“Manajer Mega aku sudah menentukan waktu dan tempatnya, dia meminta kita untuk segera pergi kesana,” Saat pukul 2 siang Dewi datang ke ruangan Mega untuk menyampaikan hal ini. “Baiklah,” Mega mengangguk mengiyakan, dia membereskan dokumen di atas mejanya dan keluar bersama Dewi. “Manajer Mega mobilmu bagus sekali,” saat berada di depan mobil Mega, Dewi memujinya. Mega hanya tersenyum, mobil BMW 320i sport ya memang seperti ini, tidak bisa dibandingkan dengan mobil mewah, tetapi jika dibandingkan dengan mobil dalam negeri maka terlihat jauh lebih baik. “Dimana kita akan bertemu dengannya?” Mega bertanya setelah masuk kedalam mobil. “Hotel Marbella,” Dewi menjawab. Mega mengangguk mengiyakan dan melajukan mobilnya ke hotel Marbella. Hotel itu berada di sebelah utara kota Bandung, jika jalanan macet maka membutuhkan waktu sedikitnya 1jam. Pukul 3 sore mereka berdua akhirnya sampai di depan gedung hotel Marbella, mereka berdua masuk kedalam dan memb
Mega terlihat mengerutkan keningnya, dia juga tidak bodoh cara Direktur Arfan memandangnya terlihat jika dia memiliki niat lain, dan juga saat meminum gelas pertamanya tadi hal itu benar-benar terlihat jelas. “Direktur Arfan, manajer Mega memang sedikit tidak enak badan beberapa hari ini, aku akan menggantikannya untuk minum,” Dewi melihat jika Ricky memaksakan kehendaknya dan dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan meraih gelas meneguknya menggantikan Mega. “Dewi jika begini kamu sama saja mempermainkanku,” Direktur Arfan berkata sambil menatap Dewi. “Direktur Arfan jangan berkata seperti itu. Kalau begitu aku akan meminum 4 gelas sebagai hukumannya,” Dewi tersenyum sambil menuangkan minumannya kedalam gelasnya. Dewi menenggak habis 4 gelas minuman kemudian Ricky berkata, “Nona Dewi yang dimaksud direktur kami adalah kamu masih belum pantas mengajaknya bersulang.” Dewi seketika tercengan dan hatinya begitu kesal, tetapi sebagai seseorang yang suda
“Apa maksudnya? Kalian sudah menyinggung Direktur Arfan dan ingin pergi begitu saja? Kalian anggap Direktur Arfan apa?” Ricky tersenyum sinis. “Aku sedikit tidak enak badan dan tidak bisa menemani kalian minum, kalian menganggapnya jika aku menyinggung kalian? Pemikiran macam apa itu?” Mega bertanya dengan geram. “Mega kamu juga tidak mencari tahu siapa sebenarnya direktur kami, kalian hanya pegawai kecil tetapi tidak memperlakukannya dengan tidak baik. Bagaimana kelak direktur kami akan menghadapi kalian?” Ricky berkata sinis. Seketika ekspresi wajah Dewi terlihat berubah, dalam hatinya dia merasa takut, kemudian dia membisikan sesuatu ditelinga Mega: “ Manajer Mega, Direktur Arfan itu mungkin sebenarnya dia adalah Arfan putra dari keluarga Suryana, ada desas-desus jika dia begitu berambisi, pandai menggertak dan mengontrol begitu banyak perusahaan besar dan sering menindas mereka yang lemah.” Arfan? Ekspresi diwajah Mega sedikit berubah, tentu saja dia
“Kamu sekarang ada dimana? Kita berada dalam masalah, cepat datang dan selamatkan kita,” begitu Sean mengangkat teleponnya Mega langsung berkata dengan terburu-buru. “Kenapa, kamu sekarang ada dimana, aku akan segera pergi kesana,” Sean bertanya cemas. ”Hari ini aku membantu pegawaiku untuk mengurus satu klien tetapi tidak disangka klien itu adalah Arfan dari keluarga Suryana. Dan yang paling gawat adalah Dewi berusaha membantuku untuk menghadang mereka, dan dia tidak bisa menyelamatkan diri, cepat datang dan selamatkan dia,” Mega menjelaskan singkat. Mega tahu jika Sean pandai berkelahi, jika bisa menghabisi Arfan yang begitu brengsek maka hal itu baru setimpal. Mengenai apa yang terjadi selanjutnya dia tidak sempat memikirkan begitu banyak, yang terpenting adalah dia bisa menyelamatkan Dewi. “Baiklah aku akan segera kesana,” setelah mendengar Mega yang sudah berhasil kabur Sean merasa lega. Tetapi dia tidak berlama-lama lagi dan langsung menjalankan dengan k
Sean melihat Dewi yang berada di tangan kedua pengawal itu dengan wajah bengkak karena habis dipukuli, seketika membuatnya begitu marah dan maju kedepan memukul mereka. Bagaimanapun juga Dewi sudah mati-matian membantu Mega agar bisa kabur, meskipun hal ini tidak ada hubungannya dengan Mega tetapi Dewi masih juga pegawainya. Hal ini juga bisa membuatnya marah. BUGH! BUGH! BUGH! Kedua pengawal itu belum memberikan reaksi tetapi sudah dipukul oleh Sean. Pukulan Sean begitu keras, hanya dengan beberapa kali pukulan saja mereka berdua sudah langsung terjatuh dan langsung tidak sadarkan diri. “Kamu turunlah ke bawah, Mega akan mengantarmu ke rumah sakit.” Melihat Dewi yang terluka dan hanya luka luar membuatnya bernafas dengan lega. “Baiklah, terima kasih,” Dewi merasa lega, meskipun mendapat pukulan beberapa kali, tetapi asalkan tidak dilecehkan, dia merasa bersyukur. Dia juga tidak berani untuk berlama-lama disini, mengambil tas miliknya dan berjalan ce
"Kak Sean, perkataanmu terdengar seperti Perusahaan Champion itu milikmu saja," kata Dewi sambil tersenyum. "Aku bisa meramal kalau satu bulan kedepan kamu akan sangat beruntung," kata Sean sambil tersenyum. "Jangan mengatakan hal yang tidak pasti sembarangan," kata Mega sambil melototi Sean dan dia tahu jelas apa maksud perkataan Sean. Kevin merupakan direktur sementara di perusahaan Champion, maka sangat mudah untuk Sean mengatakan hal ini. Jadi, kemungkinan besar Dewi akan berhasil lolos ke Perusahaan Champion. Namun dia sudah pernah meminta bantuan kepada Kevin, dia tidak bisa memastikan apakah Kevin akan membantunya lagi atau tidak. Bagaimanapun hal seperti ini, akan semakin berkurang jika semakin sering dipakai. Sean hanya tersenyum dan tidak berbicara. Dewi juga tidak menganggap serius dan menganggap kalau Sean sedang bercanda. "Menurutmu haruskah aku melapor pada polisi?" kata Mega kepada Sean. Sean menggelengkan kepala, "Tidak perlu, tidak
"Sean, ini adalah profesor Indra. Yang ini adalah profesor Lubis, dan yang ini adalah profesor Sendi. Mereka bertiga adalah senior dibidang barang antik," jelas Bambang. "Halo profesor Lubis, salam kenal," kata Sean sambil bangkit berdiri dan menjabat tangannya. "Salam kenal, aku sudah pernah mendengar tentang dirimu dari ayah mertuamu. Kamu benar-benar anak muda yang berprestasi," kata Lubis penuh pujian sambil menjabat tangan Sean. "Terimakasih atas pujiannya profesor Lubis, ini semua hanyalah keberuntunganku saja," kata Sean dengan rendah hati. Setelah berbicara dengan profesor Lubis, Sean pun menjabat tangan profesor Sendi, "Halo profesor Sendi, salam kenal." "Halo, nanti silahkan tunjukan kemampuanmu kepada kami ya," kata Sendi sambil menganggukkan kepala dan tidak berkata lebih lagi. Meskipun sebelumnya Bambang telah memuji Sean secara berlebihan, namun Sendi masih tidak percaya kalau pria muda seperti Sean bisa memiliki kemampuan yang tinggi d
Dia melirik Sean lalu memberikan lukisan pada tangannya itu kepada Indra. Indra merupakan seorang senior di bidang barang antik ternama di kota Bandung. Banyak pengusaha dibidang barang antik mengenalnya, Devindra termasuk salah satunya. "Baiklah, aku akan melihatnya dulu," kata Indra sambil menerima lukisan itu. Sean juga merasa penasaran dan langsung menatap kearah lukisan itu. Ini adalah sebuah lukisan kaligrafi yang terbuat dari kain bludru berwarna kuning. terlihat begitu cantik. Terlihat gunung dan air pada lukisan itu dengan tulisan yang ada di sampingnya menambah keeleganannya. Indra mulai menelitinya, Lubis dan Sendi juga menatapnya dengan penasaran. "kain bludru ini memang sangat bagus dan sejak zaman dulu kain ini dipakai oleh orang yang dikenal kaya. Namun teknik melukis diatas kain ini sangatlah biasa. Jika ka dilihat dengan teliti, tidak terlihat begitu elegan juga. Dan jika ingin dijual, maka lukisan ini masih bernilai sekitar 300 juta , bagaim
“Dian, apa kamu sedang sibuk?” Sean menelepon Jenderal Dian, suaranya terdengar dingin.[Ya, Tuan, aku baru saja mau pergi makan, apa kamu sudah makan? Kalau kamu belum makan, aku traktir kamu makan.] Jenderal Dian tertawa."Oke, aku akan mencarimu sendiri di hari lain, tapi Dian, aku punya sesuatu untuk didiskusikan denganmu, apa kamu bisa menyisihkan beberapa menit untuk mendengarkanku?" Sean juga tertawa.[Tentu saja tidak masalah, katakan saja,] jawab Jenderal Dian."Aku ingin keluarga Wijaya menghilang dari muka bumi ini!" Ucap Sean dengan dingin.Dian yang mendengar itu terkejut, dia menggertakan giginya dengan kuat. [A-ada apa, Tuan? Apa yang terjadi?]"Lakukan, aku ingin keluarga Wijaya menghilang hari ini juga!"Dian yang menyadari terjadi sesuatu antara Sean dan Riswan langsung bergegas membawa anak buahnya menuju kediaman keluarga Wijaya,***Sementara itu, malam hari di kediaman Wijaya.BRAK!"Bajingan!" Gerutu Riswan dengan kesal. "Beraninya dia memperlakukanku seperti in
"Tidak, kamu masih tidak terlalu mengenalku, aku hanya manusia biasa, aku tidak mencintai itu semua, aku hanya mencintai uang. Begini saja, melihat ketulusanmu, aku akan mengurangi sedikit uangnya menjadi 10 milyar, kita semua orang terhormat, tidak perlu membicarakan harga lagi." Sean melambaikan tangannya, tampak seperti orang yang menyukai uang. Sebenarnya dia hanya ingin memeras Riswan. Malam itu, Riswan tidak ingin pergi ke supermarket untuk melakukan sesuatu, dan setelah kejadian ini, dia merasa Riswan tidak tahan untuk tidak pergi ke supermarket untuk melakukan sesuatu. Kalau begitu, peras dia dengan keras dulu, ketika dia benar-benar membuat masalah, kemudian memerasnya lagi, atau memberikan sedikit masalah pada keluarga Wijaya-nya, lihat apa dia berani pergi ke supermarket membuat masalah di masa depan? Begitu Sean mengatakan ini, Riswan dan yang lainnya tercengang. '10 Milyar?!' Ini jelas adalah perampasan! Riswan mengeluh di dalam hatinya, mengeluh hingga hampir muntah
Dia tidak menyangka itu Sean, meskipun dia tidak tahu identitas pasti Sean, tapi pria ini adalah dewa yang ingin diajak bersulang oleh tokoh-tokoh kuat di kota, termasuk Rendy. Dia hanya putra dari keluarga kecil, sama sekali tidak berani menghadapinya. "Sean, Tuan Muda Riswan kami sudah datang, bukankah kamu tadi berteriak ingin melihat Tuan Muda Riswan kami, kamu berani sombong? Oh iya, kami Tuan Muda Riswan adalah pewaris Keluarga Wijaya, salah satu dari empat keluarga besar," kata Beni memberikan pandangan mengejek pada Sean. Sebelumnya dipukuli oleh Sean, sekarang Riswan ada di sini, dia segera melanjutkan kembali penampilannya yang arogan dan sombong. Sean bahkan tidak menatapnya sama sekali, hanya menatap Riswan dengan datar. “Ternyata kamu,” Riswan tidak menyangka itu adalah Sean, ekspresi matanya tiba-tiba menjadi suram. Hubungannya dengan Sean sudah naik ke titik musuh sejati, dia belum pergi mencari masalah ke Sean, tapi tidak disangka Sean ter
"Hutang mamaku padamu sudah dibayar, sekarang kita akan menghitung kompensasi untuk kerusakan mental mamaku selama periode ini. Oh iya, dan adik iparku," kata Sean sambil tersenyum mengejek. Awalnya dia hanya ingin membayar hutang Natalie, mengambil kwitansinya lalu pergi dari tempat itu. Tidak disangka, Beni ternyata masih ingin mempermainkannya, jadi dia menemani Beni untuk bersenang-senang. "Ada apa denganmu? Kompensasi kerusakan mentalnya seharusnya dia sendiri yang memintanya pada kami baru benar, kan," Beni tertawa mendengar perkataan Sean. “Kenapa? Dia mamaku, aku sebagai menantu, bukankah tidak masalah mencari kalian untuk menghitung kompensasi kerusakan mental?" Sean melotot ke arah Beni. Mamamu? Kami tidak melihat dia memperlakukanmu sebagai menantu, kalau tidak bagaimana mungkin dia meninggalkanmu sendirian, dan dengan tidak pedulinya melarikan diri. Wajah Beni menjadi sangat jelek, tapi dia masih berkata, "Kamu jangan bercanda, tadi juga
"Lepaskan dia, berapa banyak hutangnya, aku akan membayarnya," menanggapi pengakuan bersalah Natalie, Sean tidak repot-repot menanganinya, Natalie bahkan meminjam dari lintah darat untuk mendapatkan kembali uang kalah judinya, dia sama sekali tidak percaya omong kosong Natalie. Di masa lalu, dia melihat dengan matanya sendiri, ada orang yang demi berhenti berjudi, dia bahkan memotong jari kelingkingnya. Tapi tidak lama kemudian, orang itu menginjakkan kaki di kasino dan kehilangan celana dalam. "2 miliar dengan tambahan bunga 15%," Natalie dengan tergesa-gesa berkata. Sean menatap tajam ke arah Beni, dan Beni dan yang lainnya pun menatap serius wajah Sean, kemudian Beni mengangguk, berkata, "Benar, total semuanya jadi 2,3 miliar, jika kamu dapat membayar kembali uang itu, aku akan segera melepaskannya." "Berikan aku nomor rekening," kata Sean sambil menatap handphone yang dia keluarkan. Beni tertegun, kemudian tertawa, langsung memberikan nomor rekeningny
Jennie juga merupakan wanita cantik di sekolahnya. Sejujurnya, Beni yang sudah hidup lebih dari 30 tahun dan melihat banyak wanita, tapi dia belum pernah melihat wanita cantik seperti Jennie. Alasan Beni meminjamkan uang sebanyak 2 miliar kepada Natalie itu karena dia sudah melihat foto Jennie sebelumnya. Biasanya, tidak banyak orang yang bisa dengan tepat waktu melunasi pinjaman rentenir, apalagi pinjaman dengan bunga berganda semacam ini. Jika melihat Jennie orangnya langsung hari ini, dia bahkan lebih cantik dari foto, Beni langsung tertarik. “Benar, dia putriku Jennie, Jennie, cepat kesini dan temui Kak Beni,” Natalie dengan hati-hati tersenyum dan berbicara, Beni bisa memberikan toleransi beberapa hari, membuatnya sedikit terkejut, dan tidak berpikir hal lainnya sama sekali. “Halo, Kak Beni,” Jennie dengan sedikit takutnya menyapa Beni. "Jennie cantik, sini duduk, tolong cepat tuangkan teh," Beni menyuruh pria berotot untuk menyiapkan teh. Si pria be
Keesokan harinya Mega bangun pagi-pagi dan tidak mengatakan sepatah kata pun kepada Sean, bisa dilihat bahwa dia masih sangat marah. Sepertinya itu bukan hanya marah biasa, itu sangat menyedihkan. Sudah hampir sepuluh tahun menikah, Mega dibohongi, jika wanita yang lain, tidak mungkin hanya marah semudah itu. Mega terjaga, dan Sean juga sudah bangun. Dia diam-diam menatap Mega yang sedih yang tidak berbicara dengannya, hatinya merasa sedikit terguncang, dan bahkan dia hampir ingin menceritakan yang sebenarnya padanya. Setelah Mega keluar, Sean juga bangun untuk mandi. Lalu dia pergi ke dapur untuk membuat sarapan untuk Andin. Setelah mengantarkan Andin ke sekolah, dia berencana pergi ke supermarket. Meskipun tidak mungkin bagi Riza untuk mengirim seseorang ke supermarketnya untuk menimbulkan masalah, dia tahu bahwa Riswan pasti akan mengirim seseorang, dan itu masalah akhir-akhir ini. Pada saat itu, dia masih gelisah tentang Irfan, dan dia khawatir kepercayaan
Pria muda itu mengambil kotak nasi itu tanpa sadar dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi ternyata dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Pagi ini dia makan beberapa roti dan memang sedikit lapar, dia diam-diam mengucapkan terima kasih kepada Andin dan Sean sebelum membuka nasi kotak. Tetapi ketika nasi kotak terbuka, dia tercengang. Dia kaget melihat puluhan juta uang tunai, lalu buru-buru menatap Sean. Tetapi pada saat itu Sean memegang tangan Andin dan berjalan di luar taman. “Semoga kehidupan kalian diberkati!” Pria muda itu bergetar, di belakang Sean dan Andin dia membungkuk, matanya sedikit basah. Akhirnya dia menyadari, bahwa saat dia menelpon keluarganya tadi, ada sepasang ayah dan anak perempuan yang melewatinya, saat itu di tidak memperhatikan, dan percakapannya pasti didengar oleh ayah dan anak perempuan itu. Untuk bantuan Sean, dia mengingat erat-erat di dalam hatinya. Dan akan benar-benar ingat penampilan mereka berdua. Uang itu sangat penting baginya.
Dia juga orang yang memiliki harga diri, dia ingin dengan kemampuannya sendiri naik selangkah demi selangkah, tapi perasaan yang semua sudah diatur oleh orang lain ini membuatnya sangat tidak nyaman. “Itu, aku, aku tidak tahu apa yang dipikirkan Tuan muda Sean,” Chandra tertawa. “Lupakan saja, aku juga tidak mempersulitmu, aku akan bicara sendiri dengannya,” kata Mega dan meninggalkan kantor Chandra. Pada saat itu, saat itu dia benar-benar mengetahui identitas Sean yang sebenarnya, di hatinya tidak ada rasa terkejut dan bahagia. Yang ada hanya perasaan ditipu. Setelah meninggalkan perusahaan, Mega memarkir mobil di sisi jalan, mengeluarkan ponselnya, dan mencari nomor Sean. Dia awalnya ragu, tapi akhirnya dia tetap tidak menelepon Sean. Awalnya, dia ingin menanyakan mengapa Sean terus membohonginya, tetapi setelah memikirkannya, dia menyerah. Sean telah menipu dia. Apa gunanya bertanya lagi? Sebelum Mega kembali ke rumah, dia ditelepon Dewi, mengunda