Share

Chapter 117 Hilang Akal

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 23:56:41

Tawa pria itu semakin keras di tengah musik yang tenang. “Jangan terlalu percaya diri mengklaim dia milikmu. Dia juga tidak menganggapmu penting.”

Dengan gerakan cepat, Julia menyapu semua gelas di atas meja, hingga membuat pandangan semua orang teralihkan ke arah mereka.

Dalam sekejap, semua gelas itu berserakan di atas lantai. Semua minuman berceceran.

Suara musik yang tenang itu terkalahkan dengan teriakan Julia yang melengking. “Aku sudah bilang kalau dia hanya milikku! Hanya milikku!”

Dia kembali berteriak keras, seperti orang gila yang mengamuk. Dia benar-benar kehilangan akal, tanpa tahu tempat.

Dia frustasi karena kali ini Henry benar-benar tak membutuhkannya lagi. Dia menolak keras kenyataan yang dikatakan pria di sebelahnya.

Kerumunan orang di sana sedikit menjauh dari jangkauan Julia, takut jika mereka terkena imbas amukan wanita gila itu.

Julia mendekat, menarik kerah baju pria yang mengejeknya. Pria itu adalah teman dekatnya, dia tahu bagaimana Julia yang begitu tero
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 118 Operasi

    Samuel mengangguk pelan, matanya seperti menyimpan sesuatu yang tak bisa diungkapkan. Tatapannya jatuh pada perban yang melilit lengannya, seakan luka itu berbicara lebih banyak dari yang dia inginkan. “Selamat beristirahat kembali, Tuan” lanjut dokter itu, sebelum melangkah keluar ruangan.Begitu pintu tertutup, hening menyelimuti. Samuel menarik napas panjang, matanya menerawang ke arah jendela. Pintu kembali terbuka, menampilkan sosok Dave yang baru saja tiba dengan totebag berukuran besar. “Selamat pagi, Tuan. Ini titipan dari Nyonya. Beliau baru bisa datang siang nanti.” Dave memberikan totebag itu pada Samuel. Samuel membuka dengan santai. Isi di dalamnya ternyata baju ganti untuknya. Dia kembali menghela napas, lalu memandang ke arah Dave. “Setelah operasi Eva nanti, kau urus surat-surat kepulanganku dari sini.”Dave mengerutkan kening. Matanya beralih menatap ke arah perban di lengannya. “Tapi, luka Anda masih belum sepenuhnya kering, Tuan,” protesnya dengan nada khawati

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 1

    “Wah, coba lihat. Menantu cacat dari keluarga Harrison ikut bergabung di sini.” Baru saja Eva terduduk. Ia sudah mendapatkan sambutan sinis dari kerabat suaminya. Hari ini, Eva ikut menghadiri pesta pernikahan kerabat jauh dari Henry, suaminya. Namun, kehadirannya tidak disambut dengan baik. Salah satu dari mereka, Bibi Maria, mulai menyahuti. “Henry, kenapa kau harus membawa perhiasan tidak layak sepertinya? Tampaknya dia lebih cocok berada di etalase daripada di keluarga kita.”Anggota kerabat lainnya menatap Eva dengan tatapan mengejek. “Wanita yang berasal dari latar belakang biasa dan juga memiliki penyakit mata, ya. Aku tidak yakin dia bisa melakukan tugas-tugas sebagai istri dengan benar.”“Kami bisa mengenalkanmu pada wanita yang layak denganmu. Kenapa kau harus memilih wanita rendahan sepertinya, Henry?” Eva menundukkan, menyembunyikan wajahnya. Ia berusaha bersikap tenang, tetapi rasa sakit hati mulai membanjiri hatinya. Dia tahu, bahwa setiap acara seperti ini, ia hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 2

    Eva merogoh tasnya, mencari obat tetes mata yang biasa ia gunakan. Namun sayangnya, dia tidak membawa obat tersebut.Eva menepuk keningnya pelan. “Aah … aku lupa membawanya karena terburu-buru.”Rasa perih di matanya itu kini menjalar ke kepala. Eva memukul kepalanya berulang kali, berniat menormalkan pandangannya. Namun pandangan matanya semakin gelap.Eva mulai melangkahkan kakinya menjauh dari sana. Perjalannya ternyata tidak mulus. Dia tersungkur karena pandangan matanya gelap.“Awsh.” Eva merintih kesakitan. Lututnya terasa perih.Eva kembali bangkit melupakan rasa perih di lututnya. Ia terus berjalan sampai di tepi jalan besar dengan langkah kaki tersandung. Tangannya melambai menghentikan taksi yang sedang melaju. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam lamanya, Eva tiba di Central Park Tower Penthouse. Penthouse mewah yang ia tempati bersama Henry. Di mana suasana di dalamnya sangat sunyi dan dingin. Tak ada kehangatan atau warna di dalamnya.Eva berjalan dengan lesu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 3

    Hari demi hari berlalu, Eva kembali menjalani hari dengan kekosongan dan keterasingan. Setelah acara pesta beberapa hari yang lalu, Henry semakin menjaga jarak dengannya.Malam ini, Henry menghadiri gala perusahaan, yang bertempat di The Pierre Hotel. Seperti biasa, suaminya akan pergi bersama Julia, suaminya tidak pernah membawanya ke acara-acara tersebut. Eva bisa merasakan jika kedua orang itu masih menyimpan perasaan satu sama lain. Pikirannya kembali ke percakapan mereka. Henry berbicara dengan nada dinginnya saat Eva bertanya kenapa suaminya itu tidak pernah membawanya ke acara-acara tersebut. “Kita sudah membicarakan ini sebelumnya Eva. Aku tidak mau jika pernikahan ini menjadi perbincangan di kantor.” “Sadar dirilah! Ingat kondisimu. Bagaimana nanti jika khalayak umum tahu jika aku menikahi wanita sakit-sakitan sepertimu!”Eva menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Ia baru saja memeriksa penglihatannya di cermin, merasakan rabunnya semakin parah. Setia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 4

    Eva baru saja keluar dari rumah sakit, memeriksakan kembali kondisi matanya dan menebus obat. Sebelum kembali ke penthouse, Eva singgah di kafe tepi jalan yang biasa ia lewati. Aroma kopi segar dan kue yang baru dipanggang menyambutnya. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan kedamaian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.Seorang Barista membawa cappucino dan kue coklat ke mejanya. “Ini pesanan Anda.”“Terima kasih.”Eva menyeruput cappucino miliknya dengan tenang. Namun, kedamaian itu tidak bertahan lama saat suara wanita memecah keheningan.“Oh, Eva, kita bertemu di sini rupanya.” Tanpa persetujuan, wanita itu duduk begitu saja di kursi sebelahnya.Eva menyipitkan kedua matanya untuk melihat siapa yang datang. Samar-samar dia bisa melihat. Ternyata wanita itu adalah Julia, sekertaris sekaligus mantan kekasih dari Henry.Untuk apa dia berada di sini? Apakah Julia tidak bekerja?Eva mencoba untuk bersikap tenang dan memasang senyum di depan Julia.Ketika Julia melihat Eva, dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 5

    “Henry.” Henry menoleh saat Eva memanggilnya. Senyum miring terbit di wajahnya. Ia sudah menduga, pasti istrinya itu akan mengubah keputusannya.Tak mungkin Eva berani dengan keputusan sebesar itu. “Kau mau merubah keputusanmu?” Henry bertanya dengan penuh percaya diri.“Aku sudah mengurus perceraian kita. Semua dokumen sudah diproses, aku juga sudah menghubungi pengacara untuk membantu mempercepat prosesnya. Kita hanya menunggu keputusan resmi dari pengadilan.” Eva berbicara dengan tenang tanpa beban.Seketika, ekspresi Henry berubah drastis. Rahangnya mengeras, matanya membesar karena terkejut. Apa yang dikatakan Eva bukan kebohongan. Henry melangkah, mendekat ke arah Eva dengan penuh amarah. “Katakan sekali lagi apa alasanmu meminta bercerai? Apa karena uang yang kau terima dariku sudah cukup untuk membuatmu seberani ini padaku?”Eva menggeleng cepat. “Tidak ada yang perlu dipertahankan dalam rumah tangga kita.” Eva menjawab dengan santai. Ada rasa geram saat suaminya selalu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 6

    Dokumen itu ternyata adalah surat perceraiannya dengan Eva. Di dalam dokumen itu sudah dibumbui tanda tangan dari Eva. Henry menatap dokumen itu dengan acuh tak acuh. “Apa Anda benar-benar akan menandatangani surat itu, Tuan?” Ryan ingin memastikan bagaimana keputusan Henry. “Aku akan menandatangani nanti.” Henry kembali menyimpan dokumen tersebut.Ryan bisa melihat ketidak pedulian Tuannya pada Eva. Ia kembali bertanya untuk lebih lanjut. “Apa Tuan sudah mengetahui keberadaan Nyonya Eva?” Henry hanya mengangkat bahunya tinggi-tinggi. Tanpa peduli di mana keberadaan atau bagaimana keadaan Eva. “Dia sendiri yang memutuskan pergi. Biarkan dia sendiri yang merasakan kejamnya dunia luar.” “Bagaimana jika-”“Henry!”Tiba-tiba saja Julia menerobos masuk ke dalam ruangan Henry tanpa permisi. Membuat Ryan menghentikan ucapannya.Henry memberikan kode agar Ryan keluar meninggalkan ruangan. Ryan memahami kode Henry. Ia pun berpamitan sopan. “Kalau begitu, saya permisi, Tuan.” Ryan melang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 7

    Samuel tersenyum puas, akhirnya idenya itu membuat Eva tertarik. Ia memainkan cangkir di tangannya. “Mengatur jadwal dan membantu dengan beberapa dokumen lainnya.” “Itu terlihat menarik.” Eva menunjukkan minatnya. Namun, beberapa detik berikutnya, ia terlihat lesu. “Tapi, aku tidak tahu bagaimana pekerjaan kantor.” Samuel melihat keterbatasan yang dimiliki Eva. Namun, ia tidak ingin berhenti begitu saja. Apapun itu, ia akan mengusahakan untuk Eva. “Kau tidak perlu khawatir, aku bisa menjelaskan lebih lanjut. Aku juga akan mengajarimu.” “Sungguh?” Wajah Eva merona bahagia. “Tapi, apa kau tidak sibuk dengan pekerjaanmu?” Samuel mengangguk santai. “Aku bisa menggunakan waktuku saat beristirahat.” Mata Eva berbinar-binar. Wajahnya cerah dan senyum lebar menghiasi wajahnya. Eva mengangguk, tampak bersemangat. “Terima kasih, Samuel.” Samuel tersenyum lebar. Ia senang melihat antusiasme Eva. Eva menoleh saat lonceng di atas pintu berbunyi. Dengan buru-buru Eva menyudahi percakapann

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 118 Operasi

    Samuel mengangguk pelan, matanya seperti menyimpan sesuatu yang tak bisa diungkapkan. Tatapannya jatuh pada perban yang melilit lengannya, seakan luka itu berbicara lebih banyak dari yang dia inginkan. “Selamat beristirahat kembali, Tuan” lanjut dokter itu, sebelum melangkah keluar ruangan.Begitu pintu tertutup, hening menyelimuti. Samuel menarik napas panjang, matanya menerawang ke arah jendela. Pintu kembali terbuka, menampilkan sosok Dave yang baru saja tiba dengan totebag berukuran besar. “Selamat pagi, Tuan. Ini titipan dari Nyonya. Beliau baru bisa datang siang nanti.” Dave memberikan totebag itu pada Samuel. Samuel membuka dengan santai. Isi di dalamnya ternyata baju ganti untuknya. Dia kembali menghela napas, lalu memandang ke arah Dave. “Setelah operasi Eva nanti, kau urus surat-surat kepulanganku dari sini.”Dave mengerutkan kening. Matanya beralih menatap ke arah perban di lengannya. “Tapi, luka Anda masih belum sepenuhnya kering, Tuan,” protesnya dengan nada khawati

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 117 Hilang Akal

    Tawa pria itu semakin keras di tengah musik yang tenang. “Jangan terlalu percaya diri mengklaim dia milikmu. Dia juga tidak menganggapmu penting.” Dengan gerakan cepat, Julia menyapu semua gelas di atas meja, hingga membuat pandangan semua orang teralihkan ke arah mereka.Dalam sekejap, semua gelas itu berserakan di atas lantai. Semua minuman berceceran. Suara musik yang tenang itu terkalahkan dengan teriakan Julia yang melengking. “Aku sudah bilang kalau dia hanya milikku! Hanya milikku!” Dia kembali berteriak keras, seperti orang gila yang mengamuk. Dia benar-benar kehilangan akal, tanpa tahu tempat.Dia frustasi karena kali ini Henry benar-benar tak membutuhkannya lagi. Dia menolak keras kenyataan yang dikatakan pria di sebelahnya. Kerumunan orang di sana sedikit menjauh dari jangkauan Julia, takut jika mereka terkena imbas amukan wanita gila itu. Julia mendekat, menarik kerah baju pria yang mengejeknya. Pria itu adalah teman dekatnya, dia tahu bagaimana Julia yang begitu tero

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 116

    Henry berubah? Tidak mungkin. Pria itu terlalu arogan, terlalu keras kepala untuk sekedar melirik perubahan. Bahkan jika dia bersikap lebih lembut sekarang, apa itu tulus? Atau hanya karena papa? Eva tidak percaya begitu saja. Henry bukan tipe orang yang tiba-tiba menjadi baik tanpa alasan.Hingga suara Samuel mampu membuyarkan semua pikirannya, “Jangan terlalu dipikirkan. Aku datang ke sini ingin menyampaikan kabar baik untukmu.” Eva memasang wajah penasaran. “Kabar baik? Apa itu? Apa aku boleh pulang?”Setiap perubahan wajah Eva, Samuel mengamatinya. Wajah polos dan naturalnya itu tampak memikatnya lebih dalam. Namun dengan cepat dia mengusir perasaan itu. Dia pun berkata, “Bukan.”Tampak Eva tengah mengerutkan keningnya bingung. “Jika bukan, lalu apa?”“Aku dan Tim Dokter kembali membicarakannya, dan kami memutuskan jika besok adalah jadwal operasi kedua matamu dilakukan.” Eva terdiam sejenak, matanya melebar tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Operasi? Besok

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 115

    Bandara Newark Liberty International. Christian berdiri di depan Henry dengan napas terengah-engah. “Maaf keterlambatan saya, Tuan,” ujarnya, dengan napas masih terengah-engah akibat berlari. Henry yang berdiri di depannya mengernyit bingung. “Kenapa denganmu?” “I-itu … kata Asisten Ryan, Anda sudah menunggu saya di bandara, jadi saya datang buru-buru, takut Anda menunggu lama.” Henry hanya menatapnya dengan wajah datar. “Kalau begitu cepatlah, sebelum aku potong gajimu.” Dia mulai melangkahkan kaki diikuti Christian di belakang. Punggungnya tampak tegak dan kokoh. Langkah kakinya terlihat tegas, dan suara pantofel yang terbentur di lantai bagaikan irama mengiringi setiap langkahnya. Mereka berdua segera memasuki ruang pemeriksaan sebelum keberangkatan berlangsung. Karena jarak antara Manhattan dan Chicago cukup jauh, Henry memilih menggunakan pesawat untuk mempersingkat waktu. Dia berada di bandara lebih awal sebelum malam menjelang. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan,

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 114 Berubah Haluan

    Eva membeku, menyadari ada yang salah dengan ucapannya. Dia sedikit tergeragap. Bukan seperti itu yang dia maksud. “Aku hanya … tidak suka merasa terkurung!” jawabnya dengan tegas dan sedikit meninggi. Henry terkekeh pelan saat melihat Eva tampak kikuk. Sementara Eva berdecih kesal, pasti pria itu tersenyum penuh kemenangan dan begitu percaya diri. Dia sendiri juga bingung, bagaimana bisa orang itu bisa memiliki tingkat percaya diri tinggi sekali. Alias, narsis. Dengan cepat dia melanjutkan, “Jangan terlalu percaya diri! Aku berbicara seperti itu karena memang merasa tidak masuk akal. Kau bisa pergi sesuka hati, sementara aku …?” Eva menunjuk diri sendiri dengan ekspresi penuh ketidaksetujuan. “Harus terkurung di rumah sakit!”Henry tersenyum tipis. Meskipun suasana hatinya sedikit kesal dan cemas, tetapi dia tidak bisa menahan senyumnya. Dia merasa terhibur dengan sikap Eva yang menunjukkan ketidaksetujuan.Dengan suara melunak dia menjawab, “Kau benar, memang terasa tidak masuk

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 113

    Eva tertegun sejenak, mencerna ucapan Henry. Chicago? Kenapa dia tiba-tiba pergi ke sana? Namun, dia Menyadari kembali bahwa Henry adalah seorang CEO, penerus perusahaan milik Kakek Buyutnya. Sudah biasa dia datang dan pergi secara tiba-tiba. “Apa kau melakukan perjalanan bisnis ke sana?” Eva bertanya dengan pelan. Henry mengangguk, meski Eva tidak melihatnya. “Ya, aku melakukan perjalanan bisnis ke sana.”“Kalau kau menugaskan Asisten Ryan di sini, kau akan pergi dengan siapa?” Eva kembali bertanya dengan penasaran. Pasti dia pergi bersama Julia. Eva bisa menebaknya. Dua orang itu memang tidak akan bisa terpisahkan. Tak bisa disangkal jika hubungan mereka semakin dekat dan intim. Mengenai kedekatan Henry dan Julia tak memengaruhinya lagi. Seiring berjalannya waktu, dia menyadari jika cemburu hanya membuang-buang tenaganya. Dia sadar, jika kehidupan tak selalu seperti yang dia inginkan. Dulu, setiap kali dia melihat kedekatan Julia dan Henry, hatinya terasa sesak. Apalagi keny

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 112

    Tiga hari kemudian, suasana di rumah sakit tampak lebih tenang. Kondisi Eva jauh lebih baik dari kondisi sebelumnya. Begitu dengan Samuel, pemulihannya begitu cepat, karena imun tubuhnya sangat kuat. Meski masih sedikit merasakan sakit di bagian tertentu. Di ruang konferensi medis, Henry kembali melakukan pertemuan dengan beberapa dokter yang akan terlibat dengan operasi Eva. Dalam pertemuan itu, Samuel juga ikut turut andil. Di balik ketenangan mereka, para dokter mencoba bersikap normal. Namun sebenarnya, jantung mereka terpacu saat melihat ketegasan wajah Henry. “Aku rasa tidak ada lagi waktu untuk menunda operasi. Bagaimana dengan persiapan kalian?” ucapnya, memandang satu persatu dokter di ruangan itu. Dan seperti biasa, Dokter Collins yang menjawab, “Kami mempersiapkan sebaik mungkin, Tuan. Tapi-”“Tidak ada tapi-tapian!” Henry memotong dengan cepat, tahu apa yang akan dikatakan oleh Dokter Collins padanya. “Aku tidak menerima alasan dalam bentuk apapun. Yang aku butuhkan

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 111 Pembelaan Henry

    Elise tercengang. “Apa katamu?” Dia memastikan jika indera pendengarannya tidak salah dengar, jika putranya itu membela menantu miskinnya. “Apa perkataan Henry kurang jelas?” tegasnya, di dalam matanya menunjukkan amarah. Gigi Elise gemertak. Dia tidak percaya jika putranya yang selalu menuruti ucapannya kini berani melawannya. Tak ada yang istimewa dan bisa dibanggakan dari menantunya, untuk apa putranya itu membelanya? Apa yang sudah wanita itu berikan pada putranya hingga berani melawan dan berbicara nada tinggi. “Untuk apa kau membelanya, Henry?” Suaranya meninggi, hingga urat di lehernya terlihat. “Wanita itu hanya mendatangkan kesialan di keluarga kita! Untuk apa masih dibiarkan saja?”Henry ingin meledakkan emosinya, tetapi dia harus bisa menahan di depan orang tuanya agar tidak meledak. Entah bagaimana dalam hatinya itu seperti tidak terima mendengar setiap perkataan mamanya.Akhirnya dia pun bersuara dengan tegas, “Sudah cukup, Ma! Jangan sampai Henry melaporkan ini pada

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 110 Amarah Elise

    Ibu dan anak ternyata sama saja!” Elise berujar dengan nada sedikit meninggi, tampak kesal.Julia menatap dengan bingung, alisnya berkerut. “Ibu dan anak … sama saja?” ulangnya dengan nada penasaran. “Maksudnya bagaimana, Aunty?” Elise mendadak diam, sadar jika dia salah berucap. Wajahnya seketika berubah, ekspresi kesalnya itu berganti canggung. Dia menatap Julia yang penuh kebingungan, mencoba mencerna apa yang baru saja dia ucapkan.“Ah, haha … tidak … kau hanya salah dengar tadi,” ucapnya, diikuti dengan nada penuh candaan. “Sudah, ayo habiskan makananmu.” Elise kembali menikmati makanan miliknya, berusaha menghindari pertanyaan dari Julia.Julia bertanya-tanya dalam hati, merasa penasaran. Matanya bergerak mengikuti pergerakan Elise, seolah mencari jawaban yang tersembunyi. “Aku yakin tidak salah dengar. Sepertinya ada sesuatu yang tidak aku ketahui. Jika aku tidak diberitahu, maka aku akan mencari tahu sendiri,” katanya dalam hati. Langit siang mulai beranjak senja, dengan s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status