Share

96

Penulis: MR_7980
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 13:43:16

"Apa yang harus aku lakukan supaya Niel mau menginap di rumahku? Meskipun aku membelikan kuda untuknya, dia tidak akan betah di rumahku jika dia tidak memiliki mainan baru disana." Pikiran Danu teringat pada halaman belakang rumahnya yang sebelumnya hanya ada taman bunga. Senyum pun terbit di bibir Danu saat sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepalanya.

“Galih,” panggil Danu melalui interkom.

Tak butuh waktu lama, Galih, asistennya yang setia, muncul di ambang pintu. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

Danu menatap Galih dengan senyum penuh arti. “Aku ingin kamu membeli kuda. Pilih yang terbaik—kuda besar untukku, dan satu lagi yang kecil, yang cocok untuk anak-anak.”

Galih tampak bingung sejenak. “Kuda, Pak? Untuk apa?”

Danu menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai. “Aku akan merombak halaman belakang menjadi arena pacuan kuda. Pastikan semua selesai dalam seminggu.”

Galih menelan ludah, sepertinya majikannya ini sudah gila, apa mungkin hanya dalam waktu satu minggu bisa mel
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   97

    "Hah! Tidak ada Niel, rumah jadi sepi. Kakek kalau sudah malam begini, pasti sudah tidur," gumam Nandia yang saat ini tengah duduk di sofa ruang tamu rumahnya.Tangannya sibuk menggonta-ganti saluran televisi mencari film yang enak dilihat. Namun, meski pandangannya tertuju pada layar televisi, pikirannya melayang pada Niel yang sedang menghabiskan waktu bersama danu. Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan membaca buku, namun gagal. Setiap halaman yang dibacanya terasa hampa, pikirannya terus kembali pada Niel. Mungkin aku terlalu bergantung pada anakku, pikirnya sambil menghela napas panjang. Saat ia memutuskan untuk beristirahat lebih awal malam itu, suara bel pintu membuatnya terkejut. Siapa yang datang malam-malam begini? Dengan rasa penasaran, ia membuka pintu dan menemukan Mike berdiri di sana. Mike, dengan penampilannya yang santai namun tetap tampan, mengenakan kemeja denim biru tua yang digulung hingga siku dan celana chinos. Senyum kecil terlukis di wajahnya. “Nand

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   98

    Malam telah larut, tapi Danu masih terjaga di ruang kerjanya. Kepalanya bersandar di kursi besar, matanya menatap kosong ke langit-langit. Pikirannya berputar-putar, mengulang lagi dan lagi hal yang sama. Reihan dan sekarang Mike. Dua pria berbeda, tapi tujuannya satu: Nandia."Kenapa banyak sekali lelaki yang mendekatinya?" Danu mengepalkan tangannya. Berusaha meredam emosi setelah melihat foto yang dikirimkan oleh anak buahnya tadi. Sebagai seorang CEO, ia terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa harus bersusah payah. Tapi kali ini berbeda. Hatinya bergemuruh saat memikirkan kemungkinan terburuk: Nandia memilih meninggalkannya dan bersama pria lain. Bukan hanya egonya yang akan hancur, tapi juga perasaannya. Danu menghela napas panjang. Ia tidak bisa menyerah. Dia lalu mengambil kunci mobilnya dan pergi ke rumah Nandia, meski dia tahu, waktu sudah hampir tengah malam. --- Suara bel pintu membuyarkan lamunan Nandia. Wanita itu mengernyitkan dahinya. "Siapa yang bertamu te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   99

    "Papa darimana?" tanya Niel saat bocah itu terbangun dan mencari sang ayah. Niel memang telah kembali sabtu sore, tapi minggu paginya, dia meminta Nandia kembali mengantarkannya ke rumah Danu dengan alasan ingin kembali berkuda. Niel bahkan membawa beberapa baju dan peralatan sekolahnya karena dia ingin menginap di rumah Danu sampai hari senin. Dia ingin seperti temannya yang diantarkan oleh ayahnya ke sekolah. --- Danu bernapas lega karena dia telah kembali tepat saat Niel baru terjaga, jadi bocah itu tidak tahu kalau dia meninggalkan dia sebentar tadi. Danu mengusap kepala Niel. "Papa baru selesai mengerjakan laporan, kenapa kamu terbangun?" tanya Danu menutupi kebohongannya.Bocah kecil itu memperlihatkan giginya yang putih. "Niel pengen buang air tadi, terus mencari Papa," jawabnya."Ya sudah, ayo kita tidur kembali," ajaknya. Amarahnya masih belum juga reda sejak dia meninggalkan rumah Nandia tadi. Ia kesal karena melihat kedekatan Nandia dengan pria lain. Ego dalam diri

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   100

    Suara dering ponselnya membuyarkan lamunan Danu tentang Nandia dan Mike. Karena malas mengangkat, Danu pun mengabaikannya. Lelaki itu kembali menatap pemandangan kota Jakarta di sore hari. Namun, sepertinya, penelepon itu tak patah semangat, ponsel Danu kembali berdering. Danu pun melirik nama yang muncul di layar. Tante Lestari, Mama Nandia tertera disana. Danu mengerutkan dahinya. "Ada apa Mama Diana meneleponku?" Danu menghela napas sebelum mengangkat telepon. “Halo, Tante.” “Danu,” suara Tante Lestari terdengar gemetar. “Diana... dia—dia mencoba bunuh diri.” Danu terdiam. Ia merasa kesal, tetapi juga tak bisa mengabaikan kekhawatiran dalam suara perempuan yang sudah seperti ibu angkatnya itu. “Danu, aku mohon. Dia butuh kamu. Dia tidak akan mau bicara dengan siapa pun kecuali kamu. Bisakah kamu menjenguknya?” pinta Tante Lestari dengan nada memelas. “Tante maaf, saya sedang banyak pekerjaan yang tidak bisa saya tinggal,” jawab Danu, mencoba menghindar. “Tolong, Danu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   101

    "Haah, lelahnya!" Keluh Danu saat mengendurkan dasinya. Beberapa hari ini, Danu terpaksa menginap di rumah sakit karena menemani Diana. Tadi pagi, wanita itu sudah pulang ke rumah. Jadi dia bisa tidur tenang malam ini. Dia sudah berjanji, tidak akan lagi mau peduli dengan urusan Diana. Gara-gara Diana, hubungannya dengan Nandia jadi berantakan sekarang. Saat Danu akan memejamkan mata, ponselnya berdering, nama Tante Lestari muncul di layar. Ia memandang layar itu beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat dengan nada datar. “Ya, Tante?” “Danu,” suara Tante Lestari terdengar gelisah. “Tante perlu bicara denganmu. Ini soal Diana. Kamu bisa datang sekarang?” “Apa yang sebenarnya ingin Tante bicarakan?” tanyanya, nada suaranya lebih dingin dari biasanya. “Ini tidak bisa dibicarakan lewat telepon. Tolong, Danu. Ini penting.” Danu diam sejenak, mempertimbangkan. Namun, tidak ingin membiarkan situasi ini berlarut-larut, ia akhirnya menjawab, “Baik Tante, saya akan ke sana. Ini terakhi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   102

    "Tuan, Anda harus segera melihat berita ini." Galih masuk tanpa mengetuk pintu dengan wajah cemas. "Ada apa Galih?" Tanya Danu bingung. Galih tidak menjawab, dia hanya memberikan handphone-nya pada sang majikan. Danu mengerutkan keningnya dan mengambil ponsel itu. Di layar terlihat berita yang sedang viral di hampir semua media sosial. Sebuah unggahan dari akun anonim menuduh bahwa Diana, seorang wanita muda, sedang hamil anak seorang CEO terkenal yang menolak bertanggung jawab. Meski nama Danu tidak disebutkan secara langsung, deskripsi dalam berita itu jelas mengarah padanya. Apalagi, dibawah berita itu ada foto-foto Danu saat mereka baru saja tiba di bandara beberapa bulan yang lalu. “Ini hanya lelucon, kan?” gumam Danu, wajahnya berubah dingin. Galih menggeleng. “Berita ini sudah menyebar luas, Pak. Bahkan beberapa rekan bisnis sudah menanyakannya. Mereka ingin tahu apakah ini benar.” Danu menaruh ponsel itu di meja dengan sedikit kekuatan, membuat suara berdenting yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   103

    “Masalah ini harus selesai dengan cepat,” gumam Danu, matanya masih terpaku pada dokumen yang baru saja dikirim oleh tim hukumnya. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Galih, asistennya, melangkah masuk dengan ekspresi gelisah. "Tuan, kami sudah menemukan siapa yang membocorkan foto dan pesan-pesan itu. Diana bekerja sama dengan seorang wartawan." Danu meletakkan dokumen di mejanya dengan gerakan perlahan, nyaris dingin. "Diana, wanita itu, tidak ada habisnya mengganggu hidupku," ujarnya, suaranya rendah tetapi penuh ancaman. "Dia benar-benar ingin bermain api." "Tapi, Pak, bukti yang dia tunjukkan cukup kuat untuk membuat publik percaya—" "Galih," potong Danu dengan tajam. "Aku tidak butuh pendapat tentang seberapa kuat bukti itu. Aku hanya ingin tahu, apa yang sudah kau siapkan untuk membungkamnya?" Galih menelan ludah, jelas merasa tertekan. "Tim hukum sedang menyusun tanggapan resmi, Pak. Tapi jika ini terus berlanjut, mungkin akan berdampak pada reputasi Anda—" "Reputasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   104

    Nandia menatap layar ponselnya, melihat dokumen gugatan cerai yang baru saja ia kirimkan ke pengadilan. Kali ini, ia tidak akan mundur. "Kamu pikir, kamu bisa mengikatku selamanya, Danu? Akan aku tunjukkan aku pun bisa melakukan apa yang aku mau. Kamu tidak akan bisa mengontrolku lagi," gumam Nandia. ---Di sisi lain, di kantor Danu, Galih masuk tergesa-gesa membawa kabar yang tak kalah mengejutkan."Tuan Danu," panggil Galih dengan nada cemas.Danu yang sedang berdiri di depan jendela besar hanya meliriknya sekilas. "Apa lagi sekarang?"Galih tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya berbicara, "Nyonya Nandia... dia baru saja mengajukan gugatan cerai, Tuan."Danu tidak segera merespons. Ia hanya memutar tubuhnya perlahan, ekspresinya tetap tenang. "Gugatan cerai?" ulangnya, seolah kata-kata itu tidak memiliki bobot sama sekali."Ya, Pak. Saya baru mendapat informasi dari salah satu teman saya yang bekerja di pengadilan. Gugatan itu sudah resmi masuk," jelas Galih, mencoba membaca reaksi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   117 TAMAT

    Enam bulan kemudian ..."Mas, sepertinya, aku akan melahirkan," teriak Nandia saat Danu akan memulai kegiatan panasnya."Sayang, kamu jangan bercanda. Aku belum mulai nih," keluh Danu saat lelaki itu mencumbu istrinya.Nandia mendorong tubuh sang suami. "Mas, aku beneran. Ketubanku sudah pecah!""Apa!"Danu pun segera memakaikan pakaian di tubuh sang istri. Setelah itu memakai pakaiannya sendiri. Dia lalu menggendong sang istri kemudian berteriak pada sopir untuk menyiapkan mobilnya.Mobil pun segera melaju ke rumah sakit tempat Nandia periksa kandungan. Danu sudah menelepon pihak rumah sakit agar dokter kandungan Nandia sudah stand by disana saat mereka tiba di rumah sakit.Tak lama kemudian, Danu sudah sampai di rumah sakit. Nandia langsung dibawa ke ruang bersalin. Danu pun mengikutinya dari belakang.Danu ingin masuk ke dalam, tapi dilarang oleh perawat. Ternyata, air ketuban Nandia telah habis. Akan sangat menyakitkan jika Nandia memaksa melahirkan secara normal.Dengan terpaks

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   116

    “Reihan, Tasya tidak akan melarikan diri. Jadi, kamu jangan gugup seperti itu,” ujar Danu yang bermaksud menghibur sepupunya.Reihan hanya tersenyum kecut melihat candaan Danu yang sama sekali nggak lucu itu."Kamu nggak usah menasehatiku! Kamu nggak tahu bagaimana rasanya menikah. Ohh iya, aku lupa, kamu dulu menikahi Nandia dengan terpaksa ya, jadi tidak merasa gugup sama sekali, yang ada, kamu malah kesel karena menikah dengannya." Reihan membalasnya dengan sindiran membuat Danu langsung memukul saudara sepupunya dengan tongkat penyanggah kakinya.Kedua saudara sepupu itu memang seperti tom and jerry jika bertemu. Meskipun, jauh di dalam lubuk hati, mereka saling menyayangi. Buktinya, meski keadaannya belum sehat, danu memaksakan hadir di pernikahan saudara sepupunya.Bukannya mengaduh kesakitan, Reihan justru tertawa kecil, sambil menggelengkan kepala. “Aku hanya bercanda. Meski aku belum mencintai Tasya, tapi aku ingin memastikan semuanya sempurna untuknya.” “Percayalah, Tasya h

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   115

    "Mike, kamu datang?" tanya Nandia yang kaget saat melihat Mike tiba-tiba berdiri di depan ruangan Danu. Lelaki itu memancarkan senyum manis menatap wanita yang hingga saat ini menempati tahta tertinggi di hatinya. "Aku ingin melihatmu Nandia. Sudah lama kamu tidak ke kantor, sekaligus, membawa file yang harus kamu tandatangani, dan ... aku ingin bicara serius denganmu." "Sebentar ya Mike, aku masih harus membersihkan bekas mandi Danu dulu. Danu tidak nyaman jika dimandikan oleh perawat" Mike berdiri memandangi Nandia yang sedang membawa air bekas mandi Danu ke kamar mandi . Hatinya terasa berat, tapi ia tahu bahwa sudah tidak ada lagi kesempatan baginya. Dan sekarang, saatnya dia harus pergi. Danu memerhatikan Mike dari sudut matanya, merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan pria itu. Namun, sebelum ia sempat bertanya, Nandia berbalik dan menghampiri Mike. “Mike, ada yang ingin kamu bicarakan?” tanya Nandia, tersenyum lembut. Mike mengangguk, lalu memberi isyarat agar mer

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   112

    Nandia masih gemetar setelah insiden mengerikan itu. Dia duduk di sofa kecil di sudut ruangan, ditemani Galih dan Kakek Anggara. Meski tubuhnya lelah, pikirannya terus berpacu. Tatapan penuh kekhawatiran menghiasi wajahnya saat memandangi Danu yang masih terbaring lemah di ranjang dengan alat-alat medis yang membantu kehidupannya. “Jadi, pria itu mengincar Danu?” tanya Kakek Anggara dengan suara berat, matanya menatap tajam ke arah Galih. “Ini jelas bukan kebetulan.” Galih, yang sejak tadi tampak gelisah, mengangguk pelan. “Betul, Kek. Dia bukan orang biasa. Dari identitas yang kami dapat, dia bernama Reno, mantan kekasih Diana. Ini bukan pertama kalinya dia berurusan dengan hal-hal berbahaya.” Mendengar itu, Nandia langsung menatap Galih dengan mata melebar. “Mantan kekasih Diana? Jadi... ini semua ada hubungannya dengan Diana? Tapi, dia sudah dipenjara. Bagaimana mungkin?” Galih menghela napas berat. “Kita belum tahu sejauh apa keterlibatan Diana. Tapi dari pengakuan sementa

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   111

    “Aku akan sembuh… demi kamu… demi anak-anak kita…” Nandia mengangguk penuh keyakinan. Dalam hatinya, ia tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai, tetapi dengan kehadiran Danu di sisinya, ia merasa mampu menghadapi segalanya. --- Di luar kamar, suara malam perlahan mereda. Namun, di dalam ruang VVIP itu, cinta dan harapan kembali tumbuh. Nandia menggenggam tangan Danu erat, bersumpah dalam hatinya untuk melindungi keluarga kecil mereka dengan segenap tenaga. Di sisi lain, Lidia tersenyum sambil memandangi mereka dari kejauhan, yakin bahwa mukjizat ini adalah awal dari lembaran baru untuk mereka semua. Nandia kembali duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Danu yang masih lemah. Rasa syukur yang sempat membanjiri hatinya kini bercampur dengan kecemasan, terutama setelah mendengar bisikan samar Danu sebelum tak sadarkan diri lagi. Namun, ia mencoba menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian, pintu kamar VVIP itu terbuka perlahan. Seorang pria berpakaian putih lengkap denga

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   110

    "Danu, kamu harus bangun Danu! Aku mencintaimu!" Tubuh Nandia bergetar hebat saat ia memeluk Danu, mencoba membangunkan suaminya yang tak lagi memberikan respons. Air matanya membasahi baju rumah sakit Danu yang terasa dingin. Monitor jantung di samping tempat tidur masih menunjukkan garis lurus yang menandakan Danu telah pergi untuk selamanya. “Danu, bangun! Aku butuh kamu… Niel butuh kamu…dan anak yang aku kandung ini juga butuh kamu,” isaknya putus asa. Tangannya yang gemetar terus mengguncang tubuh Danu, berharap ada keajaiban dan sang suami bangun kembali. Namun, tubuh itu tetap tak bergerak. Di sudut ruangan, Niel masih berdiri kaku, matanya terus menatap tubuh ayahnya. Lidia, yang berada di sampingnya, hanya bisa memeluk cucunya erat, berusaha memberikan ketenangan meski hatinya juga remuk redam. “Papa nggak akan bangun lagi ya, Oma?” bisik Niel dengan suara kecil, penuh ketakutan. Lidia mengusap kepala Niel, berusaha menahan tangis. “Kita berdoa saja ya, Sayang. H

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   109

    Di ruang perawatan VVIP, suasana penuh keheningan yang menyayat hati. Monitor jantung Danu berbunyi lemah, menunjukkan garis naik turun yang semakin lambat. Nandia duduk di sisi tempat tidur, menggenggam tangan suaminya yang dingin. Air matanya tak pernah berhenti mengalir sejak Danu mengalami penurunan tadi. Meski kondisinya masih lemah. Dia tak ingin kehilangan momen bersama suaminya. Di sudut ruangan, Niel berdiri dekat Lidia, wanita paruh baya itu benar-benar sudah berubah. Sedari kemarin, dia merawat Nandia hingga kondisinya membaik. Wajah Lidia pun terlihat cemas, sementara tangannya memegang bahu Niel yang gemetar. “Nandia, kamu harus makan sesuatu. Kamu nggak bisa terus seperti ini,” ujar Lidia pelan, mencoba membujuk menantunya. Namun, Nandia menggeleng dengan lemah. “Aku nggak bisa, Ma. Aku nggak akan meninggalkan Danu, walaupun hanya sedetik.” Lidia menghela napas panjang. "Nandia, kamu harus makan, demi bayi yang ada dalam kandunganmu. Dia butuh asupan makanan untu

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   108

    Di Rumah Sakit Saat ambulan tiba di rumah sakit, dokter langsung membawa Danu ke ruang operasi. Karena saat berada di dalam ambulan, dokter jaga sudah memeriksa keadaan Danu. Nandia mengikuti brankar Danu dari belakang sambil menggendong Niel. Meski bocah itu tak mau digendong, tetapi Nandia tak tega. Apalagi, saat melihat luka di leher dan juga di pipi sang putra. Meskipun sudah diobati saat di ambulan tadi, tetap saja, Nandia merasa bersalah karena tidak mampu melindungi putranya. Pintu ruang operasi tertutup rapat, di atasnya lampu merah menyala, menandakan operasi Danu sedang berlangsung. Waktu terasa berjalan begitu lambat. “Mama, apa Papa akan baik-baik saja?” tanya Niel, suaranya serak. Nandia mengelus kepala putranya dengan lembut, meski hatinya penuh kecemasan. “Papa kamu kuat, Niel. Dia pasti akan bertahan.” Niel hanya menganggukkan kepalanya. Matanya terus menatap pintu ruangan operasi. Rasa khawatir pada sang ayah begitu besar. Beberapa saat kemudian, dokter

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   107

    Wajah Danu tetap datar, meskipun di dalam hatinya ingin rasanya dia menghancurkan pintu itu. "Tunggu aba-abaku," katanya dingin. Namun, di dalam gudang, Andra mulai merasa ada yang aneh. "Hei, kau dengar sesuatu?" tanyanya pada salah satu pria. "Apa maksudmu?" Andra melangkah ke arah pintu, mencoba memastikan, tetapi saat itu juga Danu memberi isyarat. "Sekarang!" Pintu gudang diterjang oleh salah satu anak buahnya, dan kelompok itu langsung menyerbu masuk. Tembakan peringatan dilepaskan ke udara, membuat semua orang di dalam panik. "Andra!" suara Danu menggema di ruangan itu. "berani kau menyentuh anakku, dan aku akan memastikan kau tak punya tempat untuk bersembunyi." Andra tertegun, tetapi ia segera mengambil pistol dari pinggangnya. "Berhenti di situ, Danu, atau anakmu akan meninggal!" ancamnya, mengarahkan pistol ke kepala Niel. Niel menatap Danu dengan tenang, seolah tahu bahwa ayahnya tak akan kalah dalam situasi ini. "Lepaskan dia," ucap Danu, suaranya rendah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status