Acara pernikahan Joe dan Yolanda diadakan di hotel termewah Kota Brata. Hampir semua orang dari kalangan atas di kota datang merayakan pernikahan kedua Presdir Grup Chandra itu.Meskipun acara sangat meriah, wajah pengantin pria terlihat tidak fokus. Seolah-olah dia tidak merasa gembira.Kemudian, Joe tiba-tiba menerima telepon dari Selvy. Suara Selvy yang selalu tenang terdengar sangat menyayat hati, seakan-akan dunianya akan segera hancur.Bagaimana tidak? Sebagai wanita, Selvy terlahir di tengah keluarga yang lebih mementingkan laki-laki. Ibunya mendekam di penjara, adiknya mengalami pendarahan dan sekarang tengah berjuang melawan takdir.Selvy berucap di telepon, "Yang dikandungnya itu anakmu. Joe, terserah kamu mau datang atau nggak!"Ponsel Joe langsung terjatuh. Untungnya lantai dilapisi karpet sehingga ponselnya tidak rusak.Joe segera memungut ponselnya, lalu bertanya tanpa ragu pada Selvy, "Di mana dia? Aku ke sana sekarang.""Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Clasata," sahut Sel
Marcella yang kelelahan setelah melahirkan bayi langsung terkapar di ranjang bersalin. Untuk sesaat, dia seperti tidak bisa mendengar apa pun.Namun, pada saat bersamaan Marcella seolah-olah mendengar kuncup bunga merah muda perlahan mekar di kegelapan, serta suara kelopak bunga tumbuh dengan tenang.Tak berapa lama, pendengaran Marcella kembali. Dia mendengar dokter sedang merawatnya dan perawat membersihkan bayinya yang baru lahir.Bayi mungil itu menangis dengan keras. Setetes air mata mengalir dari mata Marcella. Itu anak yang telah dilahirkannya.Jari-jari putih Marcella masih digenggam erat oleh Joe. Seolah-olah dia adalah suami tercintanya.Joe tidak langsung melihat anaknya. Dia terus menjaga Marcella dan menatapnya lekat-lekat, takut wanita itu kenapa-napa.Joe lupa bahwa mereka telah bercerai lebih dari 6 bulan lalu. Dia lupa bahwa mereka sudah lama tidak bertemu dan dia telah mengirimi Marcella undangan pernikahan dengan kejam.Saat ini, Joe hanya ingin melihat Marcella, bah
Marcella yang menerima injeksi dua kantong plasma merasa lebih bugar meski tubuhnya masih lemah. Orang-orang Keluarga Chandra tidak berani mengganggu istirahatnya.Mereka hanya menengok Olivia sebentar. Kemudian, mereka segera pergi ke tempat menginap terdekat, meninggalkan Joe di kamar rawat VIP yang sangat bersih.Selvy dan Joe saling berpandangan. Di mata Selvy, Joe adalah bedebah yang tidak bertanggung jawab. Di sisi lain, Joe menyalahkan Selvy karena tidak memberitahukan kondisi Marcella lebih cepat. Mereka memperlakukan satu sama lain dengan dingin.Suara yang terdengar di kamar rawat subuh itu hanyalah napas pelan Olivia. Bayi mungil itu tidur meringkuk dengan tangan terkepal.Joe gemas sekali melihatnya, merasa hatinya hampir meleleh. Ketika dia mengamatinya lebih cermat, dia merasa kontur wajah anak itu mirip dengannya, tetapi fiturnya selembut sang ibu, membuat perpaduan yang sempurna.Joe asyik mengamati Olivia ketika bayi kecil itu mulai menangis."Oweee!" Wajah mungil Oliv
Selvy melontarkan semuanya sekaligus. Sebenarnya biasanya dia tidak akan mengucapkan kata-kata ini. Mungkin itu karena Jose datang ke Kota Clasata.Jose terus menatapnya dengan tatapan yang dalam dan sulit ditebak. Barusan, dia sebenarnya memberi Selvy kesempatan terakhir.Jika saja Selvy mengatakan bahwa dia menyesal, jika saja dia mau menerima Jose kembali, pria itu akan siap menyingkirkan segala rintangan untuknya.Jose bahkan bersedia menikahinya. Siapa pun yang keberatan akan diabaikannya. Jose tidak akan membiarkan siapa pun ikut campur dalam keputusan penting hidupnya.Jose pun tersenyum sambil menunduk. Sayangnya, Selvy tidak bersedia. Dia berkata bahwa keluarganya jatuh miskin, tetapi bukankah Marcella juga tetap bersama Joe? Lantas, kenapa Selvy tidak bisa menikah dengan Jose? .... Sebenarnya karena dia bukan Joe, 'kan?Jose mematikan puntung rokoknya, lalu mengeluarkan selembar foto dari saku jasnya. Kemudian, dia menyerahkannya kepada Selvy.Suaranya terdengar dingin saat b
Joe dan Yolanda hampir menjadi pasangan suami istri. Dia tidak ingin Marcella berpikir macam-macam, jadi keluar dari kamar untuk menerima telepon. Begitu telepon tersambung, suara isak tangis Yolanda terdengar dari seberang.Wanita itu berujar, "Joe, kapan kamu akan kembali? Kamu pilih meninggalkan aku dan acara pernikahan kita demi anak itu, aku sepenuhnya bisa mengerti. Tapi sekarang setelah semuanya selesai, bukannya seharusnya kamu kembali untuk melanjutkan pernikahan kita?"Sebenarnya tidak akan ada pernikahan lagi. Hanya saja, Joe tidak ingin membuat Yolanda lebih sakit hati. Dia menenangkannya dengan suara lembut, lalu mengatakan bahwa dia akan kembali dalam beberapa hari.Yolanda akhirnya tidak bisa menahan tangisnya. Dia berujar, "Joe, akulah calon istrimu. Apa kamu akan terus berada di sana cuma karena anak itu?"Yolanda menambahkan, "Kamu tahu apa yang dikatakan media di Kota Brata tentangmu saat kamu nggak ada? Selain itu, Marcella ... dia adalah pelakor dalam hubungan kita
Mengingat semua itu, Marcella perlahan memejamkan matanya sambil menjawab, "Aku nggak pernah memikirkannya."Sebenarnya Joe ingin mengatakan lebih banyak, tetapi dia tahu bahwa kondisi Marcella masih lemah. Dia pun menggenggam tangan Marcella dengan lembut dan berkata pelan, "Sudahlah, kita nggak usah membicarakan ini sekarang. Kamu istirahat dulu .... Aku akan menjaga anak kita."Marcella tidak punya tenaga untuk mengusirnya. Apalagi, persalinan yang sulit itu membuatnya sangat kelelahan. Tak lama setelah memejamkan matanya, dia pun tertidur.Setelah Marcella tertidur, Joe tetap berjaga di samping ibu dan anak itu. Sesekali dia akan menatap bayi kecil yang baru lahir, lalu kembali melihat Marcella.Selama sembilan bulan kehamilan, tubuh Marcella tidak menjadi lebih berisi. Wajahnya bahkan terlihat lebih tirus dibandingkan saat dia melihatnya di hari bersalju.Joe menyentuh wajahnya dengan ujung jari. Saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Marcella, barulah dia menyadari betapa dia mer
Ekspresi Joe terlihat lembut dan tampak seperti ayah yang penyayang. Joe menyukai anak yang dilahirkan Marcella untuknya.Joe berharap dirinya bisa menjaga Marcella dan putrinya. Dia ingin hidup bersama mereka. Joe tidak pernah menginginkan kehangatan keluarga seperti sekarang ini. Mungkin ini karena faktor usia.Marcella tidak menanggapi ucapan Joe. Kemudian, Joe berkata, "Marcella, aku sangat menyesal."Marcella bersandar di kepala tempat tidur. Di bawah cahaya lampu, wajahnya terlihat pucat. Marcella tersenyum dan menimpali, "Kamu menyesal karena waktu itu kamu yang mengajukan perceraian?""Joe, kalaupun kamu nggak mengajukannya, aku juga mau cerai. Waktu itu, pernikahan kita nggak bisa diselamatkan lagi. Siapa pun yang mengajukan perceraian, pernikahan kita tetap akan berakhir," lanjut Marcella.Joe melihat putrinya. Olivia sudah bangun. Bayi yang baru lahir tidak bisa melihat sesuatu yang jaraknya di luar 20 sentimeter.Namun, sepertinya Olivia sangat menyukai aroma dari tubuh Joe
Mereka berdua terdiam untuk waktu yang lama. Joe meletakkan kunci mobilnya di atas meja, lalu membersihkan bokong Olivia dan mengoles obat di bokongnya.Joe menepuk bokong Olivia dengan lembut dan berkata kepada Marcella, "Paling lama 2 jam."Marcella tidak menghentikan Joe lagi. Dia berjalan ke depan jendela dengan perlahan. Hujan makin lebat. Marcella menyentuh kaca jendela dan berbisik, "Hati-hati di jalan."Suara Marcella sangat kecil, tetapi Joe bisa mendengarnya. Joe memakai jaket hitam. Tak lama kemudian, Marcella melihat Joe berjalan ke mobilnya di lantai bawah. Dia terus mengamati Joe.Joe yang berada di lantai bawah hendak membuka pintu mobil, tetapi sepertinya dia bisa merasakan tatapan Marcella. Joe memegang gagang pintu mobil dan mendongak. Dia memandang Marcella.Hujan membasahi jaket Joe, tetapi Joe sama sekali tidak peduli. Sebenarnya, Joe tidak bisa melihat Marcella dengan jelas karena dihalangi air hujan. Namun, dia tahu Marcella menunggunya kembali.Jantung Joe berde