Share

Tatapan Talitha

Aku hanya bisa menatapnya, merasa seolah-olah ada sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar pujian di balik kata-katanya. Talitha mengambil gaun biru lembut itu dan dengan lembut membantuku mengenakannya. Sentuhannya terasa begitu intim, seolah-olah dia sedang merawat bagian dari dirinya sendiri.

Saat gaun itu akhirnya terpasang sempurna di tubuhku, Talitha menatapku dengan tatapan penuh kekaguman.

"Lihat dirimu di cermin, Ratih. Kamu benar-benar cantik," katanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih dalam dan penuh emosi.

Aku menoleh ke cermin dan terkejut melihat refleksi diriku sendiri. Gaun itu memang sangat cocok, membingkai tubuhku dengan cara yang membuatku merasa anggun dan percaya diri.

"Terima kasih, Nyonya," kataku lagi, kali ini dengan senyum yang lebih tulus dan percaya diri.

"Ratih, gaunnya untukmu saja," Talitha tersenyum dan tertawa kecil, ada getaran hangat dalam suaranya yang membuatku merasa sedikit lebih nyaman.

"Tapi, Nyonya?" tanyaku, masih ragu.

"Sudahlah, buat kamu saja. Aku tidak percaya diri menggunakan gaun itu. Kelak, jika ada undangan yang harus kamu hadiri, kamu sudah punya gaun yang indah," Talitha menjelaskan dengan nada yang lembut namun tegas.

"Tapi, Nyonya, saya hanya pembantu," kataku, suaraku hampir berbisik karena bingung dan canggung.

"Memangnya kenapa? Masa tidak boleh pakai gaun? Nonsense," Talitha menegaskan sambil menggeleng pelan, seolah tak percaya dengan keraguanku.

Aku menatapnya, mencoba mencari petunjuk di balik matanya yang jernih dan penuh kasih sayang. Talitha selalu memperlakukan aku dengan baik, tapi ini adalah kali pertama dia memberikan sesuatu yang begitu berharga.

"Terima kasih, Nyonya," kataku dengan suara yang lebih mantap, mencoba mengatasi perasaan campur aduk yang berkecamuk dalam diri sambil perlahan mengangguk.

"Ratih, aku harap kamu bisa jadi lebih dari seorang pembantu di sini, oke honey?" ujar Talitha dengan nada centil, sambil mengalungkan lengannya di leherku.

Aku tertegun sejenak, merasakan kehangatan dari kedekatan fisik yang begitu jarang kurasakan. Ada sesuatu dalam cara Talitha berbicara dan bertindak yang membuat hatiku berdebar.

"Lebih dari seorang pembantu, Nyonya? maksud Nyonya?" tanyaku dengan penuh kebingungan, mataku mencari jawaban di wajahnya.

"Aku butuh teman," bisiknya sambil mengedipkan mata, suaranya terdengar seperti pengakuan yang jujur dan penuh harap.

Aku terdiam, mencerna kata-katanya yang sederhana namun begitu dalam. Teman. Sesuatu yang mungkin sepele bagi orang lain, tapi bagi seseorang seperti aku yang terbiasa berada di pinggiran, hal itu terasa begitu berharga. 

"Baiklah, sekarang bantu aku susun baju untuk sesi foto nanti," ucap Talitha, memecah keheningan yang sempat tercipta. Dia tersenyum lembut, dan aku merasakan kehangatan yang tulus dalam senyumnya itu.

Aku mengikuti Talitha menuju ruang ganti yang luas, dindingnya dipenuhi cermin besar dan rak-rak yang penuh dengan pakaian indah. Cahaya lampu yang hangat memantul di setiap sudut, menciptakan suasana yang hampir magis. Talitha mulai menarik beberapa gaun dari rak, memeriksa setiap detail dengan teliti.

***

Jam 7 malam, Devan, Talitha, dan kedua anak kembar mereka, Wilma dan Wilona, bersiap-siap untuk berangkat menuju studio foto yang telah Talitha booking. Aku, seperti biasa, menjaga Prince, anak bungsu mereka yang selalu penuh energi.

Kami semua masuk ke dalam mobil yang luas dan nyaman. Pak Arif duduk di kursi pengemudi, sementara Devan dan Talitha duduk di kursi tengah bersama Wilma dan Wilona. Aku duduk di kursi belakang bersama Suter Sari, memeluk Prince yang gelisah. Mobil melaju dengan lancar menuju studio foto, suasana di dalam mobil penuh dengan canda tawa anak-anak yang membuat perjalanan terasa lebih singkat.

Setibanya di studio foto, kami disambut oleh fotografer yang ramah dan profesional. Studio itu sendiri sangat modern dan elegan, dengan pencahayaan yang sempurna dan berbagai latar belakang yang indah. Talitha langsung memimpin keluarganya menuju ruang ganti, sementara aku dan Suter Sari menenangkan Prince yang mulai merasa gelisah.

"Ratih, tolong bantu Wilma dan Wilona memilih pakaian yang cocok, ya," kata Talitha sambil tersenyum. Aku mengangguk dan mulai membantu kedua anak kembar itu memilih gaun dan setelan jas yang sesuai. Suter Sari sibuk membantu Talitha dengan gaunnya.

Saat sesi foto dimulai, aku berdiri di sudut ruangan, mengamati dinamika keluarga ini dengan penuh perhatian. Devan dan Talitha tampak serasi bersama, meskipun aku bisa melihat Devan terlihat sedikit kurang nyaman. Wilma dan Wilona mengikuti arahan fotografer dengan antusias, sementara Prince, yang duduk di pangkuanku, menunggu gilirannya untuk berfoto.

"Semua bersiap-siap, sekarang kita akan ambil foto keluarga," kata fotografer dengan suara hangat. Talitha mengambil Prince dari pangkuanku dan membawanya ke tengah, sementara Devan, meskipun tampak agak kaku, merangkul bahu Talitha. Wilma dan Wilona berdiri di depan mereka dengan senyum lebar.

"Ini untuk ulang tahun Prince yang ke-2, ayo tersenyum semuanya!" seru fotografer. Meskipun Devan terlihat canggung, dia mencoba tersenyum untuk kebahagiaan anak-anaknya. Talitha memberikan pandangan penuh kasih dan dukungan, berusaha membuat semua orang merasa nyaman.

Setelah sesi foto berakhir, Talitha memenuhi janjinya untuk membelikan Wilma dan Wilona es krim. "Ayo, sekarang kita menuju tempat favorit kalian," katanya dengan senyum lebar, memegang tangan kedua anak kembar itu. Aku mengangkat Prince yang masih antusias setelah sesi foto tadi, sementara Suter Sari dan Pak Arif membantu mengatur barang-barang.

Kami semua masuk ke dalam mobil lagi, kali ini dengan tujuan yang lebih santai. Pak Arif mengemudi dengan tenang, membawa kami ke sebuah kedai es krim yang terkenal dengan berbagai rasa uniknya. Sepanjang perjalanan, tawa dan cerita-cerita riang dari Wilma dan Wilona menghiasi suasana, sementara Devan duduk di samping Talitha, berusaha menikmati momen bersama keluarganya meskipun masih terlihat sedikit tegang.

Setibanya di kedai es krim, aroma manis langsung menyambut kami. Dinding-dindingnya berwarna-warni, dipenuhi dengan gambar-gambar es krim yang menggoda. Wilma dan Wilona segera berlari ke arah konter, mata mereka berbinar-binar melihat berbagai pilihan rasa yang tersedia. Talitha mengikuti di belakang mereka, tertawa kecil melihat antusiasme anak-anaknya.

Aku duduk di salah satu meja bersama Prince yang terus mengoceh, menunjukkan mainan barunya yang didapat dari sesi foto tadi. Devan, meskipun masih tampak sedikit canggung, memesan es krim untuk seluruh keluarga. Suter Sari dan aku mendapatkan kesempatan untuk memilih rasa favorit kami, sementara Talitha membantu anak-anak memilih es krim yang mereka inginkan.

Ketika semua es krim telah tersaji di meja, kebahagiaan terpancar dari wajah setiap anggota keluarga. Wilma dan Wilona sibuk menikmati es krim mereka, tertawa dan berbagi cerita tentang rasa favorit mereka. Talitha duduk di samping Devan, memberikan tatapan lembut yang penuh kasih, seolah mencoba menghilangkan ketegangan yang mungkin masih ada.

Malam itu berakhir dengan penuh tawa dan kebahagiaan. Ketika kami kembali ke rumah, Wilma dan Wilona tertidur di kursi belakang mobil dengan senyum di wajah mereka, sementara Prince tergolek lelah di pangkuanku.

Setelah tiba di rumah, aku menggantikan pakaian Prince dengan perlahan, setiap gerakan penuh kelembutan agar tidak membangunkannya. Mataku tak lepas dari wajahnya yang tenang, penuh dengan kepolosan masa kanak-kanak. Aku merebahkannya di tempat tidurnya, menarik selimut hingga menutupi tubuh mungilnya dan mencium keningnya dengan sayang.

Namun, ketika aku hendak keluar dari kamar, pintu terbuka perlahan dan Devan masuk. Aku terkejut, tak menduga akan bertemu dengannya di sini. Matanya menatapku dengan intens, penuh hasrat yang membuat jantungku berdebar kencang. Suasana menjadi tegang, udara seakan mengalir lebih lambat.

"Ratih," suaranya terdengar serak, hampir berbisik. Aku bisa merasakan aura berbeda darinya, sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tubuhku membeku, tak mampu bergerak, terjebak dalam tatapan yang penuh arti itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status