"Sial!" Kenapa aku mengingat mimpi yang membuatku merinding lagi?
"Apa kau mengumpat padaku?" tanya Ethan sambil menggelengkan kepalanya.
"Pesan lagi kamar lainnya untukku. Aku tidak mau satu kamar di sini dengan satu ranjang bersamamu," pintaku tanpa menjawab pertanyaan Ethan sambil mundur beberapa langkah hendak pergi dari sana.
"Tidak bisa, Kiran!" ucap Ethan sambil berkacak pinggang.
Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke arahnya. "Apa maksudmu tidak bisa?"
"Semua kamar hotel penuh dan hanya ini yang tersisa. Aku berani membayar lebih asal mendapatkan kamar yang lebih bagus untukmu, tapi pihak hotel meminta maaf karena tidak ada lagi kamar yang kosong selain kamar ini. Katanya, malam ini banyak sekali tamu yang datang karena ada seseorang yang menyewa hampir seluruh kamar hotel," jelas Ethan panjang lebar sambil duduk di tepi ranjang melihat ke arah sekelilingnya.
"Apa?" Aku terpekik mendengar penjelasan dari Ethan. "Siapa orang yang
“Aku tidak mengerti maksudmu,” ucapku sambil melihat ke arah Ethan dengan kening berkerut karena tidak mengerti dengan apa yang baru saja ia katakan.“Kau akan segera mengerti,” jawab Ethan sambil bangkit dari duduknya. Ia merenggangkan tangannya sambil tersenyum padaku. “Sekarang, giliranku untuk membersihkan tubuhku. Karena selain badanku yang lengket ada sesuatu yang terpaksa harus dibereskan di bawah sana.”Aku hanya terdiam karena masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ethan. Ia tetap tersenyum padaku lalu berjalan menuju kamar mandi meninggalkanku. Ia masuk ke dalam sana lalu tak lupa menguncinya. Namun, seketika itu juga aku membulatkan kedua bola mataku terkejut. Kenapa aku bisa melihat Ethan dari sini? Kulihat Ethan tengah tersenyum ke arahku di balik dinding yang transparan itu. Transparan? Ah, sial! Itu bukan transparan, tapi cermin dua arah. Ethan tidak bisa melihatku, tapi aku bisa melihatnya! Tunggu, jika begitu be
“Apa kita bisa ganti hotel saja jika di sini tidak bisa ganti kamar?” tanyaku tanpa melihat ke arah Ethan. “Aku tidak nyaman berada di sini!” “Ini sudah malam, susah mencari hotel yang lain,” jawab Ethan dengan singkat. “Apa kau lapar?” tanya Ethan lagi mengalihkan pembicaraan agar aku berhenti mengeluh. “Menurutmu?” “Kita akan turun untuk makan malam, atau kau mau makan di sini?” tanya Ethan menawarkan. “Sayang sekali jika kita tidak menikmati makan malam di hotel ini, Ethan,” jawabku sambil merenggangkan tanganku. “Apa itu berarti kau ingin makan malam di luar kamar?” Aku menganggukkan kepalaku mengiyakan pertanyaan Ethan. “Baiklah, mari kita makan malam!” Ethan mengulurkan tangannya untuk meraih tanganku. Namun, aku berjalan lebih dulu dan tidak ingin meraih tangannya. Ethan hanya menghembuskan napasnya dengan kasar melihat tingkahku lalu berjalan mengejarku. Aku berjalan beriringan bersama Ethan menuju sebuah restoran yang
“Nona ... Cassandra?” tanya Ethan membeo.“Ya, kalian beruntung mendapatkan undangan itu,” balas pelayan itu lalu pamit pergi meninggalkan kamar kami.Ethan kembali menutup pintu seraya melihat undangan itu dengan kening berkerut. Ia menoleh ke arahku lalu memberikan undangan itu padaku. “Apa kau ... mengenal wanita bernama Nona Cassandra ini?”Aku menggelengkan kepalaku pelan. “Tentu saja aku tidak mengenalnya.”“Lalu ... kenapa dia bisa mengundang kita?” tanya Ethan lagi seraya duduk di kursi sambil menyimpan makanan di atas meja.Aku menggelengkan kepalaku karena aku sendiri tidak tahu alasan wanita yang bernama Nona Cassandra itu tiba-tiba mengundang kami ke acara ulang tahunnya. Padahal jelas-jelas kami tidak mengenalnya. Apakah ada sesuatu dibalik semua ini? Ah, aku overthinking lagi. Aku hanya menatap undangan itu dengan kening berkerut. “Untuk apa Nona Cassandra mengundang ki
Aku mengerutkan keningku setelah mendengar jawaban dari Ethan. “Apa maksudmu, Ethan? Aku tidak mengerti.”“Maksudku, aku ingin kau melupakan jika dulu aku adalah Ayah tirimu dan aku juga akan melupakan bahwa kau pernah menjadi anak tiriku, Kiran,” jelas Ethan lagi. “Mulai sekarang, kau anggap aku adalah suamimu, karena kita memang sudah menikah, ‘kan?”“Jadi ... kau ingin aku melupakan status di masa lalu kita?”Ethan menganggukkan kepalanya. “Bukan hanya kau saja, tapi aku juga. Aku ingin kita memulai lagi dari awal hubungan kita. Bagaimana Kiran? Apa kau mau melakukannya?”Selama beberapa saat, aku hanya terdiam memikirkan ajakan dari Ethan. Haruskah aku melupakan status yang pernah melekat kepada diri kita masing-masing dan memulai semuanya dari awal?“Adriani juga pasti menginginkan kita berdua hidup bahagia bersama, ‘kan?” tanya Ethan lagi sambil tersenyum meny
Deg!Jantungku berdebar tak karunyaan, mataku terbelalak mendengar perkataan Ethn barusan. Selama beberapa detik, aku hanya terdiam mematung.“Apa ... maksudmu Ethan?” tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca.“Aku mencintaimu,” ucap Ethan dengan lirih.“Apa?!” Aku terpekik mendengar perkataan Ethan yang mencintaiku.Aku sampai terlonjak bangun, membuatku berdiri dari dudukku. Aku berjalan beberapa langkah sambil menggelengkan kepalaku. “Tidak, Ethan! Kau tidak boleh mencintaiku!”“Kenapa, Kiran?” tanya Ethan yang ikut bangkit dari duduknya. “Bukankah ini yang kau inginkan? Kau ingin aku mencintai dan juga menyayangimu?”Aku memegang pagar pembatas yang terbuat dari besi itu dengan erat. Air mataku kembali turun membasahi wajahku. Memang, seharusnya aku senang karena Ethan sudah memberikan hatinya untukku. Namun, kenapa perasaanku malah sebaliknya? Apa yang sebenarny
Wajah Ethan semakin mendekat ke arahku. Aku hanya bisa memejamkan mataku karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Perlahan-lahan aku merasakan kecupan manis dari bibir lembut Ethan untuk yang pertama kalinya. Ethan menyesap bibir bawahku secara perlahan. Aliran darah tiba-tiba saja naik, membuatku melayang merasakan nikmatnya sentuhan-sentuhan Ethan yang mulai aku rasakan di bagian-bagian tubuhku. Awalnya, aku terdiam tidak menanggapi apa yang dilakukan Ethan padaku. Namun, pikiran dan perasaanku bertolak belakang. Pikiranku seolah mengkhianati perintahku. Aku yang mencoba menolak, malah membuat Ethan semakin menenggelamkan bibirnya ke dalam mulutku. Entah apa yang sedang aku lakukan saat ini, tapi yang pasti aku sedang menginginkan lebih dari apa yang Ethan lakukan padaku.Ethan melepaskan bibirnya lalu menatapku dengan tatapan yang membuatku menggairahkan. Detik berikutnya, Ethan membawaku dengan cara membopong tubuhku ala bride style. Kami saing memandang satu sama l
Selama beberapa saat aku dan Ethan saling terdiam. Aku juga sama terkejutnya karena tidak sengaja membentak Ethan. Aku sedang panik, membuatku tidak mau diganggu dengan pertanyaan Ethan seperti itu. Aku ingin tenang sendirian merenungkan semuanya. “Maaf,” lirih Ethan sambil menundukkan kepalanya. “Bisakah ... kau keluar dulu?” tanyaku sambil membelakangi Ethan. “Ba-baiklah,” ucap Ethan dengan nada suara yang terbata-bata. “Aku akan membiarkanmu sendirian dulu.” Detik berikutnya, aku mendengar suara pintu tertutup. Aku menoleh ke belakang, rupanya Ethan sudah keluar dari kamar. Aku menghela napasku panjang sambil duduk di tepi ranjang dengan gelisah. “Apa yang baru saja aku lakukan?” tanyaku yang merasa bersalah sudah membentak Ethan. Harusnya, aku tidak perlu melakukannya. Karena bagaimanapun Ethan tidak tahu apa pun. Tunggu, Ethan sudah merasakan tubuhku tadi malam. Wajar saja aku marah, ‘kan? Tapi ... Ethan juga suamiku, ia berhak me
“Namaku Kiran,” jawabku sambil mengulurkan tanganku.Olivia menjabat uluran tanganku. “Senang berkenalan denganmu.”Detik berikutnya, Olivia pamit dari hadapanku kembali bersama teman-temannya. Aku hanya bisa tersenyum melihat hidup Olivia yang sangat beruntung itu. Menikmati masa muda bersama teman-temannya dan dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Sangat berbeda sekali dengan hidupku, bukan?***Aku kembali ke kamar hotel setelah cukup lama berjemur di pantai di pagi hari. Terlihat Ethan sedang duduk di kursi yang terletak di balkon. Aku berjalan menghampiri Ethan dengan perasaan bersalah. Detik berikutnya, aku duduk di sampingnya. Ethan menoleh ke arahku ketika sadar aku datang.“Kiran, apa sekarang perasaanmu sudah membaik?” tanya Ethan sambil tersenyum kecil melihatku.Aku menganggukkan kepalaku perlahan sambil mengalihkan pandanganku melihat lurus ke depan di mana Ethan yang sedang menikmati pemandanga
"Sampai berjumpa lagi," ucapku kemudian kepada Olivia.Olivia menganggukkan kepalanya, lalu berjalan pergi bersama teman-temannya. Ethan datang menghampiriku dan melihatku dengan tatapan berkerut."Kenapa kau tidak ikut bersama mereka?" tanya Ethan sambil mengerutkan keningnya."Aku tidak mau kau menunggu terlalu lama hanya memperhatikan dari kejauhan," jawabku sambil menghela napasnya panjang tanpa melihat ke arah Ethan dan terus memperhatikan Olivia yang sudah mulai menjauh bersama teman-temannya."Kau bisa pergi tanpa mengkhawatirkanku," ucap Ethan lagi.Aku menggelengkan kepalaku lagi. "Olivia akan pergi untuk melihat hadiah yang diberikan oleh ayah untuknya. Aku tidak mungkin datang karena Ayah pasti langsung mengenaliku. Kita bisa melihatnya dari kejauhan saja."***Benar saja, di depan hotel Olivia dan teman-temannya menunggu kedatangan ayah. Aku dan Ethan memantau mereka dari kejauhan, meski begitu aku masih bisa mendengar pem
“Dan dengan siapa kau datang ke sini?” tanya Sherly lagi padahal aku belum menjawab pertanyaan dari Kayla. Ah, itu ... bagaimana aku harus menjawabnya? “Ah, itu … aku datang untuk—” Drrt … drrt … drrt Ponsel Olivia tiba-tiba saja bergetar membuatku merasa lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan barusan. “Sebentar, aku harus menjawab teleponnya. Ini dari Ayahku,” ucap Olivia saambil tersenyum ke arahku, lalu mulai mengangkat telepon dari Ayah itu. Aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan nanar ketika Olivia tersenyum mengangkat telepon dari ayah. Sementara aku tidak pernah menerima telepon darinya. Jangankan untuk tersenyum seperti itu, menanyakan kabar saja ayah tidak pernah. Ayah malah memintaku untuk pergi karena tidak ingin aku dekat-dekat dengan keluarganya yang baru. Hah, Ayah benar-benar tega padaku! Aku tidak akan pernah melakukan semua yang ayah inginkan padaku. Aku akan terus memperjuangkan hakku, jika aku adalah ana
Aku terdiam mencerna semua perkataan Ethan padaku barusan. Aku ikut berpikir setelah mengerti apa yang Ethan maksud itu. ‘Sesuatu yang tidak terduga?’ hingga sebuah ide melintas di benakku, sepertinya aku mengerti apa yang dimaksud oleh Ethan barusan.“Ethan, aku mengerti maksudmu,” ucapku sambil tersenyum dan melihat ke arah Olivia dengan penuh rencana di pikiranku.“Apa itu?” tanya Ethan sambil melihatku dengan kening berkerut.“Lihat saja apa yang akan aku lakukan.”Aku melihat Olivia dengan penuh rencana di pikiranku. Terlihat Olivia yang tidak sadar jika aku sedang memperhatikannya. Ia sibuk melihat menu yang tersedia bersama teman-temannya. Hingga tiba-tiba Olivia bangkit dari duduknya, membuatku langsung berdiri dan berjalan bergegas menghampiri Olivia.BRAK!Aku sengaja menabrakkan tubuhku ke arah Olivia, membuatku terjatuh ke lantai. Di saat yang bersamaan, Olivia langsung melihat ke a
“Kau benar, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku juga harus memakai pakaian olah raga untuk berlari di area pantai dan bertemu dengan Olivia?” tanyaku yang merasa panik sendiri.Ethan terkekeh melihat reaksiku. “Tenanglah, Kiran! Kita akan memakai cara lain agar bisa bertemu dengan Olivia, secara natural tentu saja.”“Bagaimana caranya?” tanyaku dengan kening berkerut karena penasaran dengan apa yang akan Ethan lakukan padaku.***Ethan membawaku ke sebuah cafe yang terletak di dekat pantai. Aku mengernyitkan alisku ketika Ethan membawaku ke tempat seperti itu.“Kenapa kita datang ke sini, Ethan?” tanyaku sambil melihat ke arah sekelilingku karena tidak ada Olivia atau pun teman-temannya di sana.Ethan hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku. Ia duduk di salah satu kursi kosong yang terletak di dekat jendela di mana bisa melihat pesisir pantai dari sana.“Aku pernah melih
Aku kembali tersenyum kecil seraya menghembuskan napasku dengan kasar. Aku kembali mengingat ketika ayah tidak menginginkan kehadiranku dan menyuruh aku untuk segera pergi. Aku mengalihkan pandanganku melihat lurus ke depan.“Sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Itulah kenapa, aku sedang berpikir untuk mencari cara agar aku bisa masuk ke keluarga Ayah,” ucapku dengan suara lirih tapi tegas.“A-pa?” pekik Ethan dengan nada suara terbata-bata. “Apa maksudmu, Kiran? Aku tidak mengerti.”“Selama bertahun-tahun, aku salah paham kepada Mommy dan menyalahkannya atas hancurnya keluargaku, tapi rupanya Ayah yang salah. Selama ini, Ayah hidup dengan baik dan bahagia bersama keluarga barunya. Aku berniat untuk membalaskan dendamku dan juga Mommy. Olivia harus tahu, jika ia memiliki saudari, dia bukanlah anak satu-satunya, seperti yang Ayah katakan saat pesta,” jelasku sambil menahan air mataku agar tidak terjatuh di depan Ar
Aku terbangun pagi-pagi sekali. Terlihat Ethan yang masih tertidur lelap karena semalam pulang larut malam dan mabuk berat. Beruntungnya, aku tidak terlalu mabuk, membuat kepalaku tidak terlalu pusing. Aku membersihkan wajahku, lalu membuat teh hangat karena cuaca pagi ini yang terasa begitu dingin. Aku keluar ke balkon kamar hanya memakai kemeja putih kebesaran dan celana hotpants. Aku berdiri di dekat pembatas sambil melihat ke arah bawah menikmati suasana pagi di sana. Hingga pandanganku tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik untuk dipandang.Dari atas sini, aku bisa melihat Olivia dan teman-temannya tengah berlari pagi. Aku juga melihat ayah menaiki mobil berwarna hitam, lalu pergi setelah melambaikan tangannya kepada Olivia. Aku tidak tahu kemana perginya ayah sepagi ini. Karena aku pun sudah lupa dengan aktivitas ayah setiap harinya.“Kiran,” panggil Ethan dari belakangku.Kemudian, aku bisa merasakan sentuhan lembut dari punggung, lalu ke
“Di saat aku sendiri kehilangan Mommy. Di mana Ayah?” tanyaku sambil berjalan menghampiri ayah. “Tentu saja Ayah hidup bahagia dan menjalani kehidupan dengan baik tanpa memperdulikan bagaimana hidup kami!”“Maaf, Ayah benar-benar tidak tahu kalau Adriani sudah tidak ada.” Terlihat kedua mata ayah memerah menahan tangis. Sepertinya, ayah terkejut setelah tahu mommy sudah tidak ada di dunia ini.“Aku tidak akan membiarkan hidup Ayah bahagia. Aku berjanji, aku akan membalas rasa sakit yang Mommy rasakan selama ini,” ucapku dengan nada suara yang berbisik pelan.Kulihat kedua bola mata ayah membulat setelah mendengar perkataanku. Detik berikutnya, ayah menatapku dengan nanar. Aku hanya tersenyum miring melihat reaksi ayah. Aku benar-benar tidak akan membuat hidup ayah tenang. Pokoknya, ayah harus bisa merasakan penderitaan yang selama ini aku dan mommy rasakan. Tidak ada belas kasihan kepada ayah. Lihat saja nanti, aku
“Aku tidak tahu apa rencanamu kepada keluargaku, tapi ... satu hal yang aku inginkan darimu jangan pernah datang lagi di hadapanku. Apalagi sampai keluargaku tahu kalau kau anakku! Aku akan memberikanmu berapa pun uang yang kau inginkan, tapi aku ingin kau pergi dari sini secepatnya!”“Apa?!” Aku kembali terpekik mendengar perkataan Ayah barusan.Setelah sekian lama tidak bertemu ayah hanya takut aku meminta uang darinya. Ayah juga takut, kalau aku ketahuan putri kandungnya. Padahal aku sangat merindukan ayah ketika aku bertemu dengan ayah secara tidak sengaja itu. Berarti semua yang dikatakan Ethan ada benarnya juga. Ayah tidak menginginkanku, ia benar-benar membuangku. Air mataku sudah jatuh sejak tadi karena merasa sakit hati dengan perkataan ayah padaku.“Berapa yang kau inginkan, Kiran? Aku akan memberimu berapa pun itu, tapi jangan pernah muncul di depanku atau pun keluargaku!” ucap ayah lagi
“Kiran,” panggil seseorang setelah Ethan pergi.Aku menoleh dan melihat siapa yang memanggilku. Terlihat seorang pria dengan memakai pakaian serba hitam. “Kau ... siapa?”“Kau Nona Kiran?” tanya pria itu tanpa berniat menjawab pertanyaanku. Dari mana pria ini tahu namaku. Padahal aku tidak mengenalnya.“Ya, namaku Kiran, tapi ... kau siapa?” tanyaku sambil mengerutkan keningku karena benar-benar tidak mengenal pria di depanku ini.“Tuan Julian ingin bertemu dengan Anda. Sebaiknya, Anda mengikuti saya,” ucap pria yang tidak aku kenali itu sambil memberiku kode untuk mengikutinya.Aku melihat ke arah sekelilingku, tidak ada yang sadar kami berdua bertemu. Ethan pun belum kembali, membuatku takut kalau nanti Ethan mencariku.“Ayok Nona! Waktu Anda tidak banyak,” ucap pria itu lagi karena aku tidak mengikutinya.Aku yang ingin bertemu dengan Ayah akhirnya terpaksa men