Marcella yang menerima injeksi dua kantong plasma merasa lebih bugar meski tubuhnya masih lemah. Orang-orang Keluarga Chandra tidak berani mengganggu istirahatnya.Mereka hanya menengok Olivia sebentar. Kemudian, mereka segera pergi ke tempat menginap terdekat, meninggalkan Joe di kamar rawat VIP yang sangat bersih.Selvy dan Joe saling berpandangan. Di mata Selvy, Joe adalah bedebah yang tidak bertanggung jawab. Di sisi lain, Joe menyalahkan Selvy karena tidak memberitahukan kondisi Marcella lebih cepat. Mereka memperlakukan satu sama lain dengan dingin.Suara yang terdengar di kamar rawat subuh itu hanyalah napas pelan Olivia. Bayi mungil itu tidur meringkuk dengan tangan terkepal.Joe gemas sekali melihatnya, merasa hatinya hampir meleleh. Ketika dia mengamatinya lebih cermat, dia merasa kontur wajah anak itu mirip dengannya, tetapi fiturnya selembut sang ibu, membuat perpaduan yang sempurna.Joe asyik mengamati Olivia ketika bayi kecil itu mulai menangis."Oweee!" Wajah mungil Oliv
Selvy melontarkan semuanya sekaligus. Sebenarnya biasanya dia tidak akan mengucapkan kata-kata ini. Mungkin itu karena Jose datang ke Kota Clasata.Jose terus menatapnya dengan tatapan yang dalam dan sulit ditebak. Barusan, dia sebenarnya memberi Selvy kesempatan terakhir.Jika saja Selvy mengatakan bahwa dia menyesal, jika saja dia mau menerima Jose kembali, pria itu akan siap menyingkirkan segala rintangan untuknya.Jose bahkan bersedia menikahinya. Siapa pun yang keberatan akan diabaikannya. Jose tidak akan membiarkan siapa pun ikut campur dalam keputusan penting hidupnya.Jose pun tersenyum sambil menunduk. Sayangnya, Selvy tidak bersedia. Dia berkata bahwa keluarganya jatuh miskin, tetapi bukankah Marcella juga tetap bersama Joe? Lantas, kenapa Selvy tidak bisa menikah dengan Jose? .... Sebenarnya karena dia bukan Joe, 'kan?Jose mematikan puntung rokoknya, lalu mengeluarkan selembar foto dari saku jasnya. Kemudian, dia menyerahkannya kepada Selvy.Suaranya terdengar dingin saat b
Joe dan Yolanda hampir menjadi pasangan suami istri. Dia tidak ingin Marcella berpikir macam-macam, jadi keluar dari kamar untuk menerima telepon. Begitu telepon tersambung, suara isak tangis Yolanda terdengar dari seberang.Wanita itu berujar, "Joe, kapan kamu akan kembali? Kamu pilih meninggalkan aku dan acara pernikahan kita demi anak itu, aku sepenuhnya bisa mengerti. Tapi sekarang setelah semuanya selesai, bukannya seharusnya kamu kembali untuk melanjutkan pernikahan kita?"Sebenarnya tidak akan ada pernikahan lagi. Hanya saja, Joe tidak ingin membuat Yolanda lebih sakit hati. Dia menenangkannya dengan suara lembut, lalu mengatakan bahwa dia akan kembali dalam beberapa hari.Yolanda akhirnya tidak bisa menahan tangisnya. Dia berujar, "Joe, akulah calon istrimu. Apa kamu akan terus berada di sana cuma karena anak itu?"Yolanda menambahkan, "Kamu tahu apa yang dikatakan media di Kota Brata tentangmu saat kamu nggak ada? Selain itu, Marcella ... dia adalah pelakor dalam hubungan kita
Mengingat semua itu, Marcella perlahan memejamkan matanya sambil menjawab, "Aku nggak pernah memikirkannya."Sebenarnya Joe ingin mengatakan lebih banyak, tetapi dia tahu bahwa kondisi Marcella masih lemah. Dia pun menggenggam tangan Marcella dengan lembut dan berkata pelan, "Sudahlah, kita nggak usah membicarakan ini sekarang. Kamu istirahat dulu .... Aku akan menjaga anak kita."Marcella tidak punya tenaga untuk mengusirnya. Apalagi, persalinan yang sulit itu membuatnya sangat kelelahan. Tak lama setelah memejamkan matanya, dia pun tertidur.Setelah Marcella tertidur, Joe tetap berjaga di samping ibu dan anak itu. Sesekali dia akan menatap bayi kecil yang baru lahir, lalu kembali melihat Marcella.Selama sembilan bulan kehamilan, tubuh Marcella tidak menjadi lebih berisi. Wajahnya bahkan terlihat lebih tirus dibandingkan saat dia melihatnya di hari bersalju.Joe menyentuh wajahnya dengan ujung jari. Saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Marcella, barulah dia menyadari betapa dia mer
Ekspresi Joe terlihat lembut dan tampak seperti ayah yang penyayang. Joe menyukai anak yang dilahirkan Marcella untuknya.Joe berharap dirinya bisa menjaga Marcella dan putrinya. Dia ingin hidup bersama mereka. Joe tidak pernah menginginkan kehangatan keluarga seperti sekarang ini. Mungkin ini karena faktor usia.Marcella tidak menanggapi ucapan Joe. Kemudian, Joe berkata, "Marcella, aku sangat menyesal."Marcella bersandar di kepala tempat tidur. Di bawah cahaya lampu, wajahnya terlihat pucat. Marcella tersenyum dan menimpali, "Kamu menyesal karena waktu itu kamu yang mengajukan perceraian?""Joe, kalaupun kamu nggak mengajukannya, aku juga mau cerai. Waktu itu, pernikahan kita nggak bisa diselamatkan lagi. Siapa pun yang mengajukan perceraian, pernikahan kita tetap akan berakhir," lanjut Marcella.Joe melihat putrinya. Olivia sudah bangun. Bayi yang baru lahir tidak bisa melihat sesuatu yang jaraknya di luar 20 sentimeter.Namun, sepertinya Olivia sangat menyukai aroma dari tubuh Joe
Mereka berdua terdiam untuk waktu yang lama. Joe meletakkan kunci mobilnya di atas meja, lalu membersihkan bokong Olivia dan mengoles obat di bokongnya.Joe menepuk bokong Olivia dengan lembut dan berkata kepada Marcella, "Paling lama 2 jam."Marcella tidak menghentikan Joe lagi. Dia berjalan ke depan jendela dengan perlahan. Hujan makin lebat. Marcella menyentuh kaca jendela dan berbisik, "Hati-hati di jalan."Suara Marcella sangat kecil, tetapi Joe bisa mendengarnya. Joe memakai jaket hitam. Tak lama kemudian, Marcella melihat Joe berjalan ke mobilnya di lantai bawah. Dia terus mengamati Joe.Joe yang berada di lantai bawah hendak membuka pintu mobil, tetapi sepertinya dia bisa merasakan tatapan Marcella. Joe memegang gagang pintu mobil dan mendongak. Dia memandang Marcella.Hujan membasahi jaket Joe, tetapi Joe sama sekali tidak peduli. Sebenarnya, Joe tidak bisa melihat Marcella dengan jelas karena dihalangi air hujan. Namun, dia tahu Marcella menunggunya kembali.Jantung Joe berde
Joe menunduk memperhatikan diri sendiri. Jaket yang dia kenakan memang sangat basah. Dia langsung membalas Marcella, "Hujan di luar belum berhenti. Pulang pergi pasti akan basah. Nanti aku mandi air hangat saja."Joe takut anaknya akan ikut basah, jadi dia melepaskan jaket hitamnya. Dia mengenakan kemeja putih dan celana panjang. Potongan dan bahan pakaian berkualitas menonjolkan bentuk tubuh yang ramping dan kekar. Melihatnya saja membuat orang merasa puas.Joe tidak peduli dengan tatapan perawat. Dia membuka kotak karton dan mengeluarkan popok yang bersih. Setelah mencuci tangan, dia baru menggendong putri kesayangannya. Dia mulai mengganti popok Olivia dengan terampil.Olivia sedang tidur nyenyak. Suasana hatinya tidak baik karena terbangun. Dia menggeliat beberapa saat di telapak tangan Joe, lalu menangis. Sesudah itu, dia menendang dua kaki kecilnya. Dia dirawat dengan baik sehingga kedua kaki kecilnya sangat kuat.Di bawah cahaya, tatapan Joe tampak lembut. Dia tidak berhenti mem
Marcella tidak bisa menjawab.Joe tidak mempersulit Marcella. Dia hanya menemani Marcella dan Olivia dengan tenang. Setelah Marcella selesai menyusui Olivia, Joe membantu Marcella mengaitkan kancing baju dengan perhatian.Joe juga membantu Olivia mengganti popok. Sesudah itu, Joe meletakkan Olivia di ranjangnya dan menidurkannya. Ketika menidurkan Olivia, Joe menatap wajah kecil putrinya sembari berujar pada Marcella, "Aku nggak tenang kalau orang lain yang menjaganya."Sebuah kalimat sederhana, tetapi mengandung makna yang dalam. Ada rasa kedekatan yang sulit dijelaskan.Marcella tidak bisa mengusir Joe. Setelah keluar dari rumah sakit, Joe tidak mungkin terus tinggal di rumah Marcella. Marcella hanya perlu bertahan sebentar lagi ....Malam makin hening. Lampu berangsur padam dan hanya menyisakan satu lampu kecil berwarna kuning. Pada malam yang sunyi, napas mereka berdua terdengar jelas. Ketika Marcella hendak tidur, dia mendengar Joe menghela napas."Aku sangat senang saat kamu menu