Irfan sedikit ragu-ragu tetapi keraguan itu dia tepis dan mengikuti Sean yang berjalan menuju meja yang diduduki oleh Erwin. Tidak ada tempat lagi di meja lainnya, mereka tidak mungkin makan sambil berdiri. Melihat Sean dan Irfan kedua orang miskin itu berani duduk di meja utama, dan orang lain yang melihatnya seketika menjadi tidak senang. Mereka menunjukan senyum merendahkan. Meja utama yang diduduki oleh Erwin masih ada 2 kursi kosong yang tersisa, lalu mereka mendudukinya. Orang-orang yang sudah duduk di meja itu melihat mereka dengan tatapan aneh. Meskipun tidak ada pembagian jelas mengenai tempat duduk dan tidak ada aturan siapa yang harus duduk dimana. Mereka semua sudah dewasa asalkan memiliki pengalaman dalam bersosialisasi ataupun kesadaran diri, tentu saja mereka tahu jika mereka harus duduk dimana jika berada di acara saat ini. Jika kamu ingin duduk di meja utama maka kamu harus memiliki kemampuan dan kekuasaan, jika tidak dimata orang lain kamu dianggap tid
Sorot mata Yasmin terlihat mencemooh tetapi Erwin malah terlihat kebingungan. Apa aku saja yang berpikir terlalu banyak, dan Sean adalah seseorang yang mengenal bos dari La Castillo saja ? Davindra menggelengkan kepalanya, berdasarkan status yang disandangnya dan jika dibandingkan dengan Sean yang hanya orang miskin maka benar-benar membuat dia kehilangan martabatnya. Dia beranjak dari tempat duduknya, melihat ke semua orang, dia mengatakan dengan lantang, “Hadirin sekalian sebelum meminum anggur ini lebih baik rasanya jika kita meminta Pak Erwin untuk bersulang terlebih dahulu untuk kita semua.” Semua orang mengiyakan apa yang Irfan katakan, dan meminta Erwin untuk mengatakan dua patah kata. “Baiklah kalau begitu, aku akan mengatakan beberapa patah kata,” Erwin juga tidak menolak lagi, dia beranjak dari tempat duduknya dengan mengangkat gelas anggurnya, pandangan matanya entah disengaja atau tidak melihat ke arah Sean, dan tersirat bangga di dalam matanya.
Hari ini Erwin mengundang mereka sepasang suami istri untuk datang ke acara reuni kali ini. Tentu saja karena dia tidak memiliki niat baik untuk mereka, tetapi kenapa Sean masih saja membiarkan Erwin bersikap semaunya. “Tolong kalian dengarkan sebentar, ternyata ada seseorang yang tidak tau malu disini, di acara yang diadakan oleh Pak Erwin ternyata dia masih berani mengatakan jika Pak Erwin masih tidak pantas untuk dia ajak bersulang,” Yasmin berkata dengan menunjuk ke arah Sean dengan begitu keras karena ingin semua orang mendengarnya. “Eh Sean, sejak kapan kamu berubah menjadi orang yang memalukan? Apakah pendapatanmu setiap bulan sudah ratusan juta atau bahkan milyaran? Apa kamu tidak ingin membuat temanmu ini merasakan kesuksesanmu?” “Iya benar, kita semua adalah teman lama, biarkan semua orang minum bersamamu.” Mendengar perkataan itu membuat seseorang kembali mencemoohnya. “Jika kamu merasa iri dengan kesuksesan Pak Erwin jangan ragu untuk mengak
Laki-laki itu atasannya Erwin, yaitu Irwan. “Tuan Sean, ternyata kamu juga datang untuk makan malam disini?,” Irwan menyapa Sean dengan ramah. Beberapa hari yang lalu Sean baru saja mengajaknya makan, tetapi dia masih saja tidak mempercayainya. Pemuda yang kelihatannya biasa-biasa saja ternyata pemilik Perusahaan Champion. Semua atasannya memperlakukannya dengan begitu baik, semua bagian harus bekerja sama dengan Perusahaan Champion, perlakuan sebesar itu adalah pertama kalinya dia lihat di dalam perusahaan tempatnya bekerja. Tentu saja, semua orang begitu paham akan hal ini. Bagaimanapun juga hanya investasi yang salurkan kepada Perusahaan Champion saja sudah melebihi investasi perusahaan Wijaya. Pajak yang disetorkan oleh perusahaan Wijaya dalam setahun saja lebih dari 10 Triliun, dan membuat perusahaan Wijaya mendominasi pasar di Bandung. Dan setelah Perusahaan Champion resmi beroperasi maka semua orang bisa membayangkan seberapa besarnya Perusahaan Champion na
“Baiklah, aku pasti akan mempertimbangkan apa yang disarankan oleh tuan Sean,” Irwan mengangguk mengiyakan. Meskipun dia berkata seperti ini, tetapi dia benar-benar berada dalam kesulitan, dalam hatinya dia sangat ingin menuliskan nama Erwin ke dalam daftar untuk mengikuti proyek itu. “Iya, kalau begitu terimakasih atas waktunya, dan selamat makan malam Pak Irwan,” Sean mengangguk dan kemudian berjalan menuju ke mobilnya. Karena diperlakukan dengan semena-mena oleh Sean dan Irfan, Erwin juga sudah tidak ingin melanjutkan acara ini, dia meminta maaf kepada semuanya dan pamit untuk meninggalkan acara. Orang lain yang melihat hal ini juga sudah tidak memiliki keinginan untuk makan dan minum, dalam hati mereka merasa kesal kepada Sean dan Irfan karena telah mengacaukan acaranya, dan kemudian turut membubarkan diri. Sedangkan percakapan Sean dan Pak Irwan juga dilihat oleh mereka yang baru saja keluar dari dalam restoran di hotel itu. Melihat Sean yang sepertinya memili
Devindra yang meskipun mengendarai mobil lebih bagus dari Sean, tetapi dia benar-benar kehilangan muka untuk saat ini. Sejujurnya, dia sebelumnya hanya menganggap Sean sebagai orang miskin saja, dan tidak begitu ingin memperdulikannya. Tetapi, tidak disangka jika Sean adalah salah satu orang diantara teman lamanya yang sudah sukses. Dan yang lebih tercengang tidak percaya adalah Devan. Dia sempat bersitegang dengan Sean dan Irfan, dan dengan jelas membandingkan status mereka. Dia juga sampai membawa-bawa uang untuk merundung mereka. Kemudian, setelah itu dia baru menyadari jika status dan kekayaan yang dia miliki benar-benar jauh dari jangkauannya, dan bisa membuatnya mati terpuruk. “Pak Irwan,” melihat atasannya datang mendekat, Erwin menyapanya dengan terburu-buru dan mengkondisikan perasaannya. Irwan yang melihat Erwin kembali melihat Sean yang sudah pergi tidak terlihat lagi, dan seketika dia mengerti mengapa Sean mengatakan hal seperti itu kepadanya tadi.
“Agung, apa kamu sudah mengetahui tentang keluarga Suryana?” Sean bertanya setelah Agung menerima telepon darinya. Sebagai teman baik, Sean pasti akan membantu Irfan walaupun tidak mengatakannya secara langsung. “Keluarga Suryana dari kota Jakarta memiliki kekuasaan yang begitu kuat, mereka memiliki kekayaan lebih dari 5 triliun. Diantara semua keluarganya, keluarga mereka lah yang paling hebat,” Agung menjelaskan. “Iya, bagaimana keadaanmu disana?” Sean bertanya balik. “Sudah stabil. Memangnya apa yang akan kamu lakukan kepada keluarga Suryana, kamu tidak akan mencari masalah dengan keluarga itu kan? Sean, aku peringatkan kamu lebih baik jangan berurusan dengan keluarga Suryana, berdasarkan kemampuan yang kita miliki kita tidak akan mampu untuk mengalahkan keluarga Suryana, kecuali jika mereka mati dan perusahaannya bangkrut,” Agung mengatakan. “Bagus, aku memang akan mengincar dari titik yang paling dalam, kamu habisi mereka, aku tidak akan melakukan ha
“Manajer Mega aku sudah menentukan waktu dan tempatnya, dia meminta kita untuk segera pergi kesana,” Saat pukul 2 siang Dewi datang ke ruangan Mega untuk menyampaikan hal ini. “Baiklah,” Mega mengangguk mengiyakan, dia membereskan dokumen di atas mejanya dan keluar bersama Dewi. “Manajer Mega mobilmu bagus sekali,” saat berada di depan mobil Mega, Dewi memujinya. Mega hanya tersenyum, mobil BMW 320i sport ya memang seperti ini, tidak bisa dibandingkan dengan mobil mewah, tetapi jika dibandingkan dengan mobil dalam negeri maka terlihat jauh lebih baik. “Dimana kita akan bertemu dengannya?” Mega bertanya setelah masuk kedalam mobil. “Hotel Marbella,” Dewi menjawab. Mega mengangguk mengiyakan dan melajukan mobilnya ke hotel Marbella. Hotel itu berada di sebelah utara kota Bandung, jika jalanan macet maka membutuhkan waktu sedikitnya 1jam. Pukul 3 sore mereka berdua akhirnya sampai di depan gedung hotel Marbella, mereka berdua masuk kedalam dan memb