Tiga hari kemudian, Zakki kembali ke Kota Brata. Saat senja tiba, sebuah mobil RV hitam mengilap perlahan-lahan melaju menuju vila. Ketika sudah sampai di vila, mobil itu berhenti. Sopir membuka pintu mobil tersebut. Zakki turun dari mobil, lalu menutup pintu kursi belakang. Ketika dia melihat sopirnya hendak membawa barang bawaannya, dia berkata dengan tenang, "Aku akan membawanya sendiri."Begitu Zakki memasuki aula, seorang pelayan mendatanginya. "Mertua Anda mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu. Suasana hati istri Anda sedang buruk, dia ada di atas sekarang!"Zakki sudah tahu tentang apa yang terjadi pada Keluarga Chandra. Dia merasa sedikit kesal, lalu membawa barang bawaannya ke atas. Dia membuka pintu kamar tidur dan melihat Annika duduk di depan meja rias sambil merapikan barang-barang.Zakki meletakkan kopernya dan melonggarkan dasinya. Kemudian, dia duduk di samping tempat tidur sambil memandangi istrinya. Setelah menikah, Annika sangat senang melakukan pekerjaan
"Ya, keluargaku bangkrut dan kamu memberiku subsidi 200 juta per bulan. Tapi, tiap kali aku menerima cek, aku merasa seperti wanita murahan yang jadi pelampiasan amarah orang lain!"Zakki menyela Annika dengan nada dingin, "Jadi, itu yang kamu pikirkan?" Dia mencubit dagu Annika dengan lembut. "Memangnya ada wanita murahan sepertimu yang nggak tahu cara menyenangkan pria? Kamu mau cerai? Memangnya kamu bisa apa setelah bercerai denganku?”Annika kesakitan dan menepis tangan Zakki. Kemudian, Zakki meraih tangan Annika dan melihat jari manis Annika yang kosong dengan tatapan dingin. "Di mana cincin kawinmu?""Aku menjualnya! Zakki, kita bercerai saja!" ujar Annika sedih.Mengucapkan kalimat itu hampir menghabiskan seluruh energinya. Zakki adalah pria yang dia cintai selama enam tahun. Jika bukan karena kejadian malam itu, jika dia tidak melihat kembang api itu, mungkin dia masih terjebak di dalam pernikahan tanpa cinta selama bertahun-tahun.Akan tetapi, dia tidak ingin hidup bersama Z
Dia melakukan ini karena Annika yang memintanya. Terlebih lagi, Annika tampak sangat indah di bawah tubuhnya. Meskipun Zakki tidak mencintai Annika, dia harus mengakui bahwa dia menyukai tubuh Annika. Dia yakin bahwa dia bisa menguasai tubuh wanita itu.Annika mencengkeram bahu Zakki dan berkata, "Zakki, aku nggak minum obat sama sekali akhir-akhir ini, aku akan hamil."Ketika mendengar itu, Zakki berhenti. Tidak peduli seberapa besar dia menginginkan tubuh itu, Zakki tidak pernah kehilangan akal sehatnya. Dia tidak ingin Annika mengandung anaknya. Setidaknya saat ini dia tidak berencana untuk memiliki anak."Sepertinya kamu sudah memikirkannya beberapa hari terakhir ini!" cibir Zakki.Perlawanan Annika tidak membuat Zakki berhenti. Zakki menahan Annika dengan satu tangan dan membuka laci meja di samping tempat tidur dengan tangan yang lain. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang belum dibuka. Ketika Zakki hendak membuka kotak tersebut, teleponnya berdering! Zakki tidak peduli.
Zakki tahu neneknya melakukan itu dengan sengaja, lalu dia melirik ke arah Annika.Annika tidak menunjukkan rasa sayangnya pada Zakki.Annika menemani wanita tua itu sebentar, lalu dia berdiri. "Aku akan membuat kue lapis."Saat Annika pergi, senyum wanita tua itu pudar dan tubuhnya bersandar ke belakang."Zakki, ada apa dengan Shilla itu? Kamu hanya perlu menjaganya, untuk apa kamu menyalakan kembang api seperti itu? Jangan sampai istrimu cemburu."“Kamu juga harus menjaga Annika baik-baik. Jangan bersikap seperti nggak ada masalah apa-apa.”"Kalau kamu terus bersikap dingin, dia akan lari.”…Zakki hanya mengucapkan beberapa patah kata dan tidak menjelaskan soal kembang api itu. Mungkin itu adalah ulah Sekretaris Dania!Setelah mengobrol cukup lama, Annika datang sambil membawa camilan.Zakki menoleh dan menatap Annika. Pakaian Annika masih bersih dan rapi meskipun dia baru selesai memasak. Dia tampak cantik dan bermartabat, seperti seorang wanita bangsawan.Zakki merasa agak bosan.
Annika memegang pintu mobil dan mencoba membukanya.Suasana di dalam mobil itu sangat mencekam.Zakki langsung pergi ke Kediaman Ruslan begitu dia pulang dari perjalanan bisnis, jadi dia merasa agak lelah. Dia meletakkan satu tangan di kemudi dan mengusap alisnya dengan tangan yang lain. "Mau sampai kapan kamu mau cari masalah?"Sampai saat ini, Zakki masih mengira bahwa Annika hanya ingin mencari masalah dengannya.Sikap Annika menjadi makin dingin, dia duduk tegak dan melihat ke depan mobil. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan lembut, "Zakki, aku serius! Aku nggak mau bersamamu lagi."Zakki tiba-tiba menoleh dan menatap Annika.Zakki adalah pria yang sangat tampan. Annika dulu sangat terobsesi dengan wajah ini, tetapi sekarang dia tidak merasakan apa pun ….Zakki menatap Annika dengan tajam dan melepaskan sabuk pengamannya dengan satu tangan. "Keluar dari mobil!"Dia membuka kunci mobil tersebut.Annika segera turun dari mobil dan berjalan menuju gerbang masuk vila. Di bawah ca
Annika perlahan menutup termos.Setelah mengencangkan tutupnya, dia menundukkan kepala dan berkata dengan lembut, "Pasti ada jalan! Uang dari penjualan cincin kawin cukup untuk membayar pengobatan Ayah selama setengah tahun dan biaya pengacara Kakak .... Aku akan menjual rumah ini. Aku juga akan bekerja untuk menghidupi keluarga ini."Setelah mengatakan itu, mata Annika berkaca-kaca.Rumah ini adalah peninggalan ibunya, dia tidak pernah berniat menjualnya sesulit apa pun situasi keluarganya sebelumnya.Shinta tercengang.Dia tidak ingin membujuknya lagi, tetapi dia masih tidak setuju.Annika menangkan dirinya, lalu mereka berdua pergi ke rumah sakit.Setelah menjalani perawatan, kondisi Denny Chandra sudah mulai stabil. Akan tetapi, hatinya masih gundah, dia memikirkan masa depan putra sulungnya, Satya.Annika tidak menyebutkan perceraian untuk saat ini.Sore harinya, dokter yang merawat datang untuk melakukan pemeriksaan.Jony Handika adalah seorang dokter ahli bedah otak yang masih b
Annika benar-benar sudah tidak tahan. "Zakki, ini rumah sakit!""Tentu saja aku tahu."Zakki tidak peduli, dia tetap menekan tubuh Annika hingga wajah tampannya menempel di telinga Annika. "Apa kamu tahu siapa dia?" ujar Zakki dengan suara yang mencekam.Annika mencoba menebak pikiran Zakki yang tersembunyi.Dia adalah CEO Grup Ruslan, dia tidak akan mengizinkan istrinya terlalu dekat dengan pria lain.Annika tersenyum pahit.Dia berkata, "Zakki, aku nggak punya pikiran kotor sepertimu, aku juga nggak mau melakukannya .... Jangan khawatir, aku nggak akan berhubungan dengan orang lain sebelum kita bercerai."Setelah mengatakan itu, Annika mendorong Zakki, lalu memasuki bangsal.Zakki mengikutinya dan masuk ke dalam bangsal.Begitu Zakki masuk, dia mengerutkan keningnya. Ternyata bangsal itu bukan hanya untuk satu pasien.Shinta menarik kursi untuk Zakki dan berbisik, "Cepat duduk! Aku akan meminta Annika mengupas buah untukmu …. Hei, Annika, jangan cuma berdiri di sana! Kamu nanti pulan
Zakki jarang sekali berkompromi, tetapi Annika menolak.Annika menekuk jari-jarinya yang putih dan ramping."Apa sebenarnya yang kamu inginkan?" tanya Zakki dengan tidak sabar."Cerai! Aku ingin bercerai," jawab Annika.Zakki sibuk bekerja dan Annika menolak untuk pulang bersamanya. Pagi harinya, Zakki mencoba mencari kancing lengan yang tepat, tetapi dia tidak menemukannya. Dia merasa sangat kesal. Kekesalannya memuncak ketika dia melihat Jony dan seorang perawat sedang mengobrol di depan BMV putih di tempat parkir depan.Zakki sangat tidak senang.Saat itu, Sekretaris Dania meneleponnya. Zakki mengangkat telepon dan berkata dengan nada kesal, "Ada apa?""Nona Shilla baru saja bangun dari tempat tidur dan tidak sengaja terjatuh. Dia mungkin mengalami cedera saraf di kakinya. Suasana hatinya sedang buruk sekarang. Apakah Anda ingin pergi ke Kota Handa untuk menemuinya, Pak Zakki? Kalau Anda datang, dia pasti sangat senang,” ujar Sekretaris Dania.Zakki tidak langsung menjawab, dia khaw
Di dalam lift, Ivander menatap angka-angka merah yang berubah di layar. Suaranya datar saat bertanya, "Kamu sering ikut acara begini? Sering menuangkan minuman untuk pria? Sering menyajikan makanan? Sering juga membersihkan celana mereka? Apa Brandon nggak peduli?"Setahu Ivander, Brandon juga memiliki perusahaan yang cukup menghasilkan selain sebagai aktor. Bukankah Molly adalah pacar Brandon? Mana mungkin dia membiarkan Molly keluar seperti ini, tampil di depan umum tanpa rasa malu, dan mengorbankan harga dirinya demi uang?Ivander benar-benar memandang rendah Molly. Namun, masa lalu mereka nyata. Kenyataan bahwa dia tidak bisa melupakannya juga nyata. Cinta pertama memang memiliki kekuatan yang luar biasa.Setengah menit kemudian, lift berhenti di lantai paling atas. Ketika keluar, mereka tiba di sebuah hotel internasional yang mewah.Ivander langsung menggunakan kartu untuk membuka pintu sebuah suite. Berdiri di depan pintu, dia menatap Molly sambil berujar, "Masuklah! Tenang saja,
Molly tertegun sejenak. Sutradara terlihat tidak senang dan hendak menegurnya, tetapi Ivander sudah selesai menggantungkan mantelnya. Saat dia berbalik, tatapannya yang diarahkan kepada Molly begitu dalam.Sutradara yang sangat peka, langsung menyadari bahwa Ivander menaruh perhatian khusus pada Molly. Dia pun berpikir, kalau mereka benar-benar punya hubungan, bukankah itu akan menguntungkan?Segera, sutradara mengatur agar Molly duduk di sebelah Ivander. Bahkan, dia secara khusus meminta Molly untuk menyajikan makanan untuk Ivander dan menemaninya minum agar pria itu merasa senang.Namun, Molly mengatakan dengan suara kecil bahwa dia tidak bisa melakukannya. Mendengar itu, sutradara sontak kesal dan menegur dengan nada ketus, "Gimana kalian melakukannya dulu, lakukan saja seperti itu sekarang. Apa susahnya?"Wajah Molly menjadi sedikit pucat. Hal yang paling tidak ingin dia lakukan adalah memanfaatkan hubungan dengan Ivander demi keuntungan. Namun dalam situasi seperti ini, dia tidak
Molly melihat Ivander. Air matanya mengalir saat mobil pria itu melewati mereka.Namun, Ivander tidak lagi memandangnya. Dia hanya melihat Molly berada di pelukan Brandon. Semuanya sudah berakhir.Ivander merasa akhir seperti ini cukup baik. Molly sudah menemukan kebahagiaannya. Terlepas apakah dirinya akan menikah atau tidak, Ivander juga tidak perlu tersiksa lagi setiap malam. Dia tidak akan merindukan wanita itu lagi. Tidak perlu terjerat dalam cinta dan benci yang menyiksanya lagi.Brandon juga melihat Ivander. Dia bertanya pada Molly, "Apa kamu mau menjelaskan padanya? Sekarang belum terlambat."Brandon bukan orang suci. Dia mencintai Molly, tetapi cintanya juga bercampur rasa iba. Meski Molly tidak bersamanya, dia tetap berharap wanita itu bisa hidup bahagia.Molly berbeda dengannya. Meski wanita itu adalah seorang bintang, ada kalanya Brandon merasa dia seperti hewan kecil yang tidak diinginkan siapa pun. Dia ingin membawanya pulang dan menyayanginya.Brandon pikir, berhubung I
Angin malam bertiup, membuat dedaunan di atas pohon berdesir halus. Seolah-olah sedang menceritakan kisah dari seribu tahun lalu.Mobil hitam Brandon berhenti. Molly tidak segera turun. Dia menoleh ke arah pria itu dan menyerahkan sebuah kotak yang sangat mahal padanya sembari berbisik pelan, "Maaf."Kotak itu diberikan oleh Carla. Di dalamnya ada gelang giok putih yang merupakan warisan turun-temurun dari keluarga Brandon. Molly tahu gelang itu sangat berharga. Jadi, dia tidak berani menerimanya.Di dalam mobil yang temaram, mata hitam Brandon menyorot lebih gelap dari malam. Satu tangannya membelai kemudi dengan lembut, seolah-olah sedang menyentuh hati kekasihnya.Brandon menatap wajah Molly yang polos dan rapuh, lalu berucap pelan, "Ini bukan keputusan mendadak, aku sudah lama merencanakannya."Brandon berbalik dan memandang ke kaca depan mobil. Dia melanjutkan dengan suara rendah, "Industri hiburan nggak bisa dibilang besar, tapi juga nggak kecil. Biarpun kita belum pernah satu pr
Ketika suasana hati Ivander sedang tidak baik, Vloryne menyodorkan sepiring kecil kue kepada Ivander dan bertutur, "Kak Ivander, makan kue biar lebih tenang. Lagian, ke depannya kamu akan sering merasakan suasana hati seperti ini.""Menurutku, Brandon lumayan. Aku pernah menonton dramanya. Orang aslinya lebih tampan daripada di layar," sambung Vloryne.Ivander mana mungkin bisa mendengar ucapan ini? Ekspresinya muram.Vloryne bertopang dagu sambil menatap Ivander. Katanya, "Sudahlah. Kalau benaran nggak rela, kejar saja."Ivander menuangkan anggur, lalu menyesapnya dan merasakan sensasi pedas di ujung lidahnya. Setelah itu, dia membalas dengan datar, "Siapa yang nggak rela? Aku dan dia nggak akan ada masa depan."Vloryne merasa Ivander sedang berpura-pura. Orang yang berpura-pura ditakdirkan menangis sendirian saat malam hari, seperti seseorang. Vloryne seketika melamun.....Di sisi lain, Molly dan Carla meninggalkan restoran satu jam kemudian. Ketika pergi, Molly berpikir sejenak, te
Suasana di restoran terasa canggung.Molly sebenarnya bisa menyangkal bahwa hubungannya dengan Brandon belum sejauh itu, melainkan sebatas teman. Carla khusus datang jauh-jauh kemari. Jika menyangkal, Molly akan melukai perasaan Carla. Dia juga akan kehilangan pertemanan dengan Brandon.Yang dimiliki Molly tidak banyak. Apalagi, Ivander sudah punya pacar. Tidak ada gunanya juga jika Molly menyangkal. Di dalam hati Molly, dia sudah menyerah pada Ivander.Cahaya lampu yang terang membuat wajah mungil Molly tampak pucat. Dia berbisik, "Benar. Aku sudah punya pacar. Namanya Brandon. Pak Ivander seharusnya juga mengenalnya."Ivander memandang Brandon dan Carla dengan tatapan dingin. Dengan statusnya yang tinggi, Ivander tentu tidak perlu berbicara dengan segan pada mereka. Terlebih lagi, Brandon adalah pacar Molly sekarang.Ivander mengangguk pelan sambil bertanya, "Kalian jatuh cinta saat syuting iklan?"Wajah Molly bertambah pucat. Ketika syuting iklan dengan Brandon, Molly jelas-jelas be
Seharusnya Brandon datang untuk liburan. Dia memakai kacamata hitam. Sosoknya tampak menonjol. Brandon dan Molly kebetulan duduk di kereta bagian depan.Molly membawa sekantong telur yang diberikan orang tua murid. Dia tidak berpakaian mewah. Hari ini, Molly hanya memakai sweter dan sepatu putih. Rambut Molly yang panjangnya sebahu tergerai, dia tampak sangat polos.Brandon mengamati Molly sejenak, lalu bertanya, "Kamu pergi ke gunung untuk bantu murid miskin?"Molly mengangguk. Dia jarang berhubungan dekat dengan orang-orang dari dunia hiburan. Molly juga tidak ingin berhubungan dengan Brandon.Jadi, Molly bersandar di kursi dan memejamkan matanya. Tidak disangka, Brandon lebih ramah dari biasanya. Dia melihat rambut Molly dan bertanya, "Kamu berencana mundur dari dunia hiburan?"Molly tidak menyangkal. Masih ada setengah tahun lagi sebelum kontraknya berakhir. Setelah itu, Molly memang ingin mundur dari dunia hiburan.Molly berencana pindah ke kota kecil, lalu membeli rumah dan seeko
Wajah Molly memucat. Wanita itu mengambil bunga dari tangan Molly, lalu menciumnya dan berkata kepada Ivander dengan ekspresi gembira, "Ini bunga kesukaanku. Ivander, bagaimana kamu bisa tahu?"Wanita itu terlihat dekat dengan Ivander, sepertinya mereka sudah kenal cukup lama. Molly merasa sangat malu sehingga tidak berani berlama-lama di tempat itu lagi. Hatinya terasa sakit. Molly berucap, "Bunganya sudah kuantar, aku pergi dulu."Wanita itu berterima kasih pada Molly. Dia tersenyum manis. Molly juga buru-buru pergi.Setelah masuk ke lift, air mata Molly mengalir. Dia tahu kelak wanita tersebut akan menjadi nyonya di rumah itu. Molly tidak berani masuk ke rumah itu lagi. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan mereka.Lift terus bergerak turun. Saat sampai di lantai 1, pintu lift terbuka. Molly yang hendak keluar dihalangi seorang pria. Baju pria itu sangat familier. Molly mendongak, lalu tertegun ketika melihat Ivander.Bukannya Ivander menemani pacarnya? Kenapa dia turun ke lantai bawa
Dalam situasi seperti itu, mana mungkin Molly bisa mengatakannya dengan jujur? Dia bahkan tidak berani menatap mata Ivander.Molly hanya menyandarkan wajah kecilnya ke lekukan bahunya, lalu membalas pelan, "Kamu pasti tahu maksudku."Ivander menoleh dan ingin menciumnya. Molly sempat menghindar beberapa kali, tetapi akhirnya tak bisa mengelak. Pria itu berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.Seorang pria yang berada di usia penuh gairah memang benar-benar menakutkan. Namun, Molly tidak pernah sepenuhnya lepas kendali.Di satu sisi, Molly merasa kasihan padanya. Di sisi lain, dia juga takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Sepanjang proses itu, alisnya tetap berkerut dan wajahnya menunjukkan ketakutan yang jelas.Ivander memandangnya dari atas dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Malam itu, sikapnya lebih lembut dan perhatian dibandingkan sebelumnya sejak mereka bertemu kembali.Usai bermesraan, kedua orang itu berpelukan erat dalam keheningan. Tubuh mereka penuh dengan keringat.