“Tidak apa-apa, yang terpenting aku pahlawan bagimu.”
Aku tidak membalas perkataan Ethan lagi karena tak sengaja melihat sekatung kresek berisi makanan dan minuman yang dibeli oleh Ethan beberapa saat yang lalu. Dan karena makanan itu membuat keributan itu terjadi. Perutku tiba-tiba saj terasa lapar saat melihat makanan itu. Kulirik Ethan yang sedang fokus menyetir mobil. Aku tersenyum dan melihat lurus ke depan. Namun, tangan kananku diam-diam masuk ke dalam kresek itu untuk mengambil salah satu makanan yang bisa mengganjal perutku agar tidak bersuara karena lapar.
“Lepaskan!” titah Ethan yang berhasil membuatku terdiam ketika sudah mendapatkan makanan itu dan melihat ke arah Ethan dengan refleks.
“Apa maksudmu?”
“Apa kau tidak mengerti, Kiran? Maksudku, lepaskan makanan yang ada di tanganmu! Itu milikku!” titah Ethan sambil melihat ke arah makanan yang sedang aku pegang lalu memberi kode agar aku kembali m
Aku turun dari mobil lalu berlari menyusul Ethan. “Sangat indah sekali!” “Ya, sangat indah! Sudah lama aku tidak melihat pemandangan seperti ini,” timpal Ethan sambil melihat hal yang sama denganku. Di mana hamparan pantai yang begitu luas dan tenang berada tepat di depan mataku. Detik berikutnya, aku berlari menuju pantai meninggalkan Ethan yang masih berdiri mematung di dekat mobil “Orang terakhir yang sampai adalah telur busuk,” teriakku sambil menjulurkan lidah ke arah Ethan meledeknya. “Kau berani meledekku, Kiran?” teriak Ethan yang kemudian berlari mengejarku. Aku semakin mempercepat lariku karena Ethan yang mengejar dari belakang. "Kau akan kalah!" Aku kembali berteriak sambil menjulurkan lidahku. "Kau curang!" balas Ethan sambil terus berlari mengejar. Aku hampir sampai menuju tepi pantai sebelum Ethan menangkapku dari belakang. Dengan mudahnya, Ethan mengangkat tubuhku lalu berputar membuatku berteriak. Namun,
"Sial!" Kenapa aku mengingat mimpi yang membuatku merinding lagi?"Apa kau mengumpat padaku?" tanya Ethan sambil menggelengkan kepalanya."Pesan lagi kamar lainnya untukku. Aku tidak mau satu kamar di sini dengan satu ranjang bersamamu," pintaku tanpa menjawab pertanyaan Ethan sambil mundur beberapa langkah hendak pergi dari sana."Tidak bisa, Kiran!" ucap Ethan sambil berkacak pinggang.Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke arahnya. "Apa maksudmu tidak bisa?""Semua kamar hotel penuh dan hanya ini yang tersisa. Aku berani membayar lebih asal mendapatkan kamar yang lebih bagus untukmu, tapi pihak hotel meminta maaf karena tidak ada lagi kamar yang kosong selain kamar ini. Katanya, malam ini banyak sekali tamu yang datang karena ada seseorang yang menyewa hampir seluruh kamar hotel," jelas Ethan panjang lebar sambil duduk di tepi ranjang melihat ke arah sekelilingnya."Apa?" Aku terpekik mendengar penjelasan dari Ethan. "Siapa orang yang
“Aku tidak mengerti maksudmu,” ucapku sambil melihat ke arah Ethan dengan kening berkerut karena tidak mengerti dengan apa yang baru saja ia katakan.“Kau akan segera mengerti,” jawab Ethan sambil bangkit dari duduknya. Ia merenggangkan tangannya sambil tersenyum padaku. “Sekarang, giliranku untuk membersihkan tubuhku. Karena selain badanku yang lengket ada sesuatu yang terpaksa harus dibereskan di bawah sana.”Aku hanya terdiam karena masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ethan. Ia tetap tersenyum padaku lalu berjalan menuju kamar mandi meninggalkanku. Ia masuk ke dalam sana lalu tak lupa menguncinya. Namun, seketika itu juga aku membulatkan kedua bola mataku terkejut. Kenapa aku bisa melihat Ethan dari sini? Kulihat Ethan tengah tersenyum ke arahku di balik dinding yang transparan itu. Transparan? Ah, sial! Itu bukan transparan, tapi cermin dua arah. Ethan tidak bisa melihatku, tapi aku bisa melihatnya! Tunggu, jika begitu be
“Apa kita bisa ganti hotel saja jika di sini tidak bisa ganti kamar?” tanyaku tanpa melihat ke arah Ethan. “Aku tidak nyaman berada di sini!” “Ini sudah malam, susah mencari hotel yang lain,” jawab Ethan dengan singkat. “Apa kau lapar?” tanya Ethan lagi mengalihkan pembicaraan agar aku berhenti mengeluh. “Menurutmu?” “Kita akan turun untuk makan malam, atau kau mau makan di sini?” tanya Ethan menawarkan. “Sayang sekali jika kita tidak menikmati makan malam di hotel ini, Ethan,” jawabku sambil merenggangkan tanganku. “Apa itu berarti kau ingin makan malam di luar kamar?” Aku menganggukkan kepalaku mengiyakan pertanyaan Ethan. “Baiklah, mari kita makan malam!” Ethan mengulurkan tangannya untuk meraih tanganku. Namun, aku berjalan lebih dulu dan tidak ingin meraih tangannya. Ethan hanya menghembuskan napasnya dengan kasar melihat tingkahku lalu berjalan mengejarku. Aku berjalan beriringan bersama Ethan menuju sebuah restoran yang
“Nona ... Cassandra?” tanya Ethan membeo.“Ya, kalian beruntung mendapatkan undangan itu,” balas pelayan itu lalu pamit pergi meninggalkan kamar kami.Ethan kembali menutup pintu seraya melihat undangan itu dengan kening berkerut. Ia menoleh ke arahku lalu memberikan undangan itu padaku. “Apa kau ... mengenal wanita bernama Nona Cassandra ini?”Aku menggelengkan kepalaku pelan. “Tentu saja aku tidak mengenalnya.”“Lalu ... kenapa dia bisa mengundang kita?” tanya Ethan lagi seraya duduk di kursi sambil menyimpan makanan di atas meja.Aku menggelengkan kepalaku karena aku sendiri tidak tahu alasan wanita yang bernama Nona Cassandra itu tiba-tiba mengundang kami ke acara ulang tahunnya. Padahal jelas-jelas kami tidak mengenalnya. Apakah ada sesuatu dibalik semua ini? Ah, aku overthinking lagi. Aku hanya menatap undangan itu dengan kening berkerut. “Untuk apa Nona Cassandra mengundang ki
Aku mengerutkan keningku setelah mendengar jawaban dari Ethan. “Apa maksudmu, Ethan? Aku tidak mengerti.”“Maksudku, aku ingin kau melupakan jika dulu aku adalah Ayah tirimu dan aku juga akan melupakan bahwa kau pernah menjadi anak tiriku, Kiran,” jelas Ethan lagi. “Mulai sekarang, kau anggap aku adalah suamimu, karena kita memang sudah menikah, ‘kan?”“Jadi ... kau ingin aku melupakan status di masa lalu kita?”Ethan menganggukkan kepalanya. “Bukan hanya kau saja, tapi aku juga. Aku ingin kita memulai lagi dari awal hubungan kita. Bagaimana Kiran? Apa kau mau melakukannya?”Selama beberapa saat, aku hanya terdiam memikirkan ajakan dari Ethan. Haruskah aku melupakan status yang pernah melekat kepada diri kita masing-masing dan memulai semuanya dari awal?“Adriani juga pasti menginginkan kita berdua hidup bahagia bersama, ‘kan?” tanya Ethan lagi sambil tersenyum meny
Deg!Jantungku berdebar tak karunyaan, mataku terbelalak mendengar perkataan Ethn barusan. Selama beberapa detik, aku hanya terdiam mematung.“Apa ... maksudmu Ethan?” tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca.“Aku mencintaimu,” ucap Ethan dengan lirih.“Apa?!” Aku terpekik mendengar perkataan Ethan yang mencintaiku.Aku sampai terlonjak bangun, membuatku berdiri dari dudukku. Aku berjalan beberapa langkah sambil menggelengkan kepalaku. “Tidak, Ethan! Kau tidak boleh mencintaiku!”“Kenapa, Kiran?” tanya Ethan yang ikut bangkit dari duduknya. “Bukankah ini yang kau inginkan? Kau ingin aku mencintai dan juga menyayangimu?”Aku memegang pagar pembatas yang terbuat dari besi itu dengan erat. Air mataku kembali turun membasahi wajahku. Memang, seharusnya aku senang karena Ethan sudah memberikan hatinya untukku. Namun, kenapa perasaanku malah sebaliknya? Apa yang sebenarny
Wajah Ethan semakin mendekat ke arahku. Aku hanya bisa memejamkan mataku karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Perlahan-lahan aku merasakan kecupan manis dari bibir lembut Ethan untuk yang pertama kalinya. Ethan menyesap bibir bawahku secara perlahan. Aliran darah tiba-tiba saja naik, membuatku melayang merasakan nikmatnya sentuhan-sentuhan Ethan yang mulai aku rasakan di bagian-bagian tubuhku. Awalnya, aku terdiam tidak menanggapi apa yang dilakukan Ethan padaku. Namun, pikiran dan perasaanku bertolak belakang. Pikiranku seolah mengkhianati perintahku. Aku yang mencoba menolak, malah membuat Ethan semakin menenggelamkan bibirnya ke dalam mulutku. Entah apa yang sedang aku lakukan saat ini, tapi yang pasti aku sedang menginginkan lebih dari apa yang Ethan lakukan padaku.Ethan melepaskan bibirnya lalu menatapku dengan tatapan yang membuatku menggairahkan. Detik berikutnya, Ethan membawaku dengan cara membopong tubuhku ala bride style. Kami saing memandang satu sama l