Kesibukan kota Zimo kembali terlihat manakala Dahayu kembali dari kota Mada.Meski tiga jam berada dalam pesawat sangat melelahkan, tapi nyatanya tak menyulutkan Dahayu untuk datang ke Golden Jay di sore hari.Langkahnya anggun dan selalu menawan setiap kali tiba di kantor.Dahayu tahu itu mengundang cuitan beberapa karyawan yang bergosip tentangnya.Meski Dahayu sudah menghapus rekaman siaran langsung dari media sosial. Tapi Dahayu yakin mereka pasti sudah terlanjur melihat kegilaannya saat bersama Aksa.Tidak heran jika mereka membandingkan sikap profesionalnya saat di kantor dan saat dia sangat manja kepada Aksa.Dahayu malu, tapi dia tidak ingin terlihat buruk. Jadi dia mencoba bersikap acuh tak acuh mendengar setiap cuitan yang bergemelisik di belakangnya."Direktur kita ini sangat luar biasa. Lihat bagaimana dia memimpin rapat sore ini? Rasanya tidak ada yang berani menentang keputusannya. Tapi begitu melihat kebersamaannya dengan CEO konsorium Jayanta, uh ... rasanya hanya dire
Pujian demi pujian diterima Yesti, sementara Dahayu semakin banyak menerima hujatan dari mulut dan juga mata yang memandangnya dengan sangat sinis.Namun, Dahayu sama sekali tidak menunjukkan perubahan wajah yang terpuruk atau terlihat putus asa. Dia masih menegakkan dagu dengan percaya diri dan juga anggun, hingga semua orang menganggap bahwa dia itu Peri Kecil gila yang sombong dan arogan, meskipun miskin.Yesti benar-benar sangat puas dengan penghinaan semua orang terhadap Dahayu malam ini, dia pun tersenyum mencibir ke arah Dahayu yang tampak biasa saja tidak menunjukkan ekspresi membalas apapun terhadap Yesti.Sampai acara lelang kembali dilanjutkan, 1 kotak perhiasan berisi kalung safir yang cukup besar dan sangat menawan kembali ditawarkan oleh presenter sebagai barang terakhir di acara pelelangan tersebut.Hasil penjualan kalung akan didonasikan pada anak yatim piatu di panti asuhan dan juga masyarakat miskin pinggiran yang kelaparan.Semua orang kembali riuh bersahut-sahutan
Yesti mengepalkan 10 jari meski bibirnya tersenyum lembut untuk menjaga kehormatan di depan banyak orang.Dia semakin iri pada Dahayu, Dia mengira Aksa telah memberikan begitu banyak uang untuk menyenangkan istri mudanya ini.Dia tidak tahu jika semenjak Dahayu terkenal karena kasus pemukulan lima investor yang mencoba melecehkan Dahayu, bersin pun bisa menghasilkan kekayaan bagi Dahayu.Dahayu bukan orang bodoh. Dia selalu memanfaatkan hal yang membuatnya viral menjadi sumber kekayaan.Sadar waktu dua bulan itu hanya sebentar, Dahayu mencoba memanfaatkan media sosial untuk menyetabilkan eksistensinya agar tetap menjadi sorotan khalayak ramai. Dia aktif mempromosikan Golden Jay di media sosial pribadinya, yang ternyata mendapat tanggapan positif dari warga net.Followernya sudah mencapai jutaan. Hingga apapun yang dia unggah di akun pribadinya menghasilkan kekayaan yang tidak bisa dibayangkan.Siaran langsung bersama Aksa saja bisa menghasilkan hampir 2 milyar hanya dalam waktu satu
Senyum Yesti semakin merekah kala merasakan cengkeraman Dahayu di lehernya semakin lemah.Dia memang sudah merencanakan semua ini sejak mendengar Dahayu kembali dari kota Mada. Kekesalannya terhadap Dahayu sudah dipuncak ubun-ubun semenjak dia melihat kemesraan Dahayu bersama Aksa di kota Mada.Rasa sakit hatinya sudah melebihi kata-kata, hingga pikiran jahatnya pun kembali menuntunnya untuk melakukan kejahatan seperti yang dia lakukan pada Dahayu 4 tahun yang lalu.Yesti memang memasukkan afrosidiak di minuman Dahayu dengan dosis yang dia tingkatkan tiga kali lipat, hingga Dahayu mengalami rasa panas yang luar biasa di tubuhnya.Terbukti saat ini napas Dahayu mulai tersengal, dia pun sudah sulit untuk mengendalikan diri karena efek obat yang dicampur dalam minumannya."Kamu sudah tidak tahan? Baiklah, sini, aku akan membantumu mengobati rasa dahagamu," ucap Yesti penuh cibiran.Yesti segera menuntun Dahayu menuju ke sebuah kamar hotel yang memang sudah dia siapkan sebelumnya.Dahayu
Yesti menangis dan meronta sejadi-jadinya. Tapi ikatan Aksa terlalu kuat. Dia juga berusaha berteriak sekencang-kencangnya, tapi mulutnya yang dilakban hanya bisa memunculkan suara tertahan yang tak berarti. Yesti hanya bisa menahan kepedihan melihat Aksa melucuti semua pakaian Dahayu demi menghilangkan rasa sakit yang Dahayu rasakan akibat pengaruh obat yang diberikan Yesti. Dan yang paling Yesti sesalkan, ternyata Dahayu masih perawan. Terbukti dengan menetesnya darah segar saat pertama kali Aksa menyentuhnya. Sekarang Yesti sangat menyesal. Dia baru tahu jika selama empat tahun ini Aksa tidak pernah menyentuh Dahayu. Dan sekarang dia malah memicu Aksa untuk melakukan itu pada Dahayu. Tiga jam Yesti menangis dan menjerit tertahan menyaksikan keganasan permainan Aksa di atas ranjang. Dia pernah merasakan itu, tapi kini suaminya melakukanya dengan orang lain tepat di depan mata. Entah bagaimana perasaan Yesti kali ini, marah, cemburu, dan juga benci kepada Dahayu bercampur menjad
"Aku lebih suka menembak kepalamu daripada melakukan itu," jawab Aksa dengan raut wajah suram yang tak terperi.Satya tersenyum mencela, dan maju selangkah mendekati Aksa. "Tuan Aksa Jayanta, jangan pikir aku takut padamu. Aku hanya bersikap baik karena kamu adalah suaminya. Dia menolak lamaranku, berarti dia ingin berbakti padamu. Aku menghormatinya. Tapi jika kamu dan keluargamu yang menyedihkan itu menyakitinya. Jangan menyesal jika aku akan merebut Dahayu darimu."Aksa mendengkus dingin dan berucap, "Teruslah bermimpi, karena kamu tidak akan pernah mendapatkan kesempatan itu."Satya hanya tersenyum licik saat Aksa meninggalkannya dan masuk ke dalam mobil menyusul Dahayu.Tidak kembali ke vila Seroja. Aksa membelikan apartemen mewah untuk Dahayu. Ada Ketty yang menemaninya saat Aksa pergi ke kantor.Malamnya Aksa kembali dengan membawa berkas dan kunci mobil mendekati Dahayu yang duduk termenung di dekat jendela menikmati gemerlap lampu kota Zimo di bawah sana."Ini adalah berkas k
Malam semakin larut saat Aksa memasuki kamar, ternyata Dahayu juga masih sibuk dengan gadgetnya.Dahayu tidur tengkurap sebari terus menggulir layar gadget. Piyama selutut yang dia kenakan sedikit naik tanpa perempuan itu sadari, hingga paha putih mulus pun dapat Aksa lihat dengan jelas.Diam-diam Aksa tersenyum lantas memeluk tubuh ramping itu dari belakang.Dahayu terkejut dan ingin melepaskan diri. "Kamu sedang apa? Lepaskan aku!"Pelukan Aksa semakin erat kala dia mulai mencium tengkuk Dahayu."Tuan Aksa Jayanta, jangan macam-macam ya."Aksa tersenyum dan langsung membalik tubuh Dahayu. "Macam-macam apa? Aku hanya memenuhi permintaan ayah."Dahayu hanya menatap Aksa dengan gugup.Aksa semakin mendekat dan berbisik, "Ayah menyuruhku membuat cucu, jadi bisakah ....""Tidak bisa, tidak boleh!" Dahayu buru-buru menginterupsi ucapan Aksa.Penolakan itu jelas membuat wajah Aksa menjadi suram. "Haruskah aku menyuruh Ethan membawakan anggur ke sini?""Bukan itu masalahnya." Dahayu terlih
Dahayu langsung menyerang Aksa dan memukulnya secara serampangan sembari berteriak membabi-buta. "Pembohong!" "Aku membencimu!" "Kamu pikir nyawaku hanya sebuah lelucon, ha?!" "Senang kamu mempermainkanku?!" "Aku tidak ingin hidup dengan pembohong sepertimu!" "Aku ingin cerai!" Aksa sudah tahu ini akan terjadi saat Dahayu mengetahui semuanya. Jika dulu Dahayu berkata seperti ini, Aksa mungkin tidak akan peduli. Tapi sekarang, dibenci wanita yang dia inginkan itu rasanya sangat sakit. Khawatir pertengkaran mereka didengar ayah mertuanya. Aksa segera berinisiatif untuk membungkam mulut Dahayu dengan ciuman. Hingga saat laki-laki paruh baya itu benar-benar menoleh untuk memeriksa, dia hanya menggelengkan kepalanya melihat putri dan menantunya berciuman di dekat gubuk. "Astaga ... anak muda jaman sekarang ...," gumamnya kemudian pergi. Barulah ketika Dahayu sudah tidak berdaya dan ayah mertuanya benar-benar sudah jauh, Aksa langsung menggendong Dahayu dan membawan
Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut.Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi.Apalagi saat melihat Dahayu Yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya.Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka."Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?""Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?""Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila.""Benar, perempuan muda dan berbakat
Hari berlalu dengan cepat. Terangnya matahari kini telah berganti dengan keanggunan malam.Pukul tujuh malam waktu setempat, Aksa sudah duduk tenang di dalam mobil.Memandang secarik kertas perjanjian perceraian sebagai hadiah ulang tahun istri kecilnya.Aksa mendengkus samar setelah tersenyum ironi dari bibir yang manis.Mungkin baru kali ini dia memberi hadiah ulang tahun dengan menyakiti hatinya sendiri."Jalan," titahnya pada Ethan yang sejak tadi memang menunggu dia memerintah.Mobil itu sekarang sudah melaju menelusuri jalanan kota Zimo yang basah akibat guyuran hujan sepanjang sore.Dingin, layaknya hati Aksa yang melangkah untuk melepaskan peri kecil yang sempat memberi senyum hangat setelah hampir lima tahun menjadi seorang istri.Ini adalah ulang tahun istrinya, tapi digelar dia kediaman Mantila. Cukup menegaskan jika istri kecilnya telah berpaling pada hati yang lain, tapi dengan bodohnya dia malah datang untuk memberi hadiah dengan tangannya sendiri.Ramai dan sangat megah
Sesuai prediksi Dahayu, saat ini Yesti sudah tiba di kediaman Jayanta. Niatnya menghindari Lukas, nyatanya tak bisa terealisasi. Siapa lagi yang bisa dia mintai pertolongan selain Lukas? Adik ipar sekaligus selingkuhannya.Gegas Yesti berjalan menuju paviliun milik Lukas dan mendapati laki-laki itu tengah terbaring di kamarnya.Begitu melihat Yesti, Lukas sedikit melengos dengan senyum mencela. "Baru ingat aku, sekarang?" ucapannya sinis.Yesti pun segera tahu jika saat ini Lukas sedang marah lantaran dia tidak menanyakan kabarnya setelah Aksa menembaknya.Wanita itu langsung tahu apa yang harus dilakukan. "Lukas, aku mohon mengertilah posisiku. Kamu tahu betapa sulitnya aku agar Aksa tidak curiga. Aku sungguh sangat mengkhatirkanmu, lihat, aku langsung datang ke sini setelah Aksa pergi entah ke mana?"Lukas tahu Aksa pasti sedang mencari Dahayu. Dia sangat ingat saat saudaranya itu mengamuk lantas menembak dadanya dua hari yang lalu. Beruntung pengawal ayahnya segera membantu, jika t
Yesti terkesiap karena itu. Memang benar, Aksa sudah tidak mempunyai respek terhadap orang tuanya. Tidak mungkin meminta bantuan pada suaminya. Terlebih yang dianiaya adalah Dahayu, pasti suaminya tidak akan segan-segan untuk membunuh orang tuanya.Namun, mendengar Dahayu mengatakan jika Aksa tidak tahu kejadian ini, sudah pasti sekarang laki-laki itu tidak ada di kota Zimo. Melihat Dahayu berkeliaran di hotel sendirian, dia pun mulai berpikiran picik."Mungkin memang terjadi kesalahpahaman dengan orang tuaku, tapi pikirkan jika Aksa mengetahui bahwa kamu berkeliaran di hotel sendirian, Dahayu. Kamu telah membuat semua orang khawatir setelah menghilang selama satu pekan. Ternyata kamu malah ada di sini. Laki-laki mana lagi yang tengah kamu rayu setelah tahu cinta Aksa hanya untukku dan bayiku?"Lagi, Dahayu tergelak ringan mendengar desakan Yesti. Jelas perempuan itu kembali ingin mempermalukannya melihat pengunjung hotel lain sekarang tengah menonton di a
Di kota Zimo, Yesti sedang duduk manis menikmati kudapan yang baru saja disajikan para pelayan. Tapi tiba-tiba dia membanting apa yang dia pegang ke atas piring dengan kesal. Dia berdiri, lantas mematut diri di depan cermin. Tubuhnya sudah tak secantik dulu setelah perutnya mulai menggembung, lengan dan kakinya juga mulai membengkak. Benar-benar tidak sedap dipandang, menurutnya. Teringat tadi malam Aksa mengusirnya dari ruang baca dengan sangat kasar, hatinya pun menjadi sangat sedih. Dia mengira bahwa tubuhnya sudah tak menarik lagi hingga Aksa sudah tak terpikat dengan kecantikannya. Terlebih ketika ingat Ethan mengatakan bahwa Dahayu sudah ditemukan. Pikirannya pun semakin kesal membayangkan kemungkinan yang terjadi saat ini. Di kolam renang Dahayu memperlihatkan betapa indah tubuh ramping yang dia miliki beserta begitu banyak jejak cinta yang melukis tubuhnya di dekat area sensitif. Yesti mengira saat ini Dahayu pasti sedang menggoda Aksa dengan tubuh indah yang dia mili
"Tuan ...." Suara Ethan yang menyapa mengundang Aksa yang baru saja membuka mata perlahan menoleh. Asistennya juga tampak buruk, ada luka lembam yang menodai wajahnya. Ketika Aksa menunduk, perban sudah membalut dadanya yang tertembak. Tapi saat menilik ruangan asing ini. Dia menghela napas kasar dan mendongak pasrah di bantalnya yang empuk. "Nyonya baru saja pergi, Tuan." Seakan tahu apa yang dipikirkan Aksa, Ethan kembali bersuara. Namun, itu justru membuat Aksa tersenyum samar. Dia tahu Dahayu tak bisa membencinya meski hatinya tersakiti. Terbukti wanita itu tak mampu menembaknya meski dia ingin. Jika bukan karena Satya, dadanya tak mungkin terluka seperti ini. Aksa tahu istri kecilnya ini mempunyai hati yang baik, dia hanya ingin hidup tenang dengan meninggalkan gelar pelakor yang selama ini terus merunjam dari segala arah. Dia lelah terus menyandang gelar menjijikkannya itu sepanjang waktu, meski bukan keinginan Dahayu untuk menjadi orang ketiga. Aksa semakin menyes
Sama seperti halnya Aksa di masa lampau, saat ini Dahayu sangat ingin menyakiti laki-laki itu, tapi ternyata justru malah menyakiti hatinya sendiri. Tangannya mengepal kuat acap kali tendangan terus menghantam tubuh tak berdaya di bawah sana, hatinya terasa penuh oleh sesuatu yang menusuk.Namun, membiarkan Aksa menikmati kemenangannya dengan mudah juga membuat Dahayu marah. Laki-laki itu harus merasakan apa yang dia rasakan saat itu.Membohongi dan membuatnya kedinginan sepanjang malam, setelah mendapatkan pukulan berkali-kali dari dua pelayan yang menyiksanya. Itu mana mungkin Dahayu lupakan."Apa yang terjadi?" tanya Satya pelan membuat Dahayu mengembuskan napas samar, meski dia enggan menjawab pertanyaan Satya.Melihat kebisuan Dahayu, hidung Satya mengembang menghirup udara dengan emosi yang kuat. "Dia juga memperlakukanmu seperti itu?"Dahayu masih membisu, matanya terus menatap laki-laki tak berdaya di bawah sana.
Lampu mercusuar berkelip kala helikopter terbang mengitari pulau dengan kastil kecil di tengahnya. Langit yang tadinya tampak kelabu kini pun menjatuhkan jutaan rintik hujan yang menghantam permukaan lautan.Sepatu boots hitam nan gagah jatuh menapak di pasir putih pada malam gelap bersama tiupan angin laut yang mencekam.Aksa bejalan cepat menembus hujan deras, langkahnya sama sekali tak terhenti ketika suara tembakan bergema di udara.Di kejauhan, dia melihat kastil kecil dengan benteng batu kokoh yang menonjol di atas bukit. Sekelompok orang dengan senjata api berjaga di sana, siap mempertahankan diri dari serangan.Suara tembakan terus berlanjut, mengiringi perjalanan Aksa yang semakin mendekat ke arah kastil.Aksa memaksa diri untuk bergerak meski basah kuyup, pikirannya hanya tertuju pada satu hal: Dahayu, istrinya yang hilang.Sejak awal dia sudah menebak bahwa Satya yang membawa Dahayu pergi, tapi tidak menyangka jika laki-laki itu akan menyembunyikan istrinya di pulau terpenc
Di tempat tidur yang sangat nyaman, perlahan Dahayu membuka mata dengan berat. Dia melihat cahaya terang yang jatuh menimpa retinanya yang belum siap, hingga mata itu kembali menyipit untuk menilik keadaan sekitar.Ruangan asing ini sudah pasti tidak dia kenal, selain itu aroma amis khas lautan tercium pekat pada indera penciumannya yang tajam. Seorang parfumer andal pasti tidak sulit untuk mengenali aroma ini.Kepalanya yang diperban masih sangat berat untuk bisa bergerak, tapi matanya mulai bisa menangkap dengan jelas beberapa wanita muda berseragam pelayan mendekat padanya."Nona sudah sadar?"Dahayu tak lantas menjawab, dia masih terlihat linglung menyesuaikan diri dengan keadaan asing ini.Tapi ingatannya tentang penyerangan mendadak itu, sedikit demi sedikit kembali pada otak Dahayu, hingga dia mulai bersikap waspada meski tubuhnya masih lemah."Cepat panggil dokter, beri tahu juga tuan muda, dia akan sangat senang melihat nona muda sudah bangun."Alis Dahayu mengernyit. 'Nona m