanpa sedikit pun rasa tergesa-gesa. Aku menghela napas keras. Mataku menatap jalanan di depan dengan putus asa. Aku tahu ini salahku, dan yang dikatakan sopir ini sudah benar. Begitu taksi akhirnya berhenti di depan bandara, aku hampir meloncat keluar sebelum mobil benar-benar berhenti. Tidak peduli pada sopir yang menyeb

DMCA.com Protection Status