Setelah Clara masuk ke rumah, Aida menyambutnya dengan kegirangan. "Kenapa Malik bisa jadi ayah kandungmu? Wah, orang sehebat apa dia di Kota Brata ini!"Aida menggendong Joe dan terus menciuminya. Setelah itu, dia berkata dengan sangat gembira, "Joe sudah ada kakek, nggak ada lagi yang akan berani menindas kalian! Siapa pun yang berani menindas Joe, suruh kakekmu untuk menghabisinya!"Kemudian, dia tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan berpura-pura mengeluh, "Dia sudah susah payah datang, tapi kamu malah nggak tawarin minum sama sekali. Lain kali nggak boleh begitu lagi ya."Clara duduk di kursi sambil termenung sampai cukup lama .... Aida kembali bermain-main dengan Joe.....Seminggu kemudian, Keluarga Sadali menelepon mengatakan bahwa mereka mengundang Clara beserta anak-anak untuk makan di rumah, sekaligus membahas perkenalan Clara di pesta nanti. Veren berbicara dengan tulus, "Kamu nggak usah khawatir akan merebut perhatian dariku. Ulang tahunku bisa diadakan setiap tahun, tapi b
"Mimpi saja kamu!" ejek Satya. Clara juga tidak memberi penjelasan apa pun. Dia hanya tersenyum tipis, lalu berkata, "Satya, kamu nggak perlu bicara seburuk itu. Dulu, hubunganku dengan Vigo hanya sebuah kesalahpahaman, sekarang juga kami nggak ada hubungan apa pun! Aku nggak seperti kamu yang selalu menebar pesona ke mana-mana. Juga nggak seperti kamu yang punya rumah di berbagai kota .... Entah berapa banyak selingkuhanmu sampai nggak bisa dihitung lagi."Satya menangkap poin penting dari ucapannya. "Vigo?" Dengan tawa yang semakin sinis, dia melanjutkan, "Apa hubungan kalian, kenapa kamu memanggilnya sampai seakrab itu? Kamu berusaha mendekati Keluarga Sadali, tapi apa mereka mau menggubrismu? Kamu mau bertamu ke sana, apa mereka ada memberimu undangan?""Kalau mau menghadiri pesta, kamu masih harus menggunakan status sebagai istriku."....Clara menundukkan kepalanya dan bergumam, "Dalam hatimu, aku adalah seorang wanita yang materialistis dan berusaha menggaet pria kaya tanpa meme
Alaia masih belum bisa bicara, tapi Malik juga tidak pilih kasih. Dia tetap menggendong Alaia dan memberinya sebuah angpau besar. Setelah itu, Clara melangkah maju. Melihat wajah tegas pria di hadapannya ini, Clara masih tetap merasa sangat asing. Namun, tatapan Malik terhadapnya malah dipenuhi dengan kasih sayang seorang ayah.Clara memanggil dengan suara yang tercekat, "Ayah."Malik terus menatapnya dengan lekat-lekat. Di sisi lain, Agus tidak bersuara sama sekali dan Veren menyeka air matanya karena sedih. Setelah beberapa saat kemudian, Malik mengelus rambut Clara. Dia berjalan ke meja kerjanya dan membuka laci. Kemudian, dia mengambil beberapa akta rumah dan buku Tabungan.Malik menyerahkan semua ini ke tangan Clara sambil berkata, "Keluarga Sadali menjalankan bisnis turun-temurun, kita masih punya sedikit harta! Kakakmu pintar mengelola perusahaan, semua ini adalah sedikit niat baik dari keluarga kami. Gunakan untuk maskawin Joe ataupun Alaia kelak."Beberapa vila itu bernilai ra
Pesta di kediaman Keluarga Sadali.Hari itu, rumah tersebut dihiasi dengan lampu kaca berwarna ungu muda. Cahaya yang keluar dari penutup kaca tampak sangat lembut dan menenangkan hati. Di dalam dan luar rumah itu, mobil-mobil terparkir dengan penuh sesak.Para tokoh terkenal dari Kota Brata semuanya hadir. Mereka mendengar bahwa Malik telah menemukan putrinya yang baru berusia 25 tahun. Mengingat kembali peristiwa setelah kematian istri Malik, cukup masuk akal jika Malik ingin mencari putrinya kembali.Namun, kemeriahan hari ini menunjukkan betapa pentingnya putri ini bagi Malik. Semua orang merasa sangat penasaran dengan gadis muda yang bisa membuat Malik membuat kehebohan sebesar ini. Perlu diketahui, Malik biasanya sangat rendah hati dan tidak pernah memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengkritiknya.Satya memegang gelas anggur sambil mengamati sekeliling. Di bawah sinar bulan, penutup lampu kaca berwarna ungu pastel itu ditiup angin sehingga menghasilkan suara gemerincing
Melihat Clara, Aida sangat kegirangan, "Nyonya, aku di sini! Duh, rumah terlalu besar repot juga."Saat berjalan mendekat, Clara baru melihat Satya. Satya menggertakkan gigi sambil menatapnya, "Kamu sudah pindah ke rumah Keluarga Sadali?"Clara menjawab iya dengan wajah muram. Melihat gaun yang dikenakan Clara, Satya bisa melihat bahwa gaun ini pasti sangat mahal. Dia tidak pernah menyangka Clara akan berbuat sampai sejauh ini demi menyenangkan hati Vigo.Dalam kegelapan malam, Satya berkata dengan suara ketus, "Jangan lupa, kamu masih Nyonya Chandra!""Memangnya ini ada hubungannya dengan aku pindah ke Keluarga Sadali?" tanya Clara."Tentu saja ada!" Satya menyuruh Aida untuk membawa Joe pergi terlebih dahulu. Melihat situasinya tidak beres, Aida langsung membawa Joe karena takut akan mengejutkan anak itu. Setelah Joe pergi, Satya menarik lengan Clara dan merangkulnya. Dia menunduk menatap Clara.Tebersit niat membunuh dalam mata Satya. Dia mencengkeram dagu Clara dan bertanya, "Kamu
Musim semi mengembuskan angin sepoi-sepoi, cahaya lampu kaca berpendar lembut dalam kegelapan. Di bawah sinar temaram, wajah Satya tampak putus asa. Dalam sekejap, banyak sekali hal yang melintas dalam pikirannya ....Satya menyadari bahwa Clara sebenarnya bukanlah putri dari musuhnya. Satya juga berpikir bahwa dia sebenarnya bisa memiliki kebahagiaan karena Clara ternyata bukan putri orang itu. Sejak awal, Clara tidak pernah bersalah sama sekali.Dulu, Satya begitu puas melihat Clara jatuh cinta. Sekarang, hatinya terasa begitu menyakitkan!Satya mengangkat kedua tangannya, lalu melihat ke arah Clara lagi. Matanya penuh dengan tatapan getir dan hatinya penuh dengan ratapan. Ternyata semua suka dan duka selama bertahun-tahun ini, semuanya hanyalah perasaan Satya sendiri.Clara adalah putri Malik.Kenyataan ini menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping. Yang paling tidak bisa diterima olehnya adalah, Satya tahu dengan jelas bahwa kemungkinan besar dia akan berpisah dengan Clara sela
Clara melepaskan gaunnya yang mewah dan perhiasannya yang mahal. Dia baru berhasil menghilangkan gel di rambutnya setelah mencucinya dengan setengah botol shampo. Setelah keluar dari kamar mandi, dia mengenakan jubah mandi sutra berwarna putih kebiruan.Setelah seharian yang sibuk, Clara tetap tidak lupa untuk merawat diri. Dari pantulan cermin yang besar, tampak rambut hitam yang tergerai di bahunya, kulitnya terlihat halus dan cerah. Karena hidupnya yang cukup nyaman, pembawaan Clara sangat tenang. Saat mengambil produk perawatan kulit di meja, setiap gerak-geriknya juga terlihat sangat lembut.Angin malam bertiup di luar jendela kaca, sehingga mengeluarkan suara gemerisik yang halus. Clara tidak terlalu memperhatikannya. Dia tetap mengoleskan produk perawatan kulit dengan teliti, bahkan memutar musik klasik dan menikmati malam yang tenang ini ....Tiba-tiba, jendela dibuka oleh seseorang dan terlihat Satya yang sedang berdiri di jendela. Garis wajahnya yang tegas tampak lebih menonj
Clara masih berbaring di sofa dengan kaki yang lemas. Dia bergumam dengan pelan, "Nggak bisa."....Cahaya bulan masih bersinar dengan lembut, tetapi situasi mereka telah berbeda saat ini.Setelah Satya pergi, dia pergi ke bar untuk minum hingga mabuk. Manajer di bar itu sangat akrab dengan Satya. Dia juga sudah melihat berita tentang istri Satya yang merupakan putri Keluarga Sadali dan saat ini sedang menetap di rumah keluarganya.Manajer itu sangat perhatian. Dia duduk di samping Satya untuk menghiburnya, lalu memberi isyarat ke pintu untuk menyuruh orang membawakan seorang wanita. Manajer itu memperkenalkannya, "Baru lulus sekolah. Saat ini belum dapat pekerjaan, jadi dia kerja di tempatku dulu." Setelah itu dia menambahkan, "Dia sangat bersih!"Satya tidak tertarik. Dia melambaikan tangan hendak mengusir wanita itu, tapi langsung terkejut saat melihatnya. Wanita itu mirip sekali dengan Clara saat masih berusia 20 tahun. Sebenarnya, saat ini Clara memang masih berusia 25 tahun. Namu