Selagi Teo menunggu dokter kepercayaannya datang ke rumah, ia pergi ke meja kerjanya untuk mengambil berkas-berkas penyelidikan. Teo harus mengamati beberapa hal untuk menangkap Jake dengan bukti yang akurat.Ketika dirinya tenggelam dalam kesibukan meneliti dokumen, Kinan menelepon.“Tuan, kurasa kita harus mengambil tindakan yang ekstrem. Jake Arthur dan komplotannya akan mengelak dari tuduhan dengan berbagai cara.”“Kau benar, Kinan,” sahut Teo dengan suara lemah. “Aku akan meluangkan lebih banyak waktu untuk menyelidiki bukti agar kita bisa menangkap Jake. Aku masih yakin bahwa Jake pelakunya.”“Aku juga yakin, Tuan. Namun, bisakah kita melakukannya?” Suara Kinan terdengar ragu dan Teo paham hal itu. “Jake punya latar belakang yang kuat. Selain itu, apakah manajer Tuan akan memperbolehkan Tuan menyelidiki kasus ini.”Pertanyaan Kinan membuat Teo terperanjat. Ia baru ingat harus menghadapi Samuel agar dapat menyelidiki kasus ini dengan lebih dalam. Samuel, manajernya yang ketat dan
Teo terpaksa meninggalkan Julia bersama Dokter Riza, ia sudah membuat janji dengan Kinan dan Detektif Aarav untuk menyelidiki bukti di TKP palsu. Jika benar sidik jari yang ia ambil di TKP itu adalah milik Jake, Teo punya alasan kuat untuk menggeledah rumah Jake.“Aku yakin itu sidik jari Jake Arthur. Aku sudah membobol pangkalan data polisi,” kata Nick yang meneleponnya untuk memberi konfirmasi.“Aku harus memberi tahu Detektif Aarav dan memulai penyelidikan resmi,” sahut Teo yang kini bergegas menuju kantor polisi.Teo tiba di kantor polisi dengan langkah tergesa, membawa bukti yang telah dikemas rapi dalam tas hitam. Kinan dan Aarav sudah menunggunya di ruang pertemuan kecil di lantai dua, bersama seorang petugas forensik yang Aarav rekomendasikan untuk mendukung analisis lanjutan.“Apa kita sudah punya sesuatu yang konkret?” tanya Aarav tanpa basa-basi, memandangi Teo dengan tatapan tajamnya yang khas.“Nick sudah mengonfirmasi. Sidik jari yang aku ambil dari TKP palsu cocok denga
Malam itu, bandara Eldorisia penuh dengan kesibukan khasnya. Aarav, Teo, dan tim polisi berpakaian hitam menyebar di sekitar terminal keberangkatan, menyisir area untuk mencari Jake dan Lylia. Informasi dari daftar penerbangan yang ditemukan di rumah Jake membawa mereka ke sini, dan mereka tahu ini mungkin kesempatan terakhir untuk menangkap Jake sebelum ia menghilang.“Target terlihat,” ujar salah satu polisi lewat earphone. “Perempuan, mengenakan gaun merah. Di dekat pintu keberangkatan internasional.”Teo dan Aarav bergerak cepat ke arah yang dimaksud. Di sana, mereka melihat Lylia yang tampak gelisah, memegang tiket penerbangan. Namun, Jake tidak ada di sekitarnya.“Dia hanya umpan,” Aarav berbisik sambil memberi isyarat kepada tim untuk bergerak.Lylia mencoba melarikan diri saat menyadari keberadaan mereka, tetapi dengan cepat polisi menangkapnya. Ia berteriak histeris, memprotes bahwa ia tidak tahu apa-apa, namun Aarav tetap tenang.“Bawa dia ke ruang interogasi,” perintah Aara
Dalam sesi interogasi yang tegang, Aarav duduk tenang di kursinya, matanya menatap tajam ke Lylia, yang duduk di hadapannya dengan tangan terikat. Suasana ruang interogasi yang penuh tekanan tak memengaruhi ketenangan Aarav. Dia tahu persis bagaimana cara untuk memanipulasi situasi ini, bagaimana menekan Lylia agar mengakui apa yang dia inginkan tanpa terlihat memaksa."Kenapa kamu tidak ingin mengatakan yang sebenarnya, Lylia?" ujar Aarav dengan nada lembut, tetapi ada sesuatu yang dingin dalam suaranya. "Aku tahu kamu tahu lebih banyak daripada yang kamu katakan. Jadi, apa yang akan kamu pilih, berbohong lebih lama atau memberitahuku siapa yang benar-benar merencanakan penculikan Julia?"Lylia menatapnya dengan kebingungan yang semakin dalam. Aarav memahami kebingungannya. Dia tahu bahwa kunci untuk membuka mulut Lylia ada pada perasaan sakit hati dan pengkhianatan yang ia alami. Aarav dengan cerdik menggali celah dalam pertahanan emosional Lylia, memilih kata-kata yang tepat untuk
Kegelapan malam menyelimuti penjara di Eldorisia, hanya diterangi lampu redup yang sesekali berkedip di lorong-lorong sempitnya. Jake bersandar di dinding sel, jari-jarinya mengetuk-ngetuk lantai dengan ritme yang tidak sabar. Di seberangnya, Lylia duduk tenang, matanya memandang lurus ke arah pintu besi, tetapi pikirannya jelas berada di tempat lain.Mereka berhasil saling bertemu meski ditempatkan di sel yang berbeda. Jake tertawa keras di dalam hatinya yang kacau karena Teo yang gila itu pasti tidak tahu seberapa berkuasa dirinya. Jake bukan pria sembarangan. Ia yakin sebentar lagi akan bebas berkat koneksinya di dunia hiburan, jaringan narkoba, dan tentu saja klub malam Solar Eclipse.“Apa tidak masalah kita ada di sini?” tanya Lylia saat sipir wanita yang mengantarnya pergi bersama sipir laki-laki yang tampak mengenak Jake.“Sipir itu dikirim oleh salah satu koneksiku di klub,” jawab Jake santai yang sekarang menyulut sebatang rokok pemberian sipir itu.Tak hanya sebatang saja, i
Pagi itu, Teo duduk di ruang kerjanya yang penuh dengan tumpukan dokumen dan laporan. Meski tampak tenang, pikirannya tengah berpacu dengan kecepatan yang luar biasa. Ia tahu bahwa masalah dengan Jake dan Lylia belum berakhir, dan sepertinya semuanya semakin rumit. Tidak hanya soal pelarian mereka, tetapi juga ancaman yang datang dari arah yang tak terduga. Saat suasana sunyi menyelimuti ruangan, pintu terbuka pelan, dan Nick masuk dengan langkah mantap, mengenakan pakaian hitam yang selalu terlihat rapi.“Bagaimana suasana di Fidoria, Nick?” sapa Teo.Nick Rayson baru saja tiba di bandara pagi ini, tapi pria yang wajahnya muram itu langsung bergegas menemui Teo. Tentu saja hal ini membuat Teo cemas. Mungkin ada sesuatu di sana yang membuat Nick ingin segera menemuinya.Teo mengangkat kepalanya, mengisyaratkan Nick untuk duduk di hadapannya. "Ada apa, Nick?" tanyanya, suara penuh perhatian.Nick meletakkan map cokelat tebal di atas meja Teo. Wajahnya terlihat semakin serius ketika ia
Suasana malam di kota Eldorisia selalu penuh dengan keramaian, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Nick berdiri di depan pintu klub Solar Eclipse, mengenakan jas hitam rapat dan topi yang menutupi sebagian wajahnya. Udara malam terasa dingin menusuk, tapi bukan itu yang membuat tubuhnya tegang. Malam ini, ia akan menyusup ke dalam klub sebagai bagian dari penyelidikan yang telah ia rencanakan matang-matang. Klub ini, yang dulunya hanya tempat hiburan elit, kini menjadi sorotan utama setelah muncul bukti keterlibatan dalam jaringan penyelundupan narkoba internasional.Nick menarik napas panjang, lalu melangkah memasuki klub. Dari luar, klub itu tampak seperti tempat hiburan biasa—lampu neon yang berkilauan, musik elektronik yang memekakkan telinga, dan pengunjung yang tenggelam dalam hiruk-pikuk pesta. Namun, Nick tahu lebih baik. Di balik gemerlap ini, ada sesuatu yang gelap, sesuatu yang telah menjadikan klub ini target penyelidikannya selama berminggu-minggu.Setelah melewati
Teo masih di Eldorisia ketika ia memutuskan langkah besar berikutnya: pergi ke negara Fidoria untuk menemui Profesor Agasa, seorang pakar yang telah lama terlibat dalam menyelidiki jaringan gelap Solar Eclipse. Bersama Nick, sahabat sekaligus rekannya dalam penyelidikan ini, Teo mengatur perjalanan rahasia mereka dengan sangat hati-hati.Dari saat mereka meninggalkan bandara Eldorisia, Nick sudah merasa ada yang tidak beres. "Tuan Teo," bisiknya saat mereka mengantri di imigrasi, "kau sadar, kan? Kita sedang diikuti."Teo menoleh sekilas, mencoba tetap tenang meski jantungnya mulai berdegup kencang. "Kau yakin? Siapa mereka?""Aku belum tahu, tapi pria berkemeja biru itu sudah kupantau sejak tadi. Dia juga naik pesawat yang sama dengan kita," jawab Nick, suaranya nyaris tak terdengar. "Dan di sana, wanita berambut pendek. Dia pura-pura sibuk dengan ponselnya, tapi langkahnya selalu mengikuti kita."Teo berusaha mempertahankan ketenangannya, meskipun kecurigaan Nick mulai mengganggunya
Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka
Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana
Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant
Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke
Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p
Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Mobil Teo melaju dengan kecepatan stabil di jalanan Eldorisia yang masih basah oleh hujan semalam. Di kursi belakang, Nick duduk diam, wajahnya muram memandangi layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi dari berbagai media yang memberitakan tentang dirinya. Di sampingnya, Aarav memeriksa beberapa dokumen yang akan mereka diskusikan dengan tim hukum dari Firma Hukum Eden. Situasi semakin rumit, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nick adalah dengan strategi hukum yang tepat.Namun, di tengah perjalanan menuju kantor polisi, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan dan berhenti mendadak di depan mobil Teo. Pengemudi mobil Teo menginjak rem dengan keras, membuat mobil berhenti mendadak. Belum sempat mereka menyadari apa yang terjadi, pintu mobil bagian Teo terbuka dengan kasar, dan seseorang menariknya keluar."Teo!" seru Nick dan Aarav hampir bersamaan.Teo tersentak ketika melihat siapa yang menyerangnya—Samuel. Manajernya berdiri di depannya dengan wajah m