Share

Bab 13

Penulis: MR_7980
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-26 19:57:02

Tubuh Nandia mendadak beku, terpaku dengan tatapan tajam Danu yang tak pernah dia bayangkan akan dia temui lagi. Pria itu tidak hanya hadir di sini secara fisik, tetapi membawa bersamanya segala beban masa lalu yang selama ini berusaha Nandia lupakan.

Danu melangkah maju dengan langkah berat. “Sudah kuduga, kau belum mati…” suaranya rendah, namun menggema dalam hati Nandia.

Nandia merasakan tenggorokannya kering. Seluruh tubuhnya menegang mendengar ucapan pria itu. Ada nada kelegaan di suara Danu yang menimbulkan perasaan tidak nyaman di hatinya, tapi kemudian wajah Danu berubah. Kegelapan muncul di matanya. Amarah yang sudah lama tersimpan kini meluap.

“Kenapa?” Danu mendekat, dan Nandia mundur. “Kenapa kau memalsukan kematianmu?” Cengkeramannya mencengkeram pundak Nandia dengan kasar, seakan dia takut wanita itu akan menghilang lagi.

Nandia menatapnya dengan mata membara, merasakan sakit di pundaknya. “Maaf, Tuan Hadiwijaya. Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan,” suaranya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 14

    PLAK! Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Danu Hadiwijaya, Menghentikan apa yang telah dilakukan Danu siang itu. Ia menatap Nandia dengan raut wajah terkejut, tak percaya bahwa Nandia kini telah berubah, dulu, dia adalah wanita yang lemah lembut. Namun kini, dia menjadi wanita yang kuat tanpa mudah ditindas oleh siapapun. Nandia menatap nyalang Danu. Emosi yang sudah diubun-ubun kini keluar sudah. "Empat tahun lalu, kamu, menganggapku sebagai wanita murahan hanya karena menjebakmu! Dan sekarang, setelah semua yang terjadi, kamu masih menganggapku sebagai jalang yang tak punya harga diri?" Danu terdiam, tubuhnya mendadak beku, tak sanggup berkata apa-apa. Suaranya lenyap di antara kesedihan dan keterkejutan. Namun, Nandia tak selesai. Ia menahan air mata yang jatuh di pipinya dan berkata dengan getir, "Ketika teman masa kecilmu yang berusaha menjebakmu, kau malah menuduhku haus akan harta! Dan saat ibumu memaksaku menceraikanmu di depan keluargamu, kau malah sibuk dengan wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 15

    Nandia dibawa ke restoran milik Reihan yang elegan, namun terasa hangat dengan suasana tenang yang menenangkan hati. Nandia melirik sekeliling, mengagumi dekorasi modern dengan sentuhan minimalis yang tidak pernah dia bayangkan dari Reihan, seorang pria yang dulu hanya dianggap bagian dari kehidupan bisnis keluarga Hadiwijaya.“Jadi, kamu yang memiliki semua ini?” Nandia bertanya, berusaha memecah keheningan. Reihan hanya mengangguk singkat, menunjukkan betapa rendah hatinya dia meski usahanya sudah berkembang menjadi salah satu perusahaan F&B paling berpengaruh di dalam negeri.“Sejak kepergianmu, aku memutuskan untuk berhenti terlibat dalam bisnis keluarga,” Reihan menjelaskan, suaranya pelan namun jelas. Dia tidak berbicara panjang lebar seperti Danu atau Mike. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah diperhitungkan, singkat namun penuh makna.Nandia menatapnya dengan rasa penasaran yang mulai tumbuh. “Kamu tidak terlihat terkejut melihatku.”Reihan menoleh padanya, ekspresinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 16

    Di dalam rumah yang hening, Nandia mengamati Niel yang sudah terlelap di tempat tidurnya. Bocah kecil itu memeluk patung prajurit yang tadi dia dapatkan dari Reihan, senyuman kecil menghiasi wajahnya. Nandia menatap putranya dengan lembut, hatinya dipenuhi campuran rasa kasih sayang dan kecemasan. Bagaimanapun juga, Niel adalah dunianya, dan dia harus melindungi bocah itu dari apa pun.Setelah memastikan Niel benar-benar tidur, Nandia menyelimuti tubuh kecilnya, lalu meninggalkan kamar dengan hati-hati. Begitu dia menutup pintu, suara langkah kaki di ruang tamu membuatnya terhenti. Nandia mengerutkan kening. Siapa yang masih ada di sini pada jam selarut ini?Ketika dia sampai di ruang tamu, dia melihat Mike duduk di sofa, menunggunya. Wajahnya tampak serius, tidak seperti biasanya. Mike adalah sepupu jauhnya yang selalu bisa membuat suasana lebih ringan, tapi malam ini, ada sesuatu yang tampak berat di antara mereka."Mike?" Nandia memulai, berjalan mendekat. "Kau belum pulang?"M

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 17

    Nandia menggandeng tangan Niel saat mereka tiba di sekolah. Senyum kecil menghiasi wajahnya melihat Niel bersemangat memasuki gerbang sekolah. Namun, ketika dia hendak berbalik untuk pulang, suara familiar mengusik ketenangannya."Nandia?" suara itu bergetar dengan kejutan yang tak tertutupi.Nandia menoleh, melihat sosok yang tak asing lagi—Lidia, ibu Danu, berdiri dengan seorang wanita tua di sampingnya. Mata Lidia terbelalak, tidak mempercayai penglihatannya. Wanita tua di sebelahnya tampak gelisah, menarik lengan Lidia untuk menarik perhatiannya."Astaga, bukankah itu Nandia? Bukankah dia... sudah tiada?" bisik wanita tua itu dengan ketakutan.Wajah Lidia berubah, dari kaget menjadi amarah membara. Dengan langkah cepat, dia mendekati Nandia, matanya menyala penuh kebencian."Jadi, kau ternyata hidup," Lidia menyemburkan kata-kata seperti racun. "Kau memalsukan kematianmu dan kabur, bukan? Hanya untuk melahirkan anak haram!"Nandia menatap Lidia dengan dingin, berusaha tetap tenang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 18

    Nandia berdiri tegak meski hatinya bergejolak, berusaha tetap tenang di tengah tatapan penuh kebencian dari ibu Danu. Udara di sekitar mereka terasa menegang saat Ibu Danu menatap dekan sekolah dengan wajah penuh kemarahan."Atas dasar apa saya yang diusir, bukan dia?" Ibu Danu berkata dengan nada tinggi, membuat beberapa orang di sekitar menoleh penasaran. "Wanita ini yang menyulut masalah, bukan saya!"Pak Dekan, dengan sikap tenang namun penuh wibawa, menjawab, "Yang memancing keributan di sini jelas Anda, Bu Danu. Apa yang Anda lakukan sudah tertangkap media." Dia melirik sekilas ke beberapa ponsel yang sejak tadi merekam kejadian tersebut. "Dan di depan anak-anak kecil, Anda harusnya merasa malu atas sikap Anda. Sekolah ini adalah tempat belajar, bukan tempat menyelesaikan masalah pribadi dengan cara seperti ini."Ibu Danu tertegun, lalu menyeringai penuh kepahitan. "Dan Anda berpikir bisa mengusir saya? Sekolah ini tidak ada hubungannya dengan wanita ini. Atas dasar apa Nandia p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 19

    Danu berdiri mematung, menatap punggung kecil Niel yang semakin menjauh. Jantungnya berdebar, dan perasaan yang sulit diuraikan memenuhi dadanya. Anak itu… tatapan polosnya, suara lembutnya, ucapan terima kasih yang sederhana namun menghujam. Sesuatu di dalam dirinya bergetar.Dia merasa seolah baru saja bertemu dengan bagian dari hidupnya yang hilang, bagian yang tak pernah dia ketahui ada, namun kini tiba-tiba hadir di depan matanya."Ibu… aku sudah selesai," suara Niel terdengar dari kejauhan, ketika dia meraih tangan Nandia dengan erat.Nandia menatap putranya dengan penuh cinta, namun ada rasa cemas yang menghantui di balik senyumnya. Dia tahu Danu memperhatikan mereka—dia bisa merasakannya meskipun tidak menoleh. Setelah semua yang terjadi, Nandia tidak ingin membuka luka lama atau memperburuk situasi. Dia hanya ingin melindungi Niel dan menjaga jarak dari keluarga Hadiwijaya.Tapi detik itu juga, dia sadar bahwa garis pertempuran baru telah terbuka.“Nandia…” Suara berat Danu a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 20

    Setelah pertemuan itu, pikiran Nandia penuh dengan bayangan Danu. Meskipun, dia berusaha untuk menjalani kehidupannya dengan normal. Rasa takut, marah, dan penyesalan menggerogoti hatinya. Dia tahu, ancaman Danu bukan sekadar kata-kata kosong. Jika dia benar-benar bertekad, Nandia tak yakin bisa terus menyembunyikan identitas Niel. Tapi, demi putranya, Niel, apapun akan Nandia lakukan untuk melindunginya. Dulu, Danu sudah membuat hidupnya hancur, tetapi sekarang, Nandia tidak akan membiarkan Danu mengulanginya kembali Hari-hari berikutnya, Nandia selalu was-was. Setiap kali saat dia menjemput dan mengantar putranya. Dia selalu menengok ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa tidak ada Danu, ataupun keluarga Danu lainnya. Sementara itu, Danu tak tinggal diam. Dia mulai mencari tahu, bertanya ke orang-orang terdekatnya dan mencari informasi tentang Nandia. Semakin dalam dia menggali, semakin banyak potongan-potongan fakta yang mulai mengarah pada satu kesimpulan yang tak bisa dia abaik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 21

    Di rumah keluarga Hadiwijaya, Lidia duduk di ruang tamu sambil memutar cangkir teh di tangannya. Ekspresinya keras, penuh dengan tekad. Di hadapannya, Diana duduk dengan tubuh yang sedikit tegang, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut ibu Danu. Lidia sudah lama menaruh harapan besar pada Diana. Wanita itu adalah pilihan yang tepat untuk Danu—lemah lembut, penurut, dan setia. Namun, kenyataan bahwa putranya masih enggan mengambil langkah untuk menikahi Diana membuat Lidia semakin frustrasi."Diana," Lidia memulai dengan suara dingin namun tegas. "Aku sudah cukup sabar menunggu. Kamu juga sudah banyak berkorban untuk keluarga ini, terutama untuk Danu. Sekarang, saatnya kamu bertindak lebih agresif."Diana menelan ludah, merasa beban berat menimpa bahunya. "Tapi, Tante, aku—""Aku tidak mau mendengar alasan lagi," potong Lidia dengan nada memaksa. "Danu terlalu sibuk dengan urusannya, tapi aku yakin dia masih ada perasaan untukmu. Kamu harus lebih pintar memainkan peranmu. Dat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   117 TAMAT

    Enam bulan kemudian ..."Mas, sepertinya, aku akan melahirkan," teriak Nandia saat Danu akan memulai kegiatan panasnya."Sayang, kamu jangan bercanda. Aku belum mulai nih," keluh Danu saat lelaki itu mencumbu istrinya.Nandia mendorong tubuh sang suami. "Mas, aku beneran. Ketubanku sudah pecah!""Apa!"Danu pun segera memakaikan pakaian di tubuh sang istri. Setelah itu memakai pakaiannya sendiri. Dia lalu menggendong sang istri kemudian berteriak pada sopir untuk menyiapkan mobilnya.Mobil pun segera melaju ke rumah sakit tempat Nandia periksa kandungan. Danu sudah menelepon pihak rumah sakit agar dokter kandungan Nandia sudah stand by disana saat mereka tiba di rumah sakit.Tak lama kemudian, Danu sudah sampai di rumah sakit. Nandia langsung dibawa ke ruang bersalin. Danu pun mengikutinya dari belakang.Danu ingin masuk ke dalam, tapi dilarang oleh perawat. Ternyata, air ketuban Nandia telah habis. Akan sangat menyakitkan jika Nandia memaksa melahirkan secara normal.Dengan terpaks

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   116

    “Reihan, Tasya tidak akan melarikan diri. Jadi, kamu jangan gugup seperti itu,” ujar Danu yang bermaksud menghibur sepupunya.Reihan hanya tersenyum kecut melihat candaan Danu yang sama sekali nggak lucu itu."Kamu nggak usah menasehatiku! Kamu nggak tahu bagaimana rasanya menikah. Ohh iya, aku lupa, kamu dulu menikahi Nandia dengan terpaksa ya, jadi tidak merasa gugup sama sekali, yang ada, kamu malah kesel karena menikah dengannya." Reihan membalasnya dengan sindiran membuat Danu langsung memukul saudara sepupunya dengan tongkat penyanggah kakinya.Kedua saudara sepupu itu memang seperti tom and jerry jika bertemu. Meskipun, jauh di dalam lubuk hati, mereka saling menyayangi. Buktinya, meski keadaannya belum sehat, danu memaksakan hadir di pernikahan saudara sepupunya.Bukannya mengaduh kesakitan, Reihan justru tertawa kecil, sambil menggelengkan kepala. “Aku hanya bercanda. Meski aku belum mencintai Tasya, tapi aku ingin memastikan semuanya sempurna untuknya.” “Percayalah, Tasya h

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   115

    "Mike, kamu datang?" tanya Nandia yang kaget saat melihat Mike tiba-tiba berdiri di depan ruangan Danu. Lelaki itu memancarkan senyum manis menatap wanita yang hingga saat ini menempati tahta tertinggi di hatinya. "Aku ingin melihatmu Nandia. Sudah lama kamu tidak ke kantor, sekaligus, membawa file yang harus kamu tandatangani, dan ... aku ingin bicara serius denganmu." "Sebentar ya Mike, aku masih harus membersihkan bekas mandi Danu dulu. Danu tidak nyaman jika dimandikan oleh perawat" Mike berdiri memandangi Nandia yang sedang membawa air bekas mandi Danu ke kamar mandi . Hatinya terasa berat, tapi ia tahu bahwa sudah tidak ada lagi kesempatan baginya. Dan sekarang, saatnya dia harus pergi. Danu memerhatikan Mike dari sudut matanya, merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan pria itu. Namun, sebelum ia sempat bertanya, Nandia berbalik dan menghampiri Mike. “Mike, ada yang ingin kamu bicarakan?” tanya Nandia, tersenyum lembut. Mike mengangguk, lalu memberi isyarat agar mer

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   112

    Nandia masih gemetar setelah insiden mengerikan itu. Dia duduk di sofa kecil di sudut ruangan, ditemani Galih dan Kakek Anggara. Meski tubuhnya lelah, pikirannya terus berpacu. Tatapan penuh kekhawatiran menghiasi wajahnya saat memandangi Danu yang masih terbaring lemah di ranjang dengan alat-alat medis yang membantu kehidupannya. “Jadi, pria itu mengincar Danu?” tanya Kakek Anggara dengan suara berat, matanya menatap tajam ke arah Galih. “Ini jelas bukan kebetulan.” Galih, yang sejak tadi tampak gelisah, mengangguk pelan. “Betul, Kek. Dia bukan orang biasa. Dari identitas yang kami dapat, dia bernama Reno, mantan kekasih Diana. Ini bukan pertama kalinya dia berurusan dengan hal-hal berbahaya.” Mendengar itu, Nandia langsung menatap Galih dengan mata melebar. “Mantan kekasih Diana? Jadi... ini semua ada hubungannya dengan Diana? Tapi, dia sudah dipenjara. Bagaimana mungkin?” Galih menghela napas berat. “Kita belum tahu sejauh apa keterlibatan Diana. Tapi dari pengakuan sementa

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   111

    “Aku akan sembuh… demi kamu… demi anak-anak kita…” Nandia mengangguk penuh keyakinan. Dalam hatinya, ia tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai, tetapi dengan kehadiran Danu di sisinya, ia merasa mampu menghadapi segalanya. --- Di luar kamar, suara malam perlahan mereda. Namun, di dalam ruang VVIP itu, cinta dan harapan kembali tumbuh. Nandia menggenggam tangan Danu erat, bersumpah dalam hatinya untuk melindungi keluarga kecil mereka dengan segenap tenaga. Di sisi lain, Lidia tersenyum sambil memandangi mereka dari kejauhan, yakin bahwa mukjizat ini adalah awal dari lembaran baru untuk mereka semua. Nandia kembali duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Danu yang masih lemah. Rasa syukur yang sempat membanjiri hatinya kini bercampur dengan kecemasan, terutama setelah mendengar bisikan samar Danu sebelum tak sadarkan diri lagi. Namun, ia mencoba menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian, pintu kamar VVIP itu terbuka perlahan. Seorang pria berpakaian putih lengkap denga

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   110

    "Danu, kamu harus bangun Danu! Aku mencintaimu!" Tubuh Nandia bergetar hebat saat ia memeluk Danu, mencoba membangunkan suaminya yang tak lagi memberikan respons. Air matanya membasahi baju rumah sakit Danu yang terasa dingin. Monitor jantung di samping tempat tidur masih menunjukkan garis lurus yang menandakan Danu telah pergi untuk selamanya. “Danu, bangun! Aku butuh kamu… Niel butuh kamu…dan anak yang aku kandung ini juga butuh kamu,” isaknya putus asa. Tangannya yang gemetar terus mengguncang tubuh Danu, berharap ada keajaiban dan sang suami bangun kembali. Namun, tubuh itu tetap tak bergerak. Di sudut ruangan, Niel masih berdiri kaku, matanya terus menatap tubuh ayahnya. Lidia, yang berada di sampingnya, hanya bisa memeluk cucunya erat, berusaha memberikan ketenangan meski hatinya juga remuk redam. “Papa nggak akan bangun lagi ya, Oma?” bisik Niel dengan suara kecil, penuh ketakutan. Lidia mengusap kepala Niel, berusaha menahan tangis. “Kita berdoa saja ya, Sayang. H

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   109

    Di ruang perawatan VVIP, suasana penuh keheningan yang menyayat hati. Monitor jantung Danu berbunyi lemah, menunjukkan garis naik turun yang semakin lambat. Nandia duduk di sisi tempat tidur, menggenggam tangan suaminya yang dingin. Air matanya tak pernah berhenti mengalir sejak Danu mengalami penurunan tadi. Meski kondisinya masih lemah. Dia tak ingin kehilangan momen bersama suaminya. Di sudut ruangan, Niel berdiri dekat Lidia, wanita paruh baya itu benar-benar sudah berubah. Sedari kemarin, dia merawat Nandia hingga kondisinya membaik. Wajah Lidia pun terlihat cemas, sementara tangannya memegang bahu Niel yang gemetar. “Nandia, kamu harus makan sesuatu. Kamu nggak bisa terus seperti ini,” ujar Lidia pelan, mencoba membujuk menantunya. Namun, Nandia menggeleng dengan lemah. “Aku nggak bisa, Ma. Aku nggak akan meninggalkan Danu, walaupun hanya sedetik.” Lidia menghela napas panjang. "Nandia, kamu harus makan, demi bayi yang ada dalam kandunganmu. Dia butuh asupan makanan untu

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   108

    Di Rumah Sakit Saat ambulan tiba di rumah sakit, dokter langsung membawa Danu ke ruang operasi. Karena saat berada di dalam ambulan, dokter jaga sudah memeriksa keadaan Danu. Nandia mengikuti brankar Danu dari belakang sambil menggendong Niel. Meski bocah itu tak mau digendong, tetapi Nandia tak tega. Apalagi, saat melihat luka di leher dan juga di pipi sang putra. Meskipun sudah diobati saat di ambulan tadi, tetap saja, Nandia merasa bersalah karena tidak mampu melindungi putranya. Pintu ruang operasi tertutup rapat, di atasnya lampu merah menyala, menandakan operasi Danu sedang berlangsung. Waktu terasa berjalan begitu lambat. “Mama, apa Papa akan baik-baik saja?” tanya Niel, suaranya serak. Nandia mengelus kepala putranya dengan lembut, meski hatinya penuh kecemasan. “Papa kamu kuat, Niel. Dia pasti akan bertahan.” Niel hanya menganggukkan kepalanya. Matanya terus menatap pintu ruangan operasi. Rasa khawatir pada sang ayah begitu besar. Beberapa saat kemudian, dokter

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   107

    Wajah Danu tetap datar, meskipun di dalam hatinya ingin rasanya dia menghancurkan pintu itu. "Tunggu aba-abaku," katanya dingin. Namun, di dalam gudang, Andra mulai merasa ada yang aneh. "Hei, kau dengar sesuatu?" tanyanya pada salah satu pria. "Apa maksudmu?" Andra melangkah ke arah pintu, mencoba memastikan, tetapi saat itu juga Danu memberi isyarat. "Sekarang!" Pintu gudang diterjang oleh salah satu anak buahnya, dan kelompok itu langsung menyerbu masuk. Tembakan peringatan dilepaskan ke udara, membuat semua orang di dalam panik. "Andra!" suara Danu menggema di ruangan itu. "berani kau menyentuh anakku, dan aku akan memastikan kau tak punya tempat untuk bersembunyi." Andra tertegun, tetapi ia segera mengambil pistol dari pinggangnya. "Berhenti di situ, Danu, atau anakmu akan meninggal!" ancamnya, mengarahkan pistol ke kepala Niel. Niel menatap Danu dengan tenang, seolah tahu bahwa ayahnya tak akan kalah dalam situasi ini. "Lepaskan dia," ucap Danu, suaranya rendah

DMCA.com Protection Status