Artikel berita mengenai penobatan direktur utama State Group yang baru sudah diupload di media manapun. Nama James Elard Connor terpampang dimana-mana. Menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat khususnya untuk orang-orang yang terjun dalam bisnis. "Inilah wajah baru direktur utama State Group! James Elard Connor harta Karun tersembunyi Connor yang kini telah muncul menjadi perbincangan hangat!" Judul tersebut tertulis di headline news. "Lihat wajahnya! Dia itu sangat tampan ya?" "Iya benar, dia seperti pria perkasa dan nampak dingin." "Biasanya pria yang kaku dan dingin ini, kalau dijadikan pacar terasa menantang." "Bodynya juga seksi, pantas saja disebut harta Karun tersembunyi, dia sangat cocok menjadi direktur utama, auranya sangat kuat dan berwibawa." "Jika dibandingkan kandidat sebelumnya, Mr. James lebih pantas." "Ah tapi aku lebih suka pesona Mr. Juan yang gentleman itu, sepertinya dia lebih romantis." "Lagipula diantara mereka tidak ada yang mau be
Sudah beberapa hari yang lalu setelah kembalinya dari rumah sakit. James dibuat cemburu oleh kedekatan Ford dan Daisha. Bahkan asisten pribadinya itu berani modus pada Daisha mencuri-curi kesempatan untuk berdua dengannya. Tentu saja membuat James merasa jengkel. Meskipun dia sendiri tidak tahu kenapa bisa sejengkel itu. "Apa aku kirimkan saja Ford ke Australia untuk mengurus bisnisku di sana ya? Jadi dia tidak perlu mengganggu Daisha seenaknya lagi," gumam James. Dirinya sendiri bertanya-tanya, mengapa akhir-akhir ini mudah marah melihat Ford dekat dengan Daisha. Padahal dia tahu gadis itu hanyalah pelampiasan kedengkiannya terhadap Juan. Sudah berjam-jam James mengamati buku dengan sketsa wajah yang diketahui telah dia buat dengan tangannya sendiri. Sketsa wajah yang dibuat 2 hari lalu itu menggambarkan seorang perempuan. James memandanginya khidmat, lalu ketika tangannya menyentuh sketsa wajah tersebut jarinya berhenti di bibir milik wanita yang digambarnya. "Kenyal dan lembut
Daisha diseret pelan oleh James menuju kamarnya. Selagi Daisha nampak pasrah meskipun alam bawah sadarnya mengatakan untuk menolak mengikuti arahan James. Agaknya gadis itu takut James akan melakukan hal yang tidak-tidak seperti sebelumnya. Terlebih James sudah merebut ciuman pertamanya dan itu tentu saja membuat dirinya begitu kesal. Lantaran Daisha yang berpacaran dengan Juan pun belum pernah berciuman dengannya. Rasanya dia sangat menyesal dulu menolak ciuman dari Juan. Setelah mereka sampai di depan pintu kamar. James menggamit bahu Daisha tak sabaran menyuruhnya segera masuk. Tapi Daisha menahan kakinya untuk melangkah lagi. "Kenapa?" tanya James menatap Daisha heran. "A-aku bisa obati lukanya sendiri," jawab Daisha terbata, dia seperti itu karena gugup. Di waktu yang seperti ini, otak nya malah memutar adegan di mana mereka berciuman. Meskipun itu ciuman yang kasar dan memaksa, baginya itu adalah yang pertama kali. "Ayolah! Jangan buat aku marah! Aku hanya ingin mengobatimu!
"Uh! Kurang ajar anak itu! Dia berani mempermalukanku di hadapan orang-orang! Dia pikir siapa dia?!" ucap Vanda geram dan duduk dengan tidak tenang di sofa nya. Meremas dan mencakar bahu sofa juga menggemeretakan gigi-giginya.Melihat bos nya yang sedang frustasi, Legina merasa harus menawarkan sesuatu yang menenangkan untuk Vanda."Nyonya ingin aku buatkan minum?" tawar Vanda dengan menampilkan senyum terbaiknya."Ya! Tapi aku tak ingin minum kopi ataupun teh! Aku ingin bir! Bawakan bir untukku cepat!" perintah Vanda sungkan. Legina segera pergi memenuhi perintah Vanda. Wanita paruh baya itu merasa harga dirinya terinjak-injak. Bahkan sebelumnya tidak pernah ada yang berani menginterupsinya selain Dylan suaminya sendiri."Semenjak kembalinya bocah itu! Perasaanku selalu was-was! Padahal aku tahu dia anakku sendiri! Tapi... di matanya seolah ada banyak kebencian yang dia pendam! Maka dari itu polah nya selalu angkuh baik padaku maupun pada Dylan!" cakapnya bermonolog."Posisi direktu
James selesai mengadakan teaching conference untuk launching produk terbaru di bidang jasa bersama dengan para karyawan divisi pemasaran.Ford sebagai asisten setia menyampaikan jadwal terbaru James untuk jam-jam berikutnya di meja kerja."Tuan James, setelah makan siang ini ada beberapa divisi yang meminta rapat ulang soal perencanaan launching produk terbaru, mereka dari divisi umum dan divisi produksi," papar Ford."Baiklah, ruang rapat yang lebih besar sudah disiapkan?" tanya James memastikan."Sudah tuan, ada di lantai 14.""Oke baiklah!" "Jam istirahat ini anda ingin makan apa tuan?" tanya Ford."Aku ingin pergi ke kantin," jawabnya."Tuan tidak ingin makan di restoran terdekat?" tanya Ford menawarkan. Justru Ford agak mengkhawatirkan image James sebagai direktur utama jika benar dia makan di kantin. Dibandingkan Ford, James lebih cuek."Tidak! Jangan hentikan rasa penasaranku makan di kantin Ford! Aku ingin melihat suasana kantin para karyawanku," ucap James tidak bisa dibanta
"Bocah itu seharian di kantor kesana kemari seenaknya sendiri, apa dia kira di sini taman bermain apa?!" gumam James geram. James memijit-mijit dahinya yang pening karena tingkah laku Henley yang nampak seperti bocah yang sedang bermain-main di kantor berakibat mengganggu konsentrasi kerjanya. Dia seenaknya keluar masuk ruangannya lalu berkeliling kantor mengganggu karyawannya yang sedang bekerja. Memang tidak ada keluhan sama sekali dari para karyawannya bahkan mereka menganggap kehadiran Henley di kantor membuat suasana menjadi seru. Namun bagi James itu adalah sebuah gangguan. Bahkan James menduga-duga Henley sedang mempelajari situasi secara diam-diam. Henley mempelajari sikapnya dan cara bekerjanya agar dia bisa menggeser posisinya sebagai direktur utama. Licik sekali bukan pikirannya. Tapi itulah James, dia selalu berpikir hal terburuknya lebih dulu. "Tak akan aku biarkan dia memberikan kemenangan untuk Vanda!" batin James semakin menggeram. James menggebrak meja tidak terl
"Daisha tanganmu sudah tidak apa-apa kah?" tanya Lani yang sejak kejadian itu dia mengkhawatirkan Daisha. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Vanda menginjak tangan Daisha begitu tega saat temannya itu berusaha memunguti serpihan vas yang tajam.Betapa ngeri dan sakitnya meskipun bukan dia yang merasakan. Bahkan pelayan yang ikut menyaksikan ada yang menjerit dan tidak sanggup melihatnya. Tentu saja membuat Lani sedih dan khawatir tapi dia tidak bisa melakukan pembelaan apapun."Sudah tidak apa-apa, nanti malam aku akan melepas perbannya kok," jawab Daisha menampilkan senyumnya untuk membuktikan bahwa dia baik-baik saja."Aku sangat sedih melihatmu terluka, setelah acara penobatan waktu itu kamu tiba-tiba muncul dengan luka di lengan dan sudah diperban, kamu tidak mau memberitahu padaku alasannya kenapa, baru-baru ini kamu mendapat luka lagi akibat nyonya Vanda di telapak tanganmu, apa sebelumnya kamu juga disiksa oleh nyonya makanya kamu dapat luka di lengan itu?" uj
"Kenapa diam?" tanya James yang gemas karena Daisha tak kunjung melepas celana dalamnya."Tuan bisa melepas celananya sendiri, lebih baik saya menyiapkan air hangatnya," ucap Daisha secepatnya pergi, tapi James menghalanginya dengan satu kakinya."Tidak boleh membantah! Sekarang lepas celana dalamku!" titah James tanpa penolakan."Kenapa? Kau ingin aku marah? Apa sebaliknya kau yang aku telanjangi?" ancam James melirik ke dada Daisha.Reflek Daisha langsung menyilangkan kedua tangannya menutupi dada."Jangan!" teriak Daisha sambil menggeleng cepat."Ya sudah! Lepaskan celanaku sekarang!" perintah James.Dengan ragu-ragu Daisha melepas celana dalamnya, perlahan sambil menutup mata."James gila! Dia memang punya kelainan!" batin James.Seperti orang yang buta, meraba-raba mencari jalan keluar agar celana dalamnya terlepas dari kaki. Akan tetapi Daisha yang tidak sabaran diakhir saking tidak tahannya dia melepas dengan ugal-ugalan. Menariknya cepat sampai tak sengaja kaki James tersandun
Daisha sayup-sayup membuka matanya bersama kesadaran yang segera terkumpul. Mencoba mengingat kembali mengapa dirinya berada di kamar yang nampak asing tapi dia terlalu lelah untuk berpikir keras. Kemudian melihat ke arah jam dinding yang ada di depannya, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Dia segera beranjak dari kasur memunguti bajunya yang berserakan di lantai untuk menutupi tubuhnya yang polos.Tiba-tiba saja dia terlonjak tatkala tangan kekar memeluknya dari belakang. Dia menoleh ke belakang punggungnya, Daisha baru ingat kalau dia habis bermain ranjang dengan pria ini. James menyunggingkan senyumnya masih dengan mata yang terpejam. Tentu saja itu akal-akalan James hanya untuk mengerjainya.Daisha ingin kabur dan mencoba terlepas, namun James semakin menariknya ke dalam pelukannya."James! Lepaskan aku!" Daisha memohon tapi tubuhnya tak bertindak sama sekali. Dia hanya sedang menyembunyikan rasa malunya setelah melakukan pergumulan panas dengan James. Yang dilakukan James padanya sema
"Sekarang kamu akan tinggal di sini!" ujar James. Seorang bawahannya membawa satu tas besar berisi baju-baju Daisha ke dalam kamar yang akan digunakannya untuk tidur. Setelah keluar dari rumah sakit dan melakukan pembayaran administrasi. James segera membawa Daisha ke apartemen miliknya dekat Constone Mansion dan menyuruh anak buahnya pergi ke panti asuhan mengambil baju-baju Daisha. Kamar apartemennya bersebelahan dengan kamar Ford. Daisha akan mendapatkan pengamanan 24 jam/7 oleh anak buah James. Dan bekerjasama dengan para petugas apartemen yang semuanya di bawah suruhannya, di sana mereka sama-sama mengawasi. James rasa melindungi Daisha di jarak dekat lebih efektif ketimbang membiarkan Daisha pergi sejauh-jauhnya. Belum tentu, Vanda ataupun orang jahat lainnya takkan mengusik Daisha. "Ini semua kelihatan sangat nyaman, terimakasih karena sudah memberiku tempat tinggal, aku sangat suka," ucap Daisha melihat-lihat seisi apartemen dengan pandangan berbinar. Kemudian dia berjala
Tengah malam, Ford dan Henley berjaga di ruang tunggu. Sementara itu James di dalam menemani Daisha. Setelah menunggu berjam-jam, James akhirnya tertidur dengan kepala bersandar di sisi ranjang setelah menenangkan Daisha hingga tertidur pulas. Tangannya di atas sambil menggenggam tangan Daisha. Gadis itu dibiarkan istirahat setelah menangis seharian. Atas kejadian tersebut Daisha mengalami trauma yang cukup berat. Sejurus Daisha pun membuka mata. Dia gelagapan langsung mencari-cari keberadaan James. Ketika menoleh ke samping mendapati James sedang tertidur sambil memegang tangannya. Dia meneteskan air mata karena sedih sekaligus bahagia. "Ternyata kau ada di sini! Terimakasih James! Kau telah menyelamatkanku! Maafkan aku karena aku sempat berpikir tak ingin berhubungan lagi denganmu, kupikir dunia kita sangatlah jauh berbeda, kita tidak bisa bersatu!" gumam Daisha. Jari-jarinya mengusap lembut jari-jari besar yang menggenggamnya itu. Hingga membuat James terbangun. "Kau sudah bangu
Wanita tua itu yang mengaku sebagai Dahlia di depan para warga diseret masuk menuju mobil. Ford dan para bawahannya akan membawanya ke kantor polisi memberikan hukuman yang setimpal untuknya. Sedangkan James membawa Daisha ke rumah sakit menggunakan mobil yang lain."Sayang tenang ya, sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit," ujar James tidak tenang. Sendirinya tidak tenang tapi berusaha menenangkan Daisha. Dia tak tega melihat Daisha terus meringis kesakitan terbaring di kursi penumpang. James akan membawanya ke rumah sakit selain rumah sakit milik ayah dan ibunya. Dia tidak mau kejadian buruk menimpa Daisha lagi yang disebabkan oleh orang-orang suruhan Vanda.Setelah sampai di rumah sakit, James membuka pintu mobil dan membopong Daisha ke dalam. James berteriak-teriak, meminta dokter dan perawat bergegas membantunya."Kalian tidak lihat dia terluka!" bentak James kepada petugas yang datang. Mereka segera membantu James yang marah-marah. Meletakkan Daisha ke atas ranjang pasien
Daisha tersadar dengan tangan terikat di kursi. Matanya ditutup kencang dengan keadaan terpejam. Kakinya juga tak bisa bergerak karena terikat. Mulutnya disumpal kain hingga hanya erangan yang dia teriakan."Siapa kau? Lepaskan aku!" teriak Daisha dengan pelafalan tak jelas. "Diam kau! Jangan terus bergerak! Atau aku akan membunuhmu secepat mungkin!" bentak ibunya. Bukan, dia hanyalah wanita tua suruhan Vanda untuk membunuh Daisha."Demi uang aku harus membunuhmu, kalau tidak membunuhmu anakku yang akan mati," ucapnya dengan suara parau dan tangan gemetar.Daisha terperangah mendengar ucapan mengerikan itu. Terlebih dia mengenali suaranya. Daisha pun menangis ketakutan."Ternyata dia orang jahat, dia hanya mengaku-ngaku sebagai ibu kandungku! Bagaimana caranya aku bisa melarikan diri dari sini? Siapapun di luar, tolong selamatkan aku!" batin Daisha, dia mengguncangkan tubuhnya berusaha lepas.Sementara wanita tua tersebut mondar-mandir gelisah, sebenarnya dia sendiri tak punya tekad
"Kau kenapa kak?" tanya Henley yang baru saja datang. Bingung melihat kakaknya mondar-mandir di balkon tidak jelas. Apalagi dilihat-lihat eskpresinya serius begitu. Membuat Henley bertanya-tanya saja. Namun James tak menggubrisnya, sibuk sendiri dengan pikirannya.Dibuat penasaran, Henley lebih mendekat kepada James, berjalan di belakangnya meniru tingkah James. Sama-sama mondar-mandir. James menggaruk kepala, Henley juga ikut menggaruk kepala. Yang satunya overthinking yang satunya lagi kebingungan.Putaran yang ke-20 kali Henley sudah agak jengah dan lelah. Henley merutuki dirinya sendiri karena telah meniru tingkah aneh James. Dia merasa bodoh. Henley gemas sendiri melihat James belum berhenti mondar-mandir. Agar kebingungan ini selesai dia bertanya lagi."Sedang memikirkan apa sih kak sampai mondar-mandir terus dari tadi?" "Hei kak! Jawab aku kenapa?!" timpal Henley lagi yang makin jengah karena tak digubris. Tiba-tiba James menghentikan langkahnya, lalu berpaling tegas menghadap
"Lakukan dengan baik! Jangan sampai rencana kita gagal! Kalau kau gagal melakukannya, maka tidak akan tidak ada uang sepeserpun untukmu bahkan keluargamu tidak akan selamat!" ancam Vanda dengan ketegasan. Entah siapa orang yang tengah dia ancam dari seberang telpon.Ancamannya itu mampu membuat lawan bicaranya ketakutan. Dia menjawab dengan nada bergetar. "Saya janji akan melakukannya dengan baik nyonya! Saya butuh waktu setidaknya 5 hari.""Oke 5 hari! Tidak lebih! Aku ingin kau membereskannya dengan baik, nanti akan kukirim beberapa bawahanku setelah kau berhasil membunuhnya untuk menghapus bukti-bukti perbuatanmu!" timpal Vanda yang langsung mematikan sambungan telponnya sebelum lawan bicaranya membalas lagi. Seolah dia tak mau mendengar alasan atau penjelasan apapun lagi dari orang itu. Dia hanya mau menerima hasil dari apa yang sudah dia perintahkan.Legina asistennya berdiri di dekatnya sejak tadi, dia baru menyerahkan tumpukan laporan yang harus diperiksa setelah Vanda menyeles
Wanita asing itu tak berbicara apapun lagi. Dia hanya duduk mengamati Daisha yang tengah sibuk mengangkut plastik-plastik besar berisi kue dari tangan bapak yang membantunya lalu membawanya masuk ke dalam ruang tamu. Setelah plastik yang terakhir, Daisha mengambil dua lembar uang 10 ribuan dari dompet lalu memberikannya pada bapak itu. Si bapak mengangguk berterima kasih sambil tersenyum lalu pergi membawa motornya mencari pelanggan baru. Sebelum Daisha pergi membawa kue-kue itu untuk disiapkan di atas piring. Dia menawari wanita tua tersebut masuk ke dalam panti. Mungkin saja dia bisa berbicara dengan Emma untuk membantu mencari anaknya. Tapi wanita itu menolak masuk. Dia bilang hanya ingin duduk sebentar di teras itu. Katanya hanya sekedar melepas lelah setelah berjam-jam melakukan perjalanan menuju ke sini. Kalau begitu, Daisha tidak bisa memaksanya. Dia meminta waktu sebentar agar wanita itu menunggu di sana dan dia akan segera kembali dengan cepat. Berlarilah Daisha menuju dapu
"Sebenarnya aku malas harus memohon padamu hanya untuk membiarkan Henley tinggal lama di sini, tapi sepertinya dia sedikit membatin jika kau memaksanya terus," ucap James berterus terang. Entah karena dorongan apa, dia sampai rela membantu Henley. Vanda yang tadi berpura-pura tak mendengar ucapannya, kini urat di wajahnya menegang. Tak hanya itu, dia sampai berdiri menghadapi James yang tubuhnya tinggi jenjang itu. "Jangan ikut campur! Aku melepaskannya ke Canada segera karena lingkungan pergaulan yang lebih baik untuknya ada di sana! Di sini dia seenaknya pergi berkencan dengan pelayan, dia juga bermain dengan orang-orang kelas bawah, meskipun mereka teman lama Henley tapi mereka sudah tidak selevel dengan kita!" kelakar Vanda. James berdecih kesal, pandangannya melengos. Dia melipat kedua lengannya ke depan dadanya yang bidang itu. "Itulah mengapa aku benci memiliki ibu sepertimu! Selain tak memiliki belas kasih kau juga angkuh! Jangan bilang kau hilang ingatan kalau kita dulu j