Share

58

Penulis: MR_7980
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 21:30:58

"Aku harus membuatnya sibuk dengan diriku... bagaimanapun caranya." gumam Diana, sambil mengepalkan tangannya..

Di dalam apartemennya, Diana berdiri menatap bayangannya di cermin. Rencananya sudah sejauh ini. Dia tak ingin gagal hanya karena Danu meninggalkannya demi menolong Nandia. Dia tahu, Danu akan lebih memilih untuk menolong Nandia jika terjadi sesuatu, kecuali jika keadaannya dalam keadaan darurat.

Senyum mengembang di bibirnya saat terbesit satu ide gila di kepalanya. Sebuah rencana yang penuh risiko, tapi ini mungkin satu-satunya cara agar Danu tak lagi memikirkan Nandia-dengan membuat dirinya terlihat rapuh dan memaksa Danu untuk terus berada di sisinya.

"Aku yakin, setelah ini, kamu tidak akan pernah meninggalkanku, Danu!"

---

Saat Danu hendak pulang, Diana mengirimkan beberapa pesan padanya. Lelaki itu hanya melihat sekilas, kemudian memilih mengabaikan pesan-pesan ancaman dari Diana. Danu sudah lelah dengan ancaman Diana.

Di layar ponselnya, pesan-pesan wanita
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 59

    "Diana!" Danu berlari mendekati Diana yang tergeletak di lantai. Wanita itu sudah tak sadarkan diri. Darah terus mengalir dari pergelangan tangannya. Sepertinya, wanita sudah dari tadi menyayat nadinya hingga darah pun merembes hingga ke lantai. Danu begidik ngeri melihatnya. "Diana!" Danu segera berlutut di sampingnya, mengguncang tubuh wanita itu dengan lembut, mencoba membangunkannya. "Diana, bangunlah! Kenapa kamu melakukan ini!" Tak ada reaksi. Wajah Diana tampak pucat pasi, matanya setengah terbuka namun tanpa fokus. Danu segera meraih teleponnya, menelepon ambulans dengan tangan gemetar. Setelah itu, ia mengambil handuk terdekat dan menekannya ke pergelangan tangan Diana, mencoba menghentikan pendarahan sebisanya. “Diana, dengarkan aku,” ucapnya pelan namun penuh kepanikan. “Bertahanlah… ambulans akan segera datang. Aku di sini, jangan menyerah.” Beberapa menit yang terasa sangat lama, akhirnya suara sirene terdengar. Paramedis datang dan langsung menangani Diana, mem

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 60

    Danu tak lagi mempedulikan Diana. Begitu Galih memberitahukan Nandia tidak pulang, dunia seakan runtuh. Ia berdiri dengan cepat, dengan tergesa-gesa, dia melangkah keluar. “Danu … kamu mau kemana? Kamuu akan meninggalkanku sekarang?” Diana berteriak dengan nada penuh kesedihan, tapi Danu tak peduli lagi dengan keadaan Diana. Baginya, tak ada yang lebih penting dari Niel dan Nandia. “Maaf, Diana. Aku harus pergi.” Danu pun keluar tanpa peduli dengan teriakan Diana. Begitu keluar dari ruang perawatan Diana, Danu menghubungi Galih. “Galih, apa yang terjadi pada Nandia dan Niel? Kenapa mereka tidak pulang semalam?” Suara Galih terdengar tegang di seberang. “Dari penyelidikanku tadi, Nandia dan Niel diculik, Danu. Aku mendapat kabar dari anak buah kita bahwa Reihan lah yang menolong Nandia. Dia menemukan mereka di sebuah gudang tua. Mereka sempat disekap di sana, tapi Reihan berhasil membawa mereka keluar dan kini mereka ada di rumah sakit.” Danu mematung sejenak, darahnya mendidih me

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 61

    Danu keluar dari mobilnya dengan jantung berdebar, menggenggam beberapa mainan dan kantong berisi makanan kesukaan Niel. Danu sudah dipersilahkan masuk oleh ART di rumah Nandia. Ya, malam ini, Danu datang ke rumah Nandia demi bisa bermain dengan putranya dan juga mengambil kembali hati Nandia. Tak ada siapapun disana, mungkin, mereka sedang beristirahat di dalam. Hampir setengah jam ia menunggu di ruang tamu, berharap Nandia akan keluar dan berbicara dengannya. Namun, hanya Niel yang muncul, dengan senyum kecil yang langsung meluruhkan amarah Danu. “Papa!” Niel memeluk Danu erat. Bocah itu tertawa saat melihat mainan yang dibawanya. “Terima kasih, Papa. Ini semua untukku?” Danu tersenyum, menepuk kepala putranya. “Iya sayang, ini semuanya untukmu. Maaf kalau Papa baru sempat menjengukmu sejak insiden kemarin,” ucapnya, mencoba menahan rasa bersalah yang membakar dadanya. “Papa dengar kamu sangat berani waktu itu. Bisa ceritakan pada Papa bagaimana kejadiannya?” Niel tampak be

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 62

    Danu melangkah keluar dari rumah Nandia dengan langkah berat. Hatinya diliputi perasaan hampa dan bingung. Meski Nandia tidak secara langsung menolak permintaannya, Danu bisa merasakan tembok besar yang memisahkan mereka. Ia berharap kehadirannya malam ini mampu mencairkan hati Nandia, namun respon Nandia biasa saja. Di dalam mobil, Danu memandangi mainan yang tadi diberikan pada Niel, mendesah pelan, merasa gagal untuk mendekatkan diri pada anak dan istrinya. Tiba-tiba, pikirannya beralih ke satu nama: Reihan. Pria itu sudah terlalu sering muncul di dalam hidup Nandia dan Niel. Keberadaan Reihan selalu membuat Danu merasa terancam, seolah Reihan menjadi figur yang lebih dapat diandalkan bagi keluarganya. “Kalau aku tidak bertindak sekarang, aku bisa kehilangan mereka selamanya,” gumam Danu, memantapkan hati. Dengan sigap, ia menyalakan mobil dan langsung meluncur ke rumah Reihan. Sesampainya di depan rumah mewah Reihan, Danu keluar dari mobil dengan amarah yang seperti bom akan me

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 63

    "Maaf, Tuan, laporan tentang penculikan Nyonya Nandia sudah saya kirim via email beserta foto-fotonya," kata Galih pada akhirnya Danu pun segera mematikan panggilannya. Lelaki itu mencari email dari Galih. Tangannya mengepal saat membaca laporan dari Galih."Kurang ajar! Kamu ingin coba-coba denganku, ya!" Danu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit. Api amarah seketika itu memuncak saat membaca email dari Galih tadi. Ternyata, Dianalah dalang dari penculikan Niel dan Nandia."Kamu pikir, aku tidak tahu kalau bunuh dirimu itu hanyalah alasan untuk mengalihkan perhatianku? Wanita licik!"Sesampainya di rumah sakit, Danu langsung menuju kamar Diana. Sesaat setelah masuk, ia melihat Diana terbaring lemah di ranjang, menatap langit-langit dengan ekspresi kosong. Namun, begitu menyadari kehadiran Danu, wanita itu tersenyum tipis, meski matanya menyiratkan kelelahan.“Danu... aku tidak menyangka kau akan datang,” suara Diana terdengar lemah namun penuh kepura-puraan

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 64

    Danu menghela napas dalam saat melihat wajah Diana yang terbaring di ranjang rumah sakit, terlihat lemah namun penuh kepura-puraan. Emosi masih berkecamuk dalam dirinya, terutama setelah mengetahui betapa jauh Diana telah melangkah demi obsesinya yang mulai tak terkendali. Namun, Danu bukan satu-satunya orang yang geram dengan tindakan Diana. Tak lama kemudian, Galih, asisten setia Danu, masuk ke dalam kamar dengan wajah dingin, melirik ke arah Diana tanpa rasa simpati sedikitpun “Maaf, Tuan Danu, saya sudah menyiapkan rencana yang Anda perintahkan,” ucap Galih, suaranya rendah namun tegas. Danu mengangguk pelan, pandangannya tetap tertuju pada Diana. “Baiklah, Galih. Kita selesaikan semua ini sekarang,” jawabnya dengan nada berat namun penuh tekad. Diana yang terbaring, perlahan mengangkat wajahnya dan menatap mereka dengan tatapan bingung namun tetap arogan. "Apa yang kalian rencanakan?" tanyanya, mencoba mempertahankan gengsinya."Bangun, nggak usah pura-pura kamu! Dokter sudah

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   bab 65

    “Semua sudah beres, Tuan Danu,” lapor Galih, suaranya terdengar lebih tenang. Danu mengangguk tanpa berkata-kata, menatap kosong ke arah jendela. Ia merasa bersalah, namun juga lega. Meski Diana adalah sahabatnya, dia tahu, jika dia memaafkan Diana, wanita itu akan terus bertindak semaunya yang bisa membahayakan nyawa anak dan istrinya. “Aku harap dia benar-benar pergi,” gumam Danu lirih, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Galih mengangguk. “Dia akan pergi, Tuan. Tapi kita tetap harus waspada. Jika dia mencoba melanggar perjanjian ini, kita sudah tahu apa yang harus dilakukan.” Danu hanya mengangguk, lalu tersenyum tipis. “Terima kasih, Galih. Karena selalu ada di sisiku. Mari kita tutup masalah ini dan fokus untuk menjaga keluarga kecilku.” Galih membungkuk hormat. “Itu sudah menjadi tugas saya, Tuan.” --- "Tuan, Sepupu Tuan saat ini sedang datang ke kantor istri, Tuan." Begitu laporan yang dikirim oleh anak buah Danu melalui pesan singkat.Danu segera mengambil kunc

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 66

    Nandia menghela napas panjang saat Danu sudah keluar dari ruangannya. Jujur, dia merasa lelah dengan semua ini. Wanita itu menutup wajahnya dengan tangan yang bertumpu di meja. "Kenapa semua jadi rumit begini?" Setelah keluar dari kantor Nandia, Danu melangkah cepat menuju mobilnya. Tujuannya hanya satu segera ke kantor dan bertemu dengan Galih. Setibanya di mobil, Danu menghentikan langkahnya, memejamkan mata sejenak untuk meredakan emosinya. Dalam benaknya, ia mendengar kembali ucapan Nandia yang meminta agar ia menghormati pilihannya. "Tidak Nandia, sampai kapanpun, aku tidak akan mau mengalah dengan Reihan, meskipun itu sepupuku sendiri. Danu duduk di kursi kantornya dengan tatapan penuh amarah yang membara. Pikirannya masih dipenuhi dengan pertemuan Reihan di kantor Nandia. Harga dirinya terasa tercabik-cabik saat Nandia lebih memilih melindungi pria itu ketimbang dirinya. Baginya, orang-orang yang berani melawannya harus diberi pelajaran—dan kali ini, ia tak akan ragu u

Bab terbaru

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 93

    “Reihan, kamu harus segera ke kantor,” suara ayahnya terdengar cemas di ujung telepon. “Ada apa, Ayah?” tanya Reihan serius. “Ada masalah besar. Saham perusahaan kita tiba-tiba anjlok, dan beberapa investor mulai menarik diri. Kita harus bertindak cepat.” Reihan mengepalkan tangan, merasakan ketegangan dalam nada suara ayahnya. “Baik, saya akan ke sana sekarang.” --- Saat Reihan tiba di ruang rapat, suasana di ruangan itu sangat tegang. Ayahnya, Tuan Hardi, sedang berbicara dengan beberapa direktur utama. Wajah semua orang terlihat serius, dan panik. “Reihan, syukurlah kamu datang,” ujar Hardi. “Kenapa saham kita tiba-tiba jatuh? Apa yang sebenarnya terjadi, Ayah? Apa ada masalah serius dalam perusahaan?” Reihan langsung ke pokok masalah. Salah satu direktur menjawab, “Tidak ada masalah dalam intern perusahaan, Tuan. Harga saham kita tiba-tiba jatuh pagi ini mungkin karena adanya berita salah satu perusahaan yang mengklaim pada media bahwa kita meniru produk dia. Padahal, sem

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 92

    "Nandia," suaranya dingin, namun tegas. "Kita pulang sekarang." Nandia membeku, terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba. "Danu? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan nada ragu. "Aku tidak akan membiarkan pria lain mengambil tempatku. Kamu istriku, dan Niel adalah anakku," jawab Danu sambil melangkah mendekat. Tatapannya sekilas menyinggung Reihan, yang langsung berdiri di depan Nandia seolah melindunginya. "Danu, kamu tidak bisa begitu saja datang dan memaksaku pulang seperti ini," kata Nandia, mencoba menahan amarahnya. "Saya bisa, dan saya akan," Danu mendekat, nadanya menjadi lebih tegas. "Ayo, Nandia. Jangan membuat saya melakukan lebih dari ini." Reihan angkat bicara. "Danu, kalau kamu ingin bicara, bicaralah dengan tenang. Jangan buat Niel takut." Danu tertawa kecil, tetapi tanpa humor. "Jangan ikut campur, Reihan. Kamu harus sadar siapa dirimu. Kamu sudah memiliki tunangan, tidak pantas berjalan dengan istri orang." Nandia menarik napas panjang, men

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   91

    Berita perceraian Danu dan Nandia telah sampai ke telinga Reihan. Meski perceraian mereka tidak diketahui oleh media. Namun, salah satu anak buah Reihan ada yang mengetahuinya. Dan dia pun memberitahukan pada Reihan tentang hal ini.Senyum pun terbit di bibir lelaki tampan itu. Dia akan kembali mendekati Nandia melalui Niel. Karena kunci Nandia ada pada kebahagiaan Niel. Dan dia telah memiliki rencana untuk mewujudkan impiannya."Niel, sabtu besok, Om Reihan akan mengajak Niel berkuda. Nanti akan Om belikan Niel sepatu boots baru dan juga topi untuk kita pakai saat berkuda." Niel yang memang sangat menyukai petualangan bersorak sorai. "Horee, aku akan pergi berkuda!" serunya. Hampir setiap hari, Niel melihat kalender karena tak sabar menunggu hari sabtu. --- Sabtu telah tiba. Pagi itu, suasana rumah Nandia terasa lebih hidup dari biasanya. Niel, bocah kecil itu berlari-lari kecil di halaman dengan sepatu boots yang baru dibelikan oleh Reihan. "Asyik, sebentar lagi, kita akan ber

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 90

    "Aku tidak akan membiarkan semua ini berakhir, Nandia!" gumam Danu saat akan memasuki ruangan sidang. Lelaki itu sudah kembali pada sifat awalnya, dingin dan tak tersentuh. Dia melihat, Nandia duduk di salah satu kursi panjang, mengenakan blazer krem yang membuatnya terlihat lebih segar. Di depannya, Danu duduk dengan ekspresi dingin khas seorang Danu Adiwijaya. Hakim mediasi, seorang wanita berusia 50-an dengan kacamata bundar, memandang pasangan itu dengan tatapan tenang tapi tegas. "Tuan dan Nyonya Adiwijaya, ini adalah sesi terakhir mediasi. Saya berharap kita bisa mencapai kesepakatan hari ini." Nandia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara. "Yang Mulia, saya sudah memikirkan semua ini. Saya ingin berpisah." Danu menyilangkan tangannya, menatap Nandia tanpa ekspresi. "Saya tidak setuju dengan perceraian ini." Hakim mengangkat alisnya. "Tuan Danu, apa alasan Anda menolak perceraian?" Danu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Saya ingin men

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 89

    Di taman "Hampir setengah, kenapa Niel belum kembali juga ya?" Gumam Nandia saat melihat jam yang melingkar di tangannya. Wanita itu mendadak gelisah. Ia mengangkat wajah dari bukunya dan tidak melihat Niel di tempat biasa. Matanya mulai mencari-cari, tetapi hanya ada anak-anak lain yang bermain. “Niel!” panggil Nandia, bangkit dari bangku dan berjalan mengitari taman. Mencari di setiap sudut, tempat Niel bermain tadi, tetapi tidak menemukan putranya. Jantungnya berdetak kencang, panik mulai merayap di dadanya. Nandia menghampiri security yang tadi memanggil putranya. "Maaf, Pak, apa tadi melihat anak saya? Yang Bapak panggil tadi, dia pakai kaos biru?" Security itu terdiam sejenak. "Tadi, dia mengantri es krim disini, Nyonya. Saya tidak tahu lagi karena saya memeriksa di bagian sana karena ada anak yang menangis mencari ibunya, Maaf.” Nandia pun kembali mencari, bahkan bertanya pada penjaga taman, tetapi tidak ada yang tahu. Segala kejadian buruk mulai memenuhi pikirannya. Hat

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 88

    "Pergi, Danu dan jangan pernah kembali lagi."Danu pun keluar dari rumah Kakek Anggar dengan langkah gontai. Sebelum masuk ke dalam mobil, dia pandangi rumah Kakek Anggara. Dia merasa frustasi, karena gagal meyakinkan Kakek Anggara. Lalu, bagaimana cara dia bisa mendapatkan Nandia kembali?Danu pun duduk di dalam mobilnya. Lelaki itu merogoh sakunya, mengambil ponsel untuk menghubungi Galih, sang asisten. "Galih, aku butuh bantuanmu," kata Danu dengan nada serius. “Ada apa, Tuan?” suara Galih terdengar tegas di seberang telepon. “Aku ingin kau melacak keberadaan Nandia dan Niel. Mereka mungkin ada di suatu tempat yang dilindungi oleh Kakek Anggara. Temukan mereka secepatnya. Aku tidak peduli bagaimanapun caranya, yang jelas, kamu harus bisa menemukan mereka." “Baik, Tuan. Tapi ini mungkin butuh waktu agak lama. Kakek Anggara punya jaringan yang luas dan orang-orangnya pasti menjaga mereka dengan ketat.” “Tidak masalah, Galih. Yang penting kamu bisa menemukan mereka. Aku memiliki

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 87

    "Galih untuk sementara, kamu handel urusan kantor. Aku harus bisa menyelesaikan masalahku dengan Nandia." Pesan untuk Galih saat lelaki itu akan berangkat ke rumah kakek Anggara. Dia harus bisa meyakinkan lelaki tua itu. Jika ingin rumah tangganya bersama Nandia terus bersama.Hujan yang mengguyur bumi tak menyurutkan niat Danu untuk pergi ke rumah kakek mertuanya. Sesampainya di depan gerbang rumah kakek Anggara, security masih tidak mau membukakan pagar rumah itu, meskipun Danu telah membunyikan klakson berkali-kali. Karena bising dengan suara klakson, akhirnya security itu pun keluar."Maaf, Tuan. Bukankah sudah saya bilang kemarin, Anda tidak boleh masuk," ujar satpam itu dengan nada tegas."Tolong, beri saya kesempatan. Saya harus bicara dengan Kakek Anggara," pinta Danu, suaranya melemah karena kelelahan dan frustasi.Satpam itu hanya menatapnya dingin, tetap bergeming di tempatnya. Danu menghela napas panjang, lalu menatap pria itu. "Pak, tolonglah, bukakan pintunya. Saya haru

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   86

    "Kalau kamu memang masih mencintainya, kenapa kamu ingin kita kembali, Danu?" Pagi itu, setelah menyaksikan pemandangan di bandara yang menyesakkan dadanya, Nandia akhirnya membuat keputusan besar. Dia mengambil barang-barang yang penting untuk dia dan juga Niel. Dia tak butuh lagi penjelasan dari Danu. Apa yang dia lihat di bandara tadi baginya sudah membuat dirinya mengerti bahwa Danu memang tidak bisa meninggalkan Diana. Setelah memastikan semua keperluan Niel sudah siap, Nandia menatap layar ponselnya. Foto Danu bersama Diana yang dia ambil di bandara tadi sudah siap dia kirimkan. Tangannya gemetar saat mengetik pesan. "Jadi, kamu meninggalkanku sendirian di hutan karena ini? Keterlaluan kamu, Danu! Apa arti semua ini kalau kamu masih saja tidak bisa lepas dari Diana. Kamu tunggu saja surat cerai dariku!" Nandia pun segera mengirimkan pesan. Dia tahu Danu belum sempat melihatnya. Suaminya mungkin masih sibuk bersama Diana. Dengan napas berat, Nandia memandangi rumah yang

  • Tuan Presdir, Nyonya Ingin Bercerai   Bab 85

    Setelah mendapat telepon dari sang istri tadi, Danu memutuskan untuk tidak lagi memarahi Galih. Lagipula, hasilnya cukup memuaskan. Lelaki itu kemudian menghubungi sang asisten. "Galih," panggil Danu. "Iya, Tuan," jawab Galih hati-hati. Danu menghela napas panjang. "Sebenarnya, aku marah karena kamu menggunakan uang perusahaan tanpa seizinku. Namun, aku tahu kamu melakukan ini juga karena permintaanku. Jadi, kamu kumaafkan. Tapi lain kali, aku akan menghukum mu." Galih langsung merasa lega. "Terima kasih, Tuan. Saya hanya ingin membantu." "Tapi lain kali, konsultasikan dulu denganku sebelum membuat keputusan seperti itu, mengerti?" tambah Danu tegas. "Baik, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi," jawab Galih dengan penuh penyesalan. "Sekarang, fokuslah pada pekerjaan awalmu," kata Danu sebelum menutup panggilannya --- Hampir satu minggu Danu berada di negara N. Dia sudah sangat merindukan Niel dan Nandia, istrinya. Ingin rasanya dia menyuruh Galih menggantikannya

DMCA.com Protection Status