Dania turun dari mobil sambil menyeret koper. Pintu belakang dibuka, lalu Zakki turun dari situ. Dia mengenakan setelan kerja formal dan menampilkan aura serius dari tubuhnya. Sama sekali tidak terlihat jejak pria yang senang bermain-main dari semalam.Zakki mengambil koran yang dipegang Annika tadi dan membacanya sekilas. Setelah itu, Zakki bertanya dengan sangat santai, "Kamu sudah baca?"Melihat Annika hanya diam, Zakki menaruh kembali koran itu sambil berujar sinis, "Iya juga. Mana mungkin kamu bakal peduli!"Saat Zakki melanjutkan langkahnya menuju pintu, Annika berkata pelan, "Zakki, sebenarnya apa maumu?"Zakki perlahan berbalik. Wajah tampannya menatap Annika tanpa ekspresi saat dia balik bertanya dengan dingin, "Nyonya Ruslan, menurutmu apa mauku?"Annika membalas dengan tenang, "Zakki, kalau kamu benaran menyukainya, kamu bisa mengakhiri pernikahan kita, baru menjalin hubungan yang serius dengan dia. Apa bagusnya kalau seperti ini? Kamu memberi dia sedikit harapan untuk dihan
Sore hari Minggu, pesta diadakan di halaman vila. Selain tamu-tamu Zakki, Annika juga mengundang beberapa temannya. Salah satunya adalah Melisa, yang datang dengan mengajak Faisal dari Kota Aruma.Waktu bertemu sebelumnya, Faisal sudah terpesona dengan kecantikan Annika. Ketika melihat pesta yang disiapkan Annika kali ini, dia makin kagum dengan kemampuannya. Faisal memegang botol sampanye sambil berkata penuh sesal, "Nggak kusangka kamu ternyata istri Zakki, bahkan kamu sudah menikah untuk kedua kali dengannya. Aku sudah melewatkan dua kesempatan."Faisal mengucapkan semua itu dengan lugas tanpa bermaksud buruk. Annika hanya mengulum senyum tipis dan berujar, "Pak Faisal bisa saja."Faisal cukup peka untuk melihat bahwa pernikahan Annika tidak bahagia. Lihat saja, bukannya menemani Annika, Zakki malah membahas masalah bisnis dengan seseorang. Di sebelahnya, ada Chika yang merangkul lengannya dengan lembut, bersikap bak nyonya rumah yang terhormat.Faisal memalingkan wajahnya. Dia terd
Zakki menunduk untuk menatap Chika, lalu berdiri sambil menggendongnya lembut. Saat berjalan melewati Annika, Zakki berkata dengan nada yang sangat dingin, "Antar para tamu pergi nanti!"Mentari di sore musim semi bersinar cerah, tetapi Annika sama sekali tidak merasa hangat. Suaminya sendiri telah mempermalukannya di depan umum. Saat ini, Annika hanya bisa mensyukuri keputusannya untuk tidak mengundang Sania. Jika tidak, sahabatnya itu masih sudah mengonfrontasi Zakki.Orang-orang di sekitar mulai berkomentar. Semua orang berkata bahwa Annika tidak akan bertahan lama menjadi Nyonya Ruslan. Tindakan Zakki barusan sudah menunjukkan pilihannya dengan jelas.Melisa bergegas menghampiri Annika. Dia berkata dengan raut marah, "Chika sudah keterlaluan! Dia membuang harga dirinya buat pria yang sudah menikah!"Annika membalas sambil tersenyum pahit, "Bukan salahnya seorang. Dia nggak bakal bersikap begitu kalau Zakki nggak memberinya kesempatan."Melisa yang iba segera menghibur Annika, "Aku
Petang itu, Annika meminta para pelayan untuk membersihkan setiap sudut vila. Selesai bersibuk, pinggangnya terasa sedikit pegal. Tubuhnya masih sedikit tidak nyaman bahkan setelah mandi selama 30 menit.Pada jam makan malam, pelayan bertanya dengan hati-hati, "Apa Nyonya mau tunggu sebentar? Mungkin saja Tuan akan pulang untuk makan malam."Tepat ketika kata-kata itu terlontar, jam dinding berdentang tujuh kali. Sekarang sudah pukul 7 malam. Annika menyahut dengan datar, "Siapkan saja makanannya sekarang, nggak perlu menunggu Zakki."Tahu suasana hati Annika sedang buruk, pelayan itu pun menyajikan hidangan sambil berujar sopan, "Ikan asam manis ini hidangan kesukaan Nyonya. Ikannya sangat segar, silakan dicicipi, Nyonya!"Annika mengiakan dan mencicipi ikan itu. Namun, begitu sepotong ikan itu masuk ke mulutnya, dia langsung merasa mual. Sambil menutupi mulutnya, Annika menghambur ke toilet. Dia muntah kering cukup lama di sana.Pelayan mengetuk pintu sambil bertanya dengan cemas,
Zakki menanggalkan mantelnya dan memasuki kamar yang gelap. Kemudian, dia berbaring dan memeluk tubuh Annika dari belakang. Dia tidak bicara, tetapi jakunnya terus bergerak naik dan turun. Tak lama, Zakki menyibak selimut dan menarik sang istri ke dalam pelukannya. Tubuh pria itu sangat panas. Annika diam saja, tetapi dia juga tidak mendorongnya menjauh. Zakki berkata dengan suara serak, "Aku nggak menyukainya! Aku cuma suka cara dia menatapku, itu mirip dengan tatapan memujamu padaku dulu. Annika, nggak ada orang selain kamu yang pernah membuat hati dan harga diriku hancur. Anehnya, aku nggak sanggup merelakanmu pergi. Sejujurnya aku pernah berpikir untuk menyerah. Lagian, untuk apa aku begitu terikat pada seorang wanita?"Sambil mendekap Annika dengan erat, Zakki mengelus lembut punggungnya. Dia menempelkan kening mereka, lalu memejamkan mata hitamnya dan berbisik, "Annika, ini benar-benar sakit. Tanpa kusadari, aku mencintai sekaligus membencimu ...."Zakki mencintai segalanya tent
Annika membuka WhatsApp. Itu adalah dokumen yang dikirim oleh Yoyok. Pria itu memintanya untuk mencetaknya. Namun, Annika mengesampingkan hal itu. Dia mendongak dan ingin berbicara dengan Zakki.Sayangnya, pria itu telah naik ke lantai atas sembari berkata dengan tak acuh, "Kalau ada sesuatu, bicarakan lagi setelah aku pulang dari luar negeri."Meskipun matahari bersinar cerah, tubuh Annika terasa dingin. Dia melihat suaminya, melihat punggung yang elegan itu sambil berkata dengan nada lembut, "Zakki, kamu selalu bilang aku nggak menganggapmu sebagai suami, tapi apa kamu menganggapku sebagai istri? Kamu terus berhubungan dengan wanita di luar sana."Annika menambahkan, "Kamu bisa bilang bahwa hubungan ambigu antara kamu dan Chika itu hanya untuk membuatku kesal. Tapi, kamu tahu jelas apa peran Shilla dalam pernikahan kita. Sekarang, demi pergi ke luar negeri untuk menemaninya, kamu bahkan nggak punya waktu untuk mendengar perkataanku ...."Zakki menghentikan langkahnya. Setelah sekian
Zakki tinggal di ruang kerjanya untuk waktu yang cukup lama. Dia mengambil piringan hitam yang rusak itu dan melihatnya sejenak, lalu melemparkannya ke dalam tempat sampah secara pelan. Dia duduk lunglai di sofa dan agak mendongak, tetapi merasa bahwa cahaya lampu terlalu terang. Itu sebabnya, dia menutupinya dengan telapak tangan.Telapak tangan Zakki terasa agak sakit. Itu mengingatkannya seberapa keras dia telah menampar Annika barusan. Bisa-bisanya dia menampar istrinya ....Zakki memejamkan mata. Apa yang muncul di benaknya adalah senyuman lembut Annika barusan. Itu adalah senyuman yang penuh dengan kesedihan ....Annika tumbuh besar di tengah Keluarga Chandra yang memanjakannya. Dia belum pernah dipukul oleh siapa pun. Sementara itu, Zakki mengaku mencintainya, tetapi malah menamparnya.Saat ini, ponsel Zakki tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari Dania. Wanita itu berkata di ujung telepon, "Pak Zakki, mobilnya sudah siap di bawah. Apa Bapak akan turun sekarang?"Zakki be
Zakki yang duduk di dalam mobil mendongak ke lantai 2, lalu bertanya dengan nada lembut, "Nyonya ada di rumah, nggak?"Pembantu itu tertegun sejenak sebelum menjawab, "Nyonya Lily nggak enak badan, jadi Nyonya ke sana untuk merawatnya. Sudah beberapa hari seperti ini."Ekspresi Zakki menjadi sedikit lebih lembut. Dia meminta pembantu untuk membawakan barang bawaannya ke lantai atas, lalu mengemudi sendiri ke Kediaman Ruslan ....Setengah jam kemudian, mobilnya berhenti di parkiran Kediaman Ruslan. Zakki tidak meminta pembantu untuk melaporkan kedatangannya, melainkan langsung pergi ke kamar tidur Lily. Suasana di kamar itu sangat tenang. Lily tampak bersandar di bantal dengan mata tertutup, sementara Annika berbaring di tepi ranjang .... Dia tampaknya tertidur.Zakki tidak mengganggu neneknya. Dia hanya duduk di samping Annika, lalu meraih wajahnya secara lembut. Istrinya itu tampak lebih kurus. Wajahnya yang memang sudah mungil, kini terlihat lebih kecil daripada telapak tangannya ...