Share

Chapter 3

Author: Darashinai
last update Last Updated: 2024-05-21 09:30:58

Paginya, aku mendatangi pos ksatria karena Vintage masih perlu menginvestigasi kejadian kemarin.

“Oh Edward, datangmu pagi sekali. Ini bahkan masih belum jam 6.” Vintage menyapaku saat aku tiba di sana.

“Aku selesai lari pagi. Maaf, apakah aku mengganggu?”

Vintage menggelengkan kepala, “Tidak, kamu datang di waktu yang tepat. Barusan laporan investigasi telah masuk.”

Vintage menunjuk beberapa kertas yang ada di depannya. Karena dia mengajakku untuk melihatnya bersama, aku mendengarkan penjelasan darinya.

“Sayang sekali, tapi kami tidak menemukan petunjuk apapun tentang siapa pelakunya. Tapi kami tahu jika terjadi pertarungan yang melibatkan pedang dan sihir secara bersamaan dari bekas di TKP.”

Kemudian Vintage menurunkan sudut mulutnya sedikit, “Tapi yang jadi aneh tetap kamu Edward. Dari bekas nya, kamu seharusnya mampu melawan walaupun pada akhirnya kalah. Tapi saat aku membawa data milikmu dari Akademi, maaf tapi kamu bukan siswa yang cemerlang bukan?”

Aku mengangguk. Tubuh Edward tidak berbakat menggunakan sihir padahal dia bersekolah di Akademi sihir prestisius. Aku melihat riwayatnya tentang praktik sihir semester 1 kemarin dan hasilnya adalah 0 besar. Edward dinilai tidak memiliki bakat sihir dari segi kuantitas Mana, ataupun kontrol mana.

“Kamu tidak bohong dan menyembunyikan identitasmu kan?” Suasananya menjadi lebih mencekam saat Vintage melihatku dengan mata menginterogasi. Dia memperhatikan gerak-gerikku dengan teliti.

Aku menggelengkan kepala, “Tidak, aku memang tidak berbakat dalam sihir ataupun bertarung. Walaupun aku menyembunyikan identitas, bukankah lebih masuk akal kalau aku pergi sebelum Tuan Vintage datang?”

Aku bangun sekitar 20 menit sebelum Vintage datang. Cukup banyak waktu untukku kabur jika aku adalah pelaku yang ada disana.

Vintage juga mendengus kecil, “Ya, aku percaya denganmu.”

Aku memiringkan kepala, “Semudah itu Tuan percaya?”

Vintage melihatku dengan tatapan lelah, “Meskipun semua kejadiannya misterius. Aku yakin jika perilakumu saat melihatku bukanlah perilaku pelaku tapi seorang korban. Pelaku mana yang tertawa seperti seorang maniak diatas darahnya sendiri dengan tatapan kosong seperti itu?”

Aku yang langsung paham tertawa kecil. Sekarang aku merasa ingin menutup seluruh wajahku dengan topeng atau semacamnya.

“Ehem, aku minta maaf atas kejadian kemarin.” kataku malu.

Vintage tertawa, “Tidak masalah tidak masalah. Aku juga tahu kalau kamu masih terkena shock atau lainnya. Apakah kamu sekarang baik-baik saja?”

Aku mengangguk, “Setelah tidur aku telah pulih kembali, ya walaupun luka di kepalaku masih ada.” Aku menunjuk perban yang mengelilingi kepalaku.

“Jadi apakah kamu mengingat sesuatu tentang kejadian kemarin?”

“Sayangnya tidak. Tidak ada ingatan yang muncul ataupun semacamnya.”

“Begitu ya…”

Vintage menyandarkan tubuhnya lelah. Aku bisa melihat kantung mata di bawah matanya menunjukkan keseriusannya dalam bekerja. 

Banyak misteri yang menyelimuti kejadianku kemarin. Siapa pelakunya? Apa motif nya? Kenapa aku? Dan lainnya. Tapi ada yang menggangguku saat tadi pagi mengelilingi kamar milik Edward.

Kamarnya sangat kosong, tidak ada barang-barang selain kepentingan Akademi. Murid pada umumnya paling tidak memiliki barang yang dia beli sendiri ataupun hadiah dari teman-temannya. Kamarnya yang kosong seperti berteriak, “Tidak ada yang hidup disini.”

Aku jadi mengingat kondisi kamarku yang mirip dengannya saat jamanku sekolah.

Apakah kejadian kemarin dan kondisi kamar Edward bersangkutan? Karena tidak ada hubungan pasti, aku tidak bisa seenaknya mengatakan hal itu.

Clap

Satu tepukan Vintage mengembalikan kesadaranku.

“Ya, sementara kami akan terus menyelidiki kejadian ini. Untuk beberapa hari kedepan, kamu bisa datang ke pos ini dengan jam yang sama. Aku akan terus memberikan kemajuan investigasi itu sekaligus kita berdiskusi. Walaupun di riwayat Akademi kamu tidak pandai praktik, kemampuan teorimu adalah yang terbaik di Akademi. Aku berharap lebih padamu.”

Aku mengangguk mantap dan pergi dari pos ksatria kembali ke Akademi Arcadia  sambil jogging singkat. Aku ingin makan sesuatu.

** 

Untungnya, meskipun liburan musim panas Cafetaria di gedung utama masih dibuka. Edward juga memiliki lumayan banyak uang saku, jadi aku menggunakannya tanpa ragu-ragu.

Membawa makanan ke meja, aku makan dengan tenang. Atau itulah yang aku harapkan sampai aku menyadari tatapan dari murid-murid sekitar. Tatapan mencurigakan seolah berkata, “Kenapa kau ada di sini?”

Meskipun liburan, yang mampu pulang ke kampung halaman hanyalah mereka yang punya uang dan bangsawan. Mereka yang bukan keduanya menetap di Arcadia untuk melanjutkan belajar atau bekerja di kota. Edward, juga sepertinya begitu.

Apakah Edward punya keluarga? Jika ada aku kasihan dengan mereka yang kehilangan anaknya dan tiba-tiba diganti olehku.

“Hei kau.” 

Aku memakan tomat di piring dengan garpu. Setelah ini mungkin aku akan menuju ke perpustakaan untuk mengumpulkan informasi. 

“Hei, aku memanggilmu!”

Walaupun ini adalah dunia CHC, tapi pada akhirnya itu hanyalah game yang mengambil beberapa elemen saja. Kenyataan pasti sangat berbeda dan banyak hal yang aku tidak tahu.

Sepertinya aku bisa mengalihkan pikiranku dari kematian jika seperti itu.

“Hei!? Kenapa kau mengabaikanku.”

Setelah memakan daging terakhir, aku menatap seorang perempuan berambut merah pendek dengan jepit rambut di poninya yang ada di depanku.

“Kenapa?” tanyaku.

“Kau…mengabaikanku hanya untuk makanan?”

Tanpa ragu aku mengangguk. Makanannya enak, aku fokus untuk mengingat setiap tekstur dan rasa yang diberikan tadi. Perempuan itu menatapku dengan mata merah darahnya yang dipenuhi kebencian.

Brak!!

Mejaku seketika terguncang saat dia memukul meja dengan kedua tangannya. Orang-orang di sekitar seketika sunyi dan memperhatikan kami berdua.

“Kau tidak tahu mereka semua tidak nyaman dengan adanya kau disini!? Bisa-bisa kau makan tenang seperti tidak bersalah.” Dia sepertinya berusaha menjadi perwakilan murid lain yang menatapku dengan tidak nyaman.

“Terus? Kamu mau aku ngapain?” Meskipun mereka tidak nyaman, itu terserah mereka. Kenapa perempuan ini ikut campur?

“Pergilah dari sini! Dengan begitu suasananya akan menjadi lebih nyaman.”

Aku menghela napas, “Hei, namamu siapa?” Aku tahu perempuan ini siapa tapi aku tetap menanyakannya.

“Apa hubungannya?” Tanyanya dengan nada jengkel.

“Nona Rose Vilite, siswi kelas 1-A. Sebagai bangsawan tingkat Earl bukankah kau malu melakukan hal yang jauh dari kata bijaksana?” Suara merdu datang dari jauh.

“Ha? Siapa yang mengatakan…itu…” Rose di depanku yang ingin meledak, langsung ciut saat dia melihat siapa yang mengatakannya.

“Putri Estelle!? Kenapa anda ada di sini?”

Suara terkejut mengisi seluruh Cafetaria, saat putri kerajaan tiba-tiba datang ke Cafetaria. Dengan rambut hitamnya yang seperti merepresentasikan langit malam dan mata violetnya yang seperti bersinar itu, dia mendiamkan seluruh Cafeteria hanya dengan kharismanya

Aku yang ada di sana juga terbelalak melihat kehadiran putri kerajaan di Cafetaria pagi-pagi seperti ini. Ada urusan apa dia disini?

Aku melihat Estelle, salah satu karakter yang ku desain menghadapi Rose salah satu karakter yang juga kudesain. Situasi macam apa ini?

“Sebagai murid Arcadia, bukankah wajar jika aku datang untuk sarapan di Cafetaria?”

“Ta-tapi, i-ini kan liburan musim panas.” tanya Rose.

Estelle menyipitkan matanya, “Kenapa kau perlu tahu tindakanku, Nona Rose Vilite?”

Wajah Rose pucat saat ditanya oleh Estelle. Bagi bangsawan, otoritas putri kerajaan pasti sangatlah kuat karena itu hampir sama dengan di hadapan raja. Bahkan aku yang ada di samping penampakan itu, menelan ludah saat Estelle bertanya.

Kharismanya bukan kharisma anak 16 tahun. Aku yang tadinya muak dengan Rose pun sampai kasihan dengannya.

“Sa-saya minta maaf, putri.” Rose menundukkan kepalanya meminta maaf.

Estelle melihatnya sejenak dan tersenyum lembut, “Angkat kepalamu. Aku juga meminta maaf karena menegurmu seperti itu.”

“Ti-tidak! Itu kesalahan saya karena terlalu berpikir sempit. Kalau begitu, saya undur diri.” Rose pergi melarikan diri dari hadapan predator. Aku tidak sadar langsung menghela napas lega karena dibebaskan dari tekanan tadi. 

“Saya berterima kasih, Putri Estelle.” Aku berdiri dan memberikan salutan pada putri.

Estelle menggelengkan kepala, “Tidak, aku hanya ingin sarapan tenang tapi seleraku menjadi buruk saat melihat pertikaian tadi. Jangan terlalu dipikirkan.”

“Terimakasih putri.”

Estelle melihatku cukup lama seperti melihat sesuatu yang menarik.

“Kamu. Namamu siapa?”

“Nama saya Edward, siswa kelas 1-B.”

Wajah Estelle seketika terkejut. Dia melihatku dari kanan ke kiri atas bawah mengobservasi ku dengan detail.

Aku tidak nyaman. Aku memutuskan untuk mengambil jalan yang sama dengan Rose. Aku langsung berbalik mengambil piring kotor yang tadinya ada di meja dan menunduk kepada Estelle “Kalau begitu saya undur diri.” 

“Apa? Tunggu..!” Dia terkejut dengan gerakanku yang sangat cepat dan langsung pergi dari pandangannya.

Aku berpura-pura tidak dengar dan segera lari dari Cafetaria.

Related chapters

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 4

    Vintage melihatku dengan nada bingung dan menginterogasi, “Siapa kamu sebenarnya?” “Apa?” tanyaku bingung. “Coba katakan padaku, barusan kamu telah melakukan apa?” Vintage menekan bagian diantara matanya dengan nada lelah. Aku memutar mataku mencari kalimat yang pas, “Aku menggambarkan kita peta Bertina?” Brak! Ini kedua kalinya aku melihat meja digebrak dengan sangat mudah. Aku sedikit terkejut saat Vintage melakukan hal yang sama dengan Rose. “Kau tidak hanya menggambarkan kita peta Bertina, bodoh!? Kau menggambar seluruh area di Bertina dalam sekali duduk tanpa melihat referensi dan tidak menghabiskan lebih dari 3 jam. Apalagi detail seperti ini…Bagaimana kau bisa membuatnya?” Vintage mengambil peta yang sudah selesai aku gambar dan memandangnya dengan sangat heran. Bertina adalah nama kota yang kami tinggali sekarang. Ibukota dari kerajaan Bertinia sekaligus tempat Arcadia berada. Kemarin saat aku ke perpustakaan, aku melihat peta Bertina untuk dicocokkan dengan ingatanku d

    Last Updated : 2024-05-21
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 5

    Estelle menatapku dengan tenang, tapi aku yang ada di depannya berusaha bertarung dengan keringat dingin. “Edward, siswa kelas 1-B. Aku dengar 2 hari lalu kamu di serang, bukan?” “Kenapa anda bisa tahu?” Estelle mendengus kecil, “Kamu pikir aku siapa? Vintage, ksatria yang membantumu adalah ksatria yang kebetulan dekat denganku. Aku mendengar darinya jika salah satu siswa Arcadia diserang tapi anehnya dia tidak terluka sama sekali. Dari situlah aku tertarik.” Aku menelan ludah, “Saya rasa tidak ada perlunya Putri kerajaan peduli dengan rakyat jelata seperti saya.” Estelle menggelengkan kepala, “Apa maksudmu? Justru karena aku putri kerajaan aku perlu tahu keadaan dari rakyat tercintaku, terlepas dari kasta mereka.” Aku terdiam mendengar kalimatnya. Seharusnya kalimatnya benar, tapi jika Estelle yang mengatakannya aku merasa jika dia hanya ingin bermain-main denganku. “Bagaimana jika aku membantumu mencari pelakunya?” Tiba-tiba Estelle memberikan tawaran aneh. Kenapa dia tiba-t

    Last Updated : 2024-05-21
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 6

    Kami menunggu lebih lama di ruang osis sampai beberapa orang pun masuk. Karena beberapa siswa yang dipercaya oleh Estelle adalah anggota inti osis itu sendiri. Ada beberapa keraguan saat rakyat jelata sepertiku ikut rencana mereka, tapi semuanya menjadi reda saat mengetahui jika aku adalah Edward yang memenangkan debat dengan profesor Libert. Meskipun aneh, aku tidak bisa bertanya. “Kalau begitu, bagaimana pendapatmu?” tanya Ethan Nerve, ketua osis Arcadia setelah menjelaskan rencana mereka. Aku menjawab, “Saya hanya bisa tercengang. Apakah saya benar-benar dibutuhkan?” Ethan tertawa, “Sedikit memalukan tapi, ya kami butuh. Kami bahkan tidak bisa percaya pada profesor, dan kami juga perlu selektif saat memilih rekan.” Sepertinya mereka benar-benar butuh bantuan. Aku menghela napas, “Baik, kalau begitu saya akan berjuang sekerasnya.” Kemudian aku berdiri dan mengambil kapur dari atas meja. Beberapa orang sempat bingung saat aku mulai menggambar sesuatu, tapi mereka semua tetap d

    Last Updated : 2024-05-25
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 7

    Wow. Aku tamat. “Kau ingin bermain denganku, wahai anak manusia?” Suaranya begitu merdu tapi menusuk telinga saat aku memasuki bagian terpencil perpustakaan Arcadia di malam hari. Beberapa hari telah berlalu dan lusa sudah hari pertama semester 2. Rencana kami sudah lebih matang berkat Estelle dan yang lain, dan aku juga sudah memastikan ingatanku di berbagai tempat di Arcadia. Seperti biasanya, aku ada di perpustakaan utama Arcadia tapi lupa waktu dan berakhir dipanggil petugas untuk keluar perpustakaan. Merasa sayang, akhirnya aku menyelinap masuk ke perpustakaan untuk membaca buku lagi, tapi fokusku terhadap buku membawaku ke bagian terpencil di perpustakaan. Aku bertemu roh penjaga perpustakaan Arcadia, yang sudah bersemayam sejak Arcadia pertama kali di bangun. “Uhhh tidak. Aku ingin pergi.” Roh Penjaga, Bertha menggelengkan kepala, “Tidak bisa begitu. Aku terlanjur tertarik saat kau begitu fokus kepada buku jadi aku menculikmu ke sini.”Roh yang suka culik-culik anak-anak

    Last Updated : 2024-05-25
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 8

    “ーKalau begitu, nikmatilah semester genap ini para calon penyihir. Rasa ingin tahumu akan membimbingmu disini.” Kepala sekolah menyelesaikan pidatonya. Tapi yang berbeda adalah para murid tidak langsung dibubarkan dan diminta untuk duduk kembali. Kakak kelas yang belum pernah merasakan ini juga bingung, tapi aku dan para anggota yang tahu acara setelah ini semuanya memasang wajah tegang. Sebentar lagi akan dimulai. “Heh heh heh, sebelum kalian pergi. Ada hadiah dariku agar kalian semua semangat belajar.” Kepala sekolah tertawa jahil dan menjentikkan jarinya. Kemudian 20 benda melayang mengitari podium, baik profesor maupun murid semuanya tercengang. Tidak ada yang sebodoh itu sampai tidak tahu benda apa yang sekarang melayang. “Artefak!?” Suara mereka bersatu di seluruh auditorium. Aku yang hanya tahu artefak sebagai item game yang kudesain sendiri awalnya tidak terlalu tertarik, tapi begitu melihatnya secara langsung seperti ini aku merasakan rasa penasaran kepada benda-benda

    Last Updated : 2024-05-29
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 9

    “Jadi, apa kau sekarang ingin ke perpustakaan kuno?” tanya Bertha. Aku menggeleng kepala, “Maaf tidak memanggilmu selama 2 hari ini, ada beberapa alasan, kau tahu?” Bertha hanya melihatku dengan tatapan sinis, “Aku tahu.” “Huh? Apa?” Kenapa dia bisa tahu? Bertha menyilangkan tangannya dan mengintip ke balik pilar. “Apa dia musuhmu?” tanya Bertha. “Eh ah…iya. Maaf, tapi aku ingin mengganti hadiah ke perpustakaan kuno dengan kau membantuku. Apakah bisa?” tanyaku buru-buru. Bertha mendengus, “Tidak perlu mengganti. Hal semacam ini tidak sebanding dengan kemenanganmu.” Apa iya? Bertha berjalan keluar dari pilar dan Profesor Sinn yang melihatnya terlihat bingung. “Hum? Siapa kau? aku yakin tidak ada staff atau murid sepertimu di Arcadia.” Dia menyipitkan matanya kepada Bertha. Aku berbisik, “Hei! Kenapa kau keluar!?” Bertha mengabaikanku dan merentangkan tangannya, “Namaku Bertha sang penjaga perpustakaan kuno Arcadia. Manusia rendahan sepertimu hanya perlu tahu itu. Sekarang

    Last Updated : 2024-05-29
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 10

    “Edward!” Estelle yang kembali dari gedung utama berlari ke arahku yang duduk disamping auditorium. “Oh…Tuan putri. Syukurlah anda baik-baik saja.” “Huh? Kenapa kau tampak lesu? Apakah ada yang terjadi di bawah tanah auditorium?” Tanya Estelle melihat jawabanku yang tidak bersemangat. Aku menggeleng, “Tidak, tidak apa-apa.” Bertha sudah kembali ke perpustakaan tempatnya bersemayam beberapa waktu lalu. Kepala sekolah ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi memutuskan untuk membiarkannya sementara. Kepala sekolah yang bersangkutan itu sekarang kembali ke wajah senyum santainya dan melihat ke arah pada murid dan profesor. Tidak ada murid yang tewas atau cedera berat, sedangkan beberapa profesor terikat oleh sihir dan tidak sadarkan diri. Kepala sekolah sekarang sedang memberikan pidato pendek kepada semua anggota Arcadia yang bersangkutan. Para profesor menggelengkan kepalanya, sedangkan para murid merasa kelelahan setelah seharian bertarung. Matahari sekarang bersinar tepat d

    Last Updated : 2024-06-02
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 11

    Apakah karena kemarin adalah hari pertama dan banyak yang fokus dengan artefak kepala sekolah? Pandangan mereka kepadaku hari ini jauh lebih banyak dan intens. Berusaha mengabaikan semua hal itu, aku berjalan sampai akhirnya ada di depan pintu kelas. Kreak Semua tatapan menuju ke arahku. “Huh.” Menghela napas singkat aku berjalan ke kursi yang tampak kosong dan jauh dari kerumunan. Baru setelah aku duduk mereka mengalihkan pandangan mereka. Sepertinya pilihanku benar. Beberapa menit kemudian wali kelas 1-B, Profesor Hubert, masuk ke dalam ruangan dia menjelaskan singkat kejadian kemarin dan melanjutkan kelas seperti tidak ada apa-apa. Sama seperti di game, Arcadia tidak ingin membahas perihal pengkhianatan ini secara terang-terangan. Dari kejadian kemarin aku mengetahui satu hal, yaitu betapa tidak sempurnanya informasi yang aku ketahui perihal skenarionya. Seberapa kuat ingatanmu, kau tidak akan bisa tahu apa yang belum pernah kau lihat. Yang artinya, aku merasa seperti berd

    Last Updated : 2024-06-02

Latest chapter

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 24

    Setelah kami masuk ke dalam perbatasan, kami sampai di desa terdekat dan berpisah di sana. Mataku juga sangat terbuka saat Len menyampaikan salam perpisahan.“Kalau begitu Len, hati-hatilah di jalan.” Aku mengucapkan salam perpisahan kepada Len yang sekarang sekarang beda arah dengan kami.“Ya, terima kasih banyak atas tumpangannya. Ini 5 koin emas sebagai bayarannya.” Len mengeluarkan koin dan meletakkannya di tanganku. Aku menerimanya dengan senyuman. Kemudian Len berangkat ke Tifamursi menggunakan jasa kereta kuda yang menuju sana. Aku dan kepala sekolah melambaikan tangan ke Len sampai di tidak terlihat lagi. Len juga melambaikan tangannya dengan riang. “Apa yang sebenarnya diinginkannya?” gumam kepala sekolah. “Maksudnya?” tanyaku. Tapi kepala sekolah menggelengkan kepala, “Tidak ada apa-apa. Kalau begitu, ayo kita langsung ke hutan tingginya.” Kemudian menyentil topi penyihirnya. Sebuah gestur yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Seketika orang-orang di desa menjadi kabur d

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 23

    “Wajahmu pucat sekali.” kata kepala sekolah.“...Aku tidak menyangka aku mabuk kereta kuda.” kataku sambil melihat belakang kereta kuda yang tidak tertutup.Aku tidak pernah naik kereta kuda sebelumnya di kehidupanku sebelumnya, siapa sangka aku akan mengetahuinya di dunia game. “Ugh,” Kepalaku sakit.Sekarang kami naik kereta kuda menuju timur. Sebelum sampai ke hutan tinggi, kami perlu melewati beberapa kota terlebih dahulu dan melewati perbatasan kerajaan Bertinia sekitar 2 hari. Barulah saat itu kita bisa lanjut menuju ke bukit tinggi.Tapi belum sehari berlalu dan aku mulai menyesali keputusanku.“Kau tidak apa apa?” tanya kepala sekolah khawatir.“Apakah saya terlihat baik-baik saja?”“Maaf.”Hanya angin sepoi-sepoi sepanjang perjalanan yang membuatku rileks dan menguatkanku sekarang. Tapi ya…lebih baik daripada aku terus di Arcadia. Kepalaku terasa lebih ringan sekarang.“Chirp chirp.”Suara burung menarik perhatianku. burung kecil yang memiliki bulu kuning mendarat tepat di

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 22

    Beberapa hari berlalu setelah malam panjangku di ruang bawah tanah milik Profesor Libert. Amelia yang bangun dan dipuji akan keberaniannya menghadapi profesor Libert sendirian sebelum dibantu kepala sekolah menuai perhatian dari banyak kalangan. Tentu jelas, dia berusaha menjelaskan jika keterlibatannya di sana juga karena aku yang memandunya. Tapi karena tidak adanya bukti aku ada disana, dan kepala sekolah yang menyelamatkannya juga bersaksi tidak melihatku membuatnya tidak bisa berkutik kembali. Dia juga mencoba menyeretku untuk ikut menjelaskan tapi aku menolak dengan tegas membuatnya sadar jika ini semua rencanaku. Sejak saat itu, dia melihatku dengan tatapan kesal dan menolak untuk bicara padaku seolah ngambek. Yang mana itu juga sebenarnya cukup membuatku senang (asli no tipu

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 21

    “Saya tidak menyangka anda datang secepat ini Profesor Libert.” kataku. “Kau, apa yang kau lakukan?” Profesor Libert bingung melihat sihirnya yang hilang sebelum aktif. “Entahlah? Mungkin anda salah merapal?” kataku bercanda. Faktanya, sihirnya tidak berhasil karena Bertha yang sekarang dalam mode invisible di dekatku, menganalisis sihirnya dan membatalkannya sebelum sihir itu aktif. Tapi Profesor Libert tidak tahu akan hal itu dan menunjukkan wajah kesal. “Maaf Amelia, kita majukan rencananya.” Aku berbisik kepada Amelia. “Maksudmu kita langsung ke tahap akhir?” Aku mengangguk perlahan kepada pertanyaannya, “Setelah aku memberi aba-aba, mulailah melakukannya.” Setelah berdiskusi, aku mendekat lebih jauh ke Profesor Libert. Aku perlu memfokuskan perhatiannya kepadaku agar Amelia bisa bertindak. Aku mulai berbicara, “Bagaimana jika anda melakukannya kembali, profesor?” Aku merentangkan tanganku lebar. Profesor Libert yang tersulut kembali mencoba sihir yang didapatkannya dar

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 20

    “Disana ada jebakan.” kata Edward menunjuk ubin di depan Amelia. Amelia yang terkejut melangkahkan kakinya di tempat lain. Amelia kemudian melanjutkan perjalanannya di fasilitas bawah tanah di tuntun oleh Edward. Dia sempat bingung kenapa Edward bisa tahu seluk beluk dari fasilitas ini, tapi Edward hanya menjawab dengan menepuk kantong celananya. Karena seringnya Edward menjawab seperti itu, Amelia beberapa kali menjadi ragu. Tapi dia menjadi tidak peduli jika itu bisa mencegah Nova jauh dari bahaya. “Kita sampai.” Kata Edward. Di depannya adalah sebuah pintu yang terlihat terkunci dengan b

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 19

    Efek yang kuterima karena tindakanku datang dengan sangat cepat. Banyak profesor yang mengincarku di setiap kelasnya. Baik itu teori maupun praktik, jika ada celah sedikitpun mereka akan memanggilku untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Akibatnya, suasana di kelas sangat buruk sampai semua orang melihatku dengan tatapan benci. Beberapa kali aku ditanya alasanku melakukan sesuatu seperti itu, tapi aku hanya memberikan alasan kecil membuat mereka pergi dengan tatapan tidak puas. Tidak salah lagi aku pasti tidak akan punya teman dari kelas yang sama. Selamat tinggal masa muda keduaku. “Ugh!?” Aku menghindar dari serangkaian serangan sihir yang menuju ke arahku saat praktik sihir. Tapi sayangnya aku tersandung batu yang ada di tanah membuatku terjatuh. Tanpa cukup Mana untuk melindungi diri, aku dengan sekuat tenaga memaksa tubuhku untuk pergi dari tempat jatuhnya serangan. Duar! Tanah tempatku terjatuh hancur setelah dihantam oleh beberapa serangan. “Cukup!” Akhirnya profe

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 18

    “Saya ingin bertanya.” Sesaat kalimat itu ku utarakan, seluruh mata langsung berpaling dan menghadap ke arahku. Semuanya seakan punya pertanyaan yang sama saat aku mengangkat tanganku, ‘Apa yang akan kau lakukan?’ Seperti itu. ‘Ayolah, lanjukan.’ Bertha cengengesan dari balik gelang silver yang kugunakan di bawah meja. “...Apa yang ingin kau tanyakan?” Profesor Libert yang melihatku mengangkat tangan membuat wajah tidak senang. Berbanding terbalik dengan Bertha yang tertawa jungkir balik di balik gelangku. Aku menghela napas sejenak dan mendapatkan fokusku. “Profesor Libert, anda tidak malu?” tanyaku. “Apa?” Profesor Libert membuka matanya lebar. Begitu juga dengan seisi seolah bertanya dengan maksudku. Amelia yang menghadapiku beberapa hari lalu juga melihatku seperti aku orang gila. ‘Ahahahahaha!!!’ Kecuali Bertha yang suara ketawanya menjadi lebih keras lagi. Berisik hei!? Aku jadi sulit fokus!! Mencoba mengabaikan suara Bertha di kepalaku, aku melanjutkan, “Beberapa min

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 17

    “Bagaimana dengan Libert?” Tanyaku kepada Bertha yang tergeletak malas di lantai perpustakaan. Rambut panjang berwarna biru lautnya tergerai lebar mengisi permukaan lantai dengan luas. Gaun yang biasanya dia pakai juga menjadi kusut saat di berguling-guling kesana kemari. “Aaaaaaa.” Bertha tidak menjawabku dan tetap berguling-guling dengan wajah kecewa. “Hei. Aku tanya bagaimana dengan Libert.” Aku cemberut dan bertanya lagi. Tapi tubuh Bertha tetap berguling mengabaikan kalimatku. Roh ini masih ngambek karena dia kalah. Aku mendengus, “Kau itu roh yang sudah hidup lebih dari ratusan tahun. Kenapa kau masih ngambek saat kalah permainan seperti ini?” Bertha berkedut dan berhenti berguling, bangkit ke posisi duduk dia melihatku dengan tatapan dengki, “Kalau aku kalah 1 atau 2 kali aku tidak akan sekecewa ini. Tapi ini sudah lebih dari 300 permainan dan aku belum menang. Bagaimana aku tidak kecewa?” “Bukannya malah kau seharusnya terbiasa?” Kali ini Bertha yang mendengus, “Hah! M

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 16

    Pertandingan antara Nova dan Liben menjadi pembicaraan hangat di seluruh Arcadia. Dilabelkan sebagai pertandingan antara Jenius masa lalu Vs Jenius masa kini. Aku yang mendengarnya tidak bisa menahan untuk tertawa. Bagaimana tidak? Mereka bahkan tidak berbeda sampai 1 tahun tapi sudah dibedakan menjadi masa lalu dan masa kini. Ethan juga berkata jika itu terlalu membual dan segera menekan judul menggelikan itu. Selain hal itu, aku tidak mengalami hal-hal yang menarik untuk dibicarakan. Hari-hari berlanjut denganku yang pulang pergi Arcadia dan asrama serta mencari petunjuk tentang Edward bersama Estelle. Sayangnya, tidak ada petunjuk apapun yang memuaskan. Estelle juga kecewa karena dia tidak menyangka sesulit ini untuk mencari petunjuk untukku. “Akh!” Aku terpental saat Vintage melancarkan serangan kepadaku membuatku terjatuh ke tanah. Vintage melihatku dengan tatapan terkejut, “Belajarmu cepat Edward.” “Apa itu cemooh?” tanyaku sambil melihat langit pagi. Melihat pertandinga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status