Zafira tidak menyadari perubahan di wajah Andre dan masih berusaha memaksanya untuk menikah. Andre menatapnya dengan dingin sambil mengusir, "Turun dari mobil!"Mendengar itu, Zafira terkejut. Andre menoleh padanya. Suaranya begitu dingin, tanpa sedikit pun kehangatan.Anza adalah fondasi hidupnya. Jika sesuatu terjadi pada perusahaan, semua usaha yang Andre bangun selama bertahun-tahun akan sia-sia. Saat ini, dia tidak bisa memikirkan urusan percintaan.Akhirnya, Zafira menyadarinya. Meski hatinya sangat marah, demi masa depannya dia memilih untuk merendah.Bahkan, Zafira masih mencoba menenangkan pria itu dengan berucap, "Andre, apa ada masalah di perusahaan? Kalau memang begitu, aku akan menemanimu."Andre yang sedang kalut sontak bertanya, "Apa gunanya kamu menemaniku?"Mata Zafira mulai berkaca-kaca. Namun, dia tetap menahan tangisnya. Dengan perasaan terluka, dia turun dari mobil.Begitu Zafira menutup pintu, Andre langsung menekan pedal gas. Bantley hitam itu memelesat keluar da
Andre rapat sampai larut malam. Ketika keluar dari kantor, kakinya terasa lemas. Bukan hanya karena kelelahan, tetapi juga ketakutan.Andre tidak tahu berapa banyak lagi saham Anza yang akan dijual oleh orang di balik layar itu besok, atau seberapa besar dampaknya pada perusahaan. Namun, dia tidak bisa hanya duduk diam menunggu kehancuran.Berapa pun yang dijual, Andre akan membelinya kembali dari dalam. Baginya, harga saham Anza tidak boleh jatuh lagi. Jika itu terjadi, bukan hanya reputasinya yang hancur, tetapi para investor juga akan kehilangan kepercayaan padanya.Andre duduk di mobil. Dia merokok hampir setengah bungkus sebelum akhirnya menyalakan mesin dan pulang.Sesampainya di rumah, Andre langsung tidur. Dia bahkan tidak sempat membaca pesan penuh perhatian dari Zafira.Keesokan paginya saat bangun, Andre merasa bersalah karena tidak sempat membalas pesan Zafira sehingga dia meneleponnya.Andre mengusap dahinya, lalu berbicara dengan suara rendah, "Maaf. Akhir-akhir ini, aku
Sinar mentari pagi yang lembut terasa begitu menusuk mata bagi Andre. Dia sontak menutupi wajahnya.....Pasar saham sudah dibuka pagi itu. Sesuai dugaan, orang itu kembali menjual saham Perusahaan Teknologi Anza dalam jumlah besar, mengakibatkan nilainya terus anjlok.Andre sedang duduk di ruangannya. Ketika Silvia membuka pintu, dia langsung mendengar bosnya berkata, "Beri tahu penasihat keuangan pribadiku, dapatkan berapa banyak pun saham yang orang itu jual!"Silvia terkejut dan berkata, "Pak Andre, 16 triliun bukan jumlah yang kecil! Ada baiknya kita menunggu sejenak. Mungkin orang itu bukan sengaja menekan kita, tapi hanya butuh dana cepat."Andre mengusap wajahnya dan membalas, "Hentikan pikiran nggak realistis itu. Orang yang menjual saham sebanyak itu sekaligus mana mungkin butuh dana cepat? Dia jelas melakukannya untuk menghancurkanku!""Periksa berapa banyak saldo di rekening pribadiku. Kalau nggak cukup, jual beberapa properti dan barang-barang antikku. Aku harus membalikka
Andre gagal mendapatkan investasi dari acara makan malam itu. Orang yang diam-diam menjual saham Perusahaan Teknologi Anza secara besar-besaran juga masih tidak mau melepaskannya.Saham Perusahaan Teknologi Anza terjual dalam jumlah besar setiap hari. Andre hanya bisa terus membelinya.Seiring waktu, Perusahaan Teknologi Anza dan penasihat keuangan pribadi Andre pun tidak bisa bertahan lagi. Namun, ini baru permulaan. Dia masih akan terus ditindas.Setiap malam, Andre punya acara sosial untuk membahas investasi dan meminjam uang. Pada akhirnya, dia berhasil meminjam sejumlah dana dengan bunga dua persen lebih tinggi dari biasanya.Pinjaman bank itu pun baru bisa didapatkan setelah Andre menggunakan gedung Perusahaan Teknologi Anza sebagai jaminan. Hanya dalam seminggu, berat badannya menurun drastis.Malam itu, Andre mabuk berat hingga muntah di toilet klub bisnis. Dia bersandar ke dinding dan merokok untuk meredakan mualnya.Andre mendengar suara langkah kaki di luar. Kemudian, seoran
Sekarang sudah pukul 10.30 malam. Saat Andre memasuki kamar Nora, dia tidak menemukan Zafira di sana.Hanya ada Nora yang sedang bermain boneka sambil bersandar di kepala ranjang. Wajahnya yang mungil dan tirus membuat hati orang pilu melihatnya.Andre menghampiri Nora dan memberikan mainan yang dibelikannya. Dia bertanya dengan lembut, "Mana Ibu?"Nora menerima mainan itu dan menaruhnya di samping. Kemudian, dia menjawab dengan suara kecil, "Ibu pergi membelikanku manisan, tapi dia sudah pergi beberapa jam. Paman Andre, kapan Ibu kembali?"Andre sama sekali tidak curiga. Dia pikir, Zafira hanya belum sempat kembali. Lagi pula, ada dua perawat yang menjaga Nora di sini.Andre lalu menjelaskan dengan sabar pada Nora bahwa ibunya sedang memiliki urusan lain. Gadis itu terlihat lega mendengarnya.Saat itu, perhatian Andre tertuju pada celana Nora. Celana merah muda itu terlihat nyaman dipakai dan imut. Hati Andre sontak melembut saat dia bertanya, "Apa Ibu yang membelikan celana baru ini?
Cahaya lampu menerangi wajah Andre, membuat raut wajahnya yang pucat dan menyedihkan terlihat makin kentara. Dia masih berdiri mematung di sana, padahal tahu bahwa dia seharusnya pergi.Namun, Ariel adalah istrinya! Bagaimana dia bisa mencium dan memanggil nama pria lain dengan suara yang begitu menawan? Ariel hanya milik Andre seorang!Detik itu, Andre jatuh dalam keputusasaan tak berujung. Dia ingin menyerbu Henley dan menghajarnya. Namun, sisi rasionalnya akhirnya bekerja. Benar juga, dia dan Ariel sudah bercerai. Wanita itu bebas bersama siapa pun yang dia inginkan.Andre menutup pintu dengan lembut dan berjalan pergi. Sepasang kekasih di dalam masih berciuman hingga lupa dunia.Sebenarnya, Henley menyadari kehadiran Andre tadi. Namun, dia tidak melepaskan bibir Ariel, tetapi justru memperdalam ciumannya hingga wanita itu mau tak mau mendesahkan namanya.Setelah Andre pergi, Henley mencium Ariel untuk beberapa lama lagi sebelum akhirnya melepas wanita itu dengan enggan. Jari-jariny
Setelah memasuki apartemen, Henley melepaskan mantel Ariel dengan perhatian. Saat wanita itu sedang mengganti sepatu, dia menepuk bahunya dan berujar dengan lembut, "Kamu mandi duluan. Aku akan buatkan teh buatmu, lalu pergi beli barang sebentar."Ariel tertegun sejenak. Detik berikutnya, dia menyadari barang apa yang hendak Henley beli. Hanya saja, dia terlalu malu untuk bertanya.Ariel hanya mengiakan pelan, tetapi rona merah di wajahnya menunjukkan apa yang dia pikirkan dengan jelas. Henley tidak tahan lagi. Dia langsung menunduk dan mencium Ariel.Teh tidak jadi diseduh dan barang itu pun tidak jadi dibeli. Keduanya terlalu dikuasai gairah membara dan hasrat untuk menyentuh tubuh satu sama lain.Pertama kalinya mereka bercinta, Henley melakukannya dengan lembut sekaligus intens. Ariel hampir tidak sanggup mengimbanginya.Untungnya, Henley tetap perhatian. Meskipun belum sepenuhnya puas, dia melepaskan Ariel setelah melakukannya sebanyak tiga ronde. Selanjutnya, mereka mandi bersama
Ariel bertanya sembari mengernyit, "Apa urusannya denganmu?"Andre menceletuk, "Kamu itu istriku."Ariel tidak menanggapi ucapan Andre, dia hanya memelototinya. Andre menghela napas. Kala ini, dia tampak menyedihkan. Bahkan, dia sendiri tidak tahu kenapa dirinya keberatan.Setelah bercerai, bukannya wajar kalau mereka masing-masing menemukan pasangan baru? Keduanya terdiam untuk waktu yang lama. Akhirnya, Ariel angkat bicara, "Kamu pulang saja. Aku anggap kamu nggak pernah datang."Namun, Andre tidak ingin pergi. Dia menahan pintu dengan kakinya. Tenaga pria dan wanita berbeda jauh sehingga Andre tetap berhasil masuk, tetapi dia makin merana begitu masuk.Tadi Ariel dan Henley baru berhubungan intim. Henley memang sudah beres-beres setelah selesai. Akan tetapi, Andre tahu Ariel dan Henley bercinta begitu melihat sofa yang masih sedikit berantakan.Andre bertanya dengan mata memerah, "Ariel, apa kamu sudah nggak sabar?"Ariel berjalan ke depan jendela, lalu menarik baju tidurnya dan men