Tangan Marcella langsung menggenggam erat jimat tersebut. Sejenak kemudian, Joe berjalan masuk. Marcella langsung menyimpan jimat itu dan berkata dengan lembut sambil menatap suaminya, "Nggak apa-apa, kok! Kamu sudah selesai ngantarin orang?"Joe hanya menanggapinya dengan perlahan.Malam ini adalah malam tahun baru yang penuh makna. Ditambah lagi, salju-salju yang beterbangan di luar membuat hati Joe menjadi semakin lembut.Joe memeluk pundak Marcella sambil berkata, "Sebelumnya aku sudah suruh Tasya untuk persiapkan hadiah tahun baru, tapi malah lupa ambil .... Aku turun dulu untuk mengambilnya dari mobil.""Jangan!" Marcella menarik lengan baju Joe. "Terlalu dingin sekarang. Besok juga nggak apa-apa."Namun, Joe tetap bersikeras untuk turun. Dia memakai mantel tebal saat turun. Saat melewati pintu masuk, dia mengambil sebatang rokok dan menyalakannya, lalu berjalan ke mobil sambil merokok. Dia membuka pintu mobil, membungkuk, dan mengambil kotak perhiasan berwarna biru tua dari kurs
Marcella berpelukan dengan Selvy. Angin bertiup kencang, tetapi wajah mereka yang berdekatan terasa hangat. Joe mengangguk dengan sopan kepada Selvy, lalu membuka pintu bagasi untuk mengeluarkan hadiah. Ekspresinya yang serius membuat Selvy mengerutkan alisnya.Selvy bertanya pada adiknya, "Di rumah juga sedingin ini ya? Seolah-olah penting sekali."Marcella tertawa mendengarnya. "Di rumah sedikit lebih baik."Selvy juga ikut tertawa. Dia sudah terbiasa melihat wajah Joe yang kaku di dunia bisnis. Kali ini, dia hanya bercanda dengan adiknya.Di saat Joe tidak memperhatikan, Selvy kembali bertanya pada adiknya, "Gibson membawa selingkuhannya ke Kota Brata untuk melewati tahun baru. Jangan ungkit masalah ini supaya Ibu nggak sedih."Marcella mengangguk, tetapi hatinya terasa sangat berat.Di saat mereka sedang berbincang, Joe telah membawa semua hadiah itu ke ruang tamu. Sally yang menyambut mereka secara langsung. Dia memiliki kesan yang sangat baik terhadap menantunya. Oleh karena itu,
Mobil berbelok dan tiba di taman hiburan di pusat kota. Namun, pada malam tahun baru masih banyak orang yang keluar untuk berjalan-jalan. Ada pasangan muda, juga ada keluarga kecil yang saling bergandengan. Kerumunan orang yang berlalu-lalang menciptakan suasana yang ramai dan hangat.Joe menghentikan mobil hitam Bentley-nya di depan alun-alun dan mematikan mesinnya.Melalui kaca depan, Joe melihat bahwa salju di luar semakin deras. Dia menoleh ke arah Marcella dan berkata, "Di luar terlalu dingin, sebaiknya kita lihat dari dalam mobil saja."Setelah berkata demikian, Joe sendiri malah mengambil mantelnya dan turun dari mobil.Salju halus beterbangan. Dia hanya mengenakan kemeja putih dan mantel abu-abu tua di luarnya. Dengan rambut hitamnya yang rapi serta wajahnya yang tegas, penampilannya ini langsung menarik perhatian banyak orang saat berdiri di samping mobil.Gadis-gadis dan ibu rumah tangga yang lewat diam-diam memperhatikannya.Joe menunduk sambil menyalakan sebatang rokok. Set
"Suka sekali ya?" tanya Joe.Marcella memegang lehernya, lalu mengiakan dengan lembut. Wajahnya tampak sangat lembut dan memikat. Joe kembali menunduk dan berciuman dengannya, lalu keduanya terjatuh di tempat tidur.Sepanjang tahun baru ini, mereka menghabiskan sebagian besar waktu di tempat tidur.Pada hari keempat tahun baru, Joe membawa Marcella ke Kota Colham selama tiga hari. Tanpa gangguan dari siapa pun, mereka berhubungan badan setiap hari dan malam tanpa perlindungan. Marcella yang dihujani kasih sayang oleh Joe, kini akhirnya bersedia mengandung anaknya.Pada hari ketujuh tahun baru, mereka kembali ke vila di Kota Brata.Malam itu, Marcella sedang merapikan barang-barang di ruang ganti. Setelah menikah, kamar tidur mereka hampir tidak pernah disentuh oleh pembantu. Semuanya dirapikan oleh Marcella sendiri. Untungnya, Joe tidak terlalu rewel dan sebagian besar pakaian mereka dikirim ke laundry.Marcella menggantung kemeja Joe satu per satu.Joe sedang menangani urusan bisnis d
Marcella mengelus perutnya yang masih rata. Di dalam sana mungkin sedang mengandung darah daging Joe. Ini adalah hal yang paling dinanti-nantikan oleh pria itu. Joe pasti akan senang sekali jika mengetahuinya.Setelah anak ini dilahirkan, apakah hubungan mereka akan lebih mesra? Marcella tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama dengan dirinya. Dia berharap anaknya ini memiliki kasih sayang yang utuh dari orang tuanya dan memiliki masa kanak-kanak yang bahagia.Tidak ada pertengkaran yang tiada habisnya, apalagi dihantui rasa takut.Meski Joe tidak mencintainya, Marcella merasa Joe pasti akan menjadi seorang ayah yang baik.Mengingat bahwa dirinya kemungkinan sedang hamil, Marcella jadi lebih berhati-hati. Biasanya dia suka memakai pakaian yang feminin seperti gaun, stoking, dan sepatu hak tinggi. Namun demi berjaga-jaga, Marcella memilih untuk mengenakan sepatu datar. Bahkan jaketnya juga diganti dengan yang lebih longgar dan nyaman.Setelah berganti pakaian, dia turun untuk sarapan
"Nggak enak badan?" Ariel dengan refleks membawakan tas di tangan Marcella, lalu membaliknya untuk membaca sekilas. Setelah itu, dia turut merasa bahagia untuk pasangan pengantin baru ini, "Kamu hamil? Kenapa Joe nggak menemanimu datang? Keterlaluan sekali."Marcella buru-buru menjawab, "Pagi ini baru terasa reaksinya, dia belum tahu."Ariel tersenyum tipis, lalu menimpali, "Kalau begitu cepat beri tahu kabar baik ini padanya. Joe pasti akan sangat senang."Marcella merasa agak malu.Ini adalah kabar gembira, jadi Ariel tidak ingin ikut campur. Dia berpikir seharusnya Marcella yang memberi tahu Joe secara langsung. Kebetulan, Ariel juga masih ada urusan lain yang harus diselesaikannya, jadi dia segera berpamitan dengan Marcella.Setelah memastikan dirinya hamil, Marcella menjadi lebih hati-hati dalam segala tindakannya. Setelah masuk ke mobil, dia berkata kepada Hendri, "Pergi ke Grup Chandra."Hendri memutar setirnya sembari bercanda, "Akhir-akhir ini hubungan Nyonya dan Tuan mesra se
Dengan suara gemetaran, Marcella berkata, "Aku keguguran."Namun, suara hujan dan petir yang bergemuruh membuat suaranya tidak kedengaran sama sekali. Joe memegang ponselnya sambil berdiri di koridor kaca sebuah klub bisnis.Di balik kaca jendela, hujan badai dan petir terus menyambar. Sementara itu, semua lampu di dalam klub telah padam. Semua orang sedang berusaha untuk menghidupkan lampu dengan daya cadangan. Selain itu, Joe baru saja bertemu dengan Selvy.Manajer humas yang baru tampaknya tidak menyadari batasan yang diinginkan Joe. Dia malah membawa aktris yang pernah mencoba mencium Joe ke acara tersebut. Aktris itu mungkin ingin memperbaiki hubungannya dengan orang-orang berpengaruh, sehingga dia benar-benar datang untuk menemani para bos untuk minum.Joe tidak bisa banyak berkomentar. Namun tak disangka, Selvy kebetulan melihat mereka sedang dalam perjamuan bisnis.Saat Marcella menelepon, tentu saja Joe berpikir bahwa istrinya sedang memeriksa keberadaannya dan merasa kesal ka
"Mana Joe?" teriak Satya terhadap Tasya di ujung telepon."Di mana dia sekarang? Negosiasi? Istrinya sudah keguguran, untuk apa lagi dia negosiasi? Apa uang bisa dibawa mati? Ponselnya dimatikan, kamu cepat telepon sekretaris keduanya.""Kalau sekretarisnya juga matikan ponsel, kamu segera ke klub bisnis untuk cari dia. Bilang sama Joe, istrinya sedang keguguran, bukan flu biasa!"Tasya terkejut mendengar hal itu. Dia buru-buru menghubungi sekretaris kedua Joe dan untungnya berhasil. Kebetulan saat itu negosiasi Joe telah selesai dan hasilnya sangat memuaskan. Saat menjawab telepon Tasya, nada bicaranya terdengar santai, "Ada apa Tasya?"Tasya membuka mulutnya perlahan. Butuh beberapa saat sebelum Tasya akhirnya berkata dengan suara gemetar, "Pak Joe, terjadi masalah gawat. Bu Marcella ... keguguran."....Ponsel Joe terjatuh dari tangannya. Di hadapan semua orang, dia kehilangan kendali ....Setelah beberapa saat kemudian, Joe memungut kembali ponselnya dengan mata berkaca-kaca dan s