Share

Chapter 7

Author: Darashinai
last update Last Updated: 2024-05-25 09:32:48

Wow. Aku tamat.

“Kau ingin bermain denganku, wahai anak manusia?”

Suaranya begitu merdu tapi menusuk telinga saat aku memasuki bagian terpencil perpustakaan Arcadia di malam hari.

Beberapa hari telah berlalu dan lusa sudah hari pertama semester 2. Rencana kami sudah lebih matang berkat Estelle dan yang lain, dan aku juga sudah memastikan ingatanku di berbagai tempat di Arcadia.

Seperti biasanya, aku ada di perpustakaan utama Arcadia tapi lupa waktu dan berakhir dipanggil petugas untuk keluar perpustakaan. Merasa sayang, akhirnya aku menyelinap masuk ke perpustakaan untuk membaca buku lagi, tapi fokusku terhadap buku membawaku ke bagian terpencil di perpustakaan.

Aku bertemu roh penjaga perpustakaan Arcadia, yang sudah bersemayam sejak Arcadia pertama kali di bangun.

“Uhhh tidak. Aku ingin pergi.”

Roh Penjaga, Bertha menggelengkan kepala, “Tidak bisa begitu. Aku terlanjur tertarik saat kau begitu fokus kepada buku jadi aku menculikmu ke sini.”

Roh yang suka culik-culik anak-anak di malam hari. Bukankah dia wewegombel?

“Aku merasa dihina di kepalamu.” kata Bertha.

“Ehem. Mana mungkin.”

Bertha adalah karakter yang muncul saat Nova kesusahan belajar untuk ujian tengah semester 2 nanti, bertujuan untuk membimbing Nova dan memberikan beberapa clue terhadap kemajuan cerita. Dia juga tidak terikat waktu, jadi semakin banyak player memainkan game ini, dialognya juga akan berubah tergantung berapa kali pemain mengulang.

Yang tahu keberadaannya sebenarnya hanyalah kepala sekolah dan para terdahulunya. Kemudian Nova, yang kebetulan mengambil buku yang seharusnya tidak ada di Arcadia di tengah semester 2 nanti. 

Benar, seharusnya syarat dia muncul harus memenuhi 3 hal yaitu, di tengah malam di akhir bulan datang ke perpustakaan, orang dengan hati scholar, mengambil buku yang seharusnya tidak ada di Arcadia.

Walaupun sekarang akhir bulan tapi ini masih jam 9, hatiku hati budak korporat, dan aku mengambil buku geografi. Tidak ada yang kupenuhi, tapi kenapa Bertha muncul dan mengajakku adu pengetahuan?

Ugh, aku kasihan dengan diriku sendiri.

“Ini mungkin juga kebetulan takdir. Siapa namamu?”

Kebetulan takdir dari mananya. Dengan kesadaran penuh dia sudah bilang menculikku ke tempat ini tadi. 

“...Edward.” Tapi aku tetap menjawabnya.

Selain tua dan sepuh, kekuatannya juga ada di puncak penyihir. Salah bicara dan aku hilang dari sini. Ugh, kasihannya diriku.

“Edward, nama yang bagus. Namaku Bertha, roh penjaga yang bersemayam di perpustakaan ini untuk menjaga semua pengetahuan yang terkumpul dari era kuno. Dan aku mengundangmu untuk menikmati semua ini, tapi sebelum itu kau harus bermain denganku.”

Bertha tersenyum puas dan membuat beberapa kata di udara menggunakan sihir.

“Analisis, Observasi, dan Daya Ingat. Dari ketiga tema ini, mana yang ingin kau mainkan.” 

Aku menunjuk ke Daya ingat. Walaupun aku bisa analisis dan observasi, kutukan ingatan ini ada di puncaknya. 

Mari berpikir positif. Walaupun situasi ini tidak diinginkan, pengetahuan zaman kuno itu berharga. Jika aku menang, aku dapat pengetahuan. Jika kalah, aku dikembalikan ke perpustakaan. Asalkan aku mengikuti aturannya, tidak ada kerugian untukku. 

“Oke, kita mulai pertandingannya!!” Bertha berseru semangat mengepalkan tangannya ke atas langit.

Beberapa ronde selanjutnya.

“...Aku kalah.” kata Bertha.

Bahkan roh tua dan sepuh tidak bisa mengalahkan kutukanku ini. Entah aku perlu senang atau sedih melihat Bertha yang berlutut tangan di lantai ruangan tak berdaya.

Kami bertanding sebanyak 10 kali dan aku menang di setiap pertandingannya. Bertha awalnya percaya jika aku hanya beruntung, tapi sampai akhirpun dia tidak bisa menang dan akhirnya menyerah.

“Bahkan roh yang hidup lebih dari 500 tahun sepertiku masih bisa kalah kepada manusia ya....” Bertha melihatku dengan wajah terkejut dan bingung.

Bertha mungkin adalah roh dengan kekuatan dan pengetahuan tertinggi di Arcadia. Tapi hatinya masih adil dan tidak pendendam dengan kekalahan seperti ini, walaupun wajahnya kesal sih.

Bertha menghela napas, “Janji adalah janji. Ikuti aku ke ruangan lebih dalam untuk melihat buku-bukunya.”

“Oh ya, mengenai itu. Apakah bisa kulakukan besok saja? Ini sudah larut malam jadi aku tidak ingin mengganggu tidurku.” Melihat jam dinding yang ada di ruangan menunjukkan jam 12, aku rasa masalah buku kuno itu bisa besok saja.

Bertha mengangguk paham, “Oh, sudah selarut itu? Kalau begitu aku akan memberikanmu ini.” Kemudian memberikan sebuah gelang perak ke tanganku.

“Alirkan Mana ke gelang itu dan aku akan datang membantumu. Anggap itu sebagai media komunikasi kita berdua, gunakan sesukamu.”

Item ini…bukankah yang nanti diberikan ke Nova? Apakah tidak masalah aku memilikinya?

Bertha melihatku dengan gelang perak itu dengan tatapan aneh kemudian memalingkan wajahnya, “...Oke, kalau begitu pergilah.”

Sebelum aku menjawab, aku sudah tiba di antara rak-rak buku perpustakaan. 

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

**

Bertha melihat tempat dimana Edward baru saja berdiri. Dia diam seolah berusaha menyimpan momen yang baru saja ia rasakan kembali.

“Akhirnya, takdir akan bergerak. Aku mengandalkanmu, Edward.”

Bertha pun berbalik dan menuju ke ruangan kuno. Meninggalkan air mata yang menetes ke tanah.

**

Entah karena aku baru saja bertemu dengan roh terkuat yang pernah ada, mimpi burukku yang biasanya terkena tusukan sekarang berganti menjadi Bertha yang menghantuiku mengajak bermain.

Setelah 2 hari penuh mimpiku dipenuhi Bertha, tibalah hari dimana event pertama di semester kedua dimulai.

1 September 367, hari pertama semester 2 Akademi Arcadia sekaligus hari dimana Chapter 2 di Celestial Heroes Chronicles dimulai.

Bzz

Suara Ethan masuk ke kepalaku, “Jalankan sesuai rencana.”

Sihir telepati yang seharusnya termasuk sihir tingkat tinggi mampu digunakan dengan mudah oleh Ethan. Seperti yang diharapkan dari ketua Osis sekolah sihir.

Auditorium semakin lama diisi oleh murid-murid. Aku duduk di bagian belakang dan melihat ke beberapa sudut tempat duduk.

Rinne, Amelia, Reinhardt, dan Nova. Karakter-karakter utama yang muncul di game duduk berdampingan sesuai dengan gamenya. Aku menghela napas lega tidak ada perubahan di settingan awal.

Menunggu beberapa saat, kepala sekolah berdiri di atas podium dan dimulailah orientasi siswa Arcadia menyambut semester kedua. 

Sekaligus dimulailah, takdirku di dunia baru ini. Dunia yang penuh dengan kejutan meskipun aku mengingat semuanya. Dunia yang memberiku kekejaman sekaligus kebahagiaan. 

Entah bagaimana takdirku disini, aku hanya berharap sama seperti saat aku pertama kali datang ke dunia ini.

Semoga, aku bisa melupakan hal yang ingin kulupakan.

Related chapters

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 8

    “ーKalau begitu, nikmatilah semester genap ini para calon penyihir. Rasa ingin tahumu akan membimbingmu disini.” Kepala sekolah menyelesaikan pidatonya. Tapi yang berbeda adalah para murid tidak langsung dibubarkan dan diminta untuk duduk kembali. Kakak kelas yang belum pernah merasakan ini juga bingung, tapi aku dan para anggota yang tahu acara setelah ini semuanya memasang wajah tegang. Sebentar lagi akan dimulai. “Heh heh heh, sebelum kalian pergi. Ada hadiah dariku agar kalian semua semangat belajar.” Kepala sekolah tertawa jahil dan menjentikkan jarinya. Kemudian 20 benda melayang mengitari podium, baik profesor maupun murid semuanya tercengang. Tidak ada yang sebodoh itu sampai tidak tahu benda apa yang sekarang melayang. “Artefak!?” Suara mereka bersatu di seluruh auditorium. Aku yang hanya tahu artefak sebagai item game yang kudesain sendiri awalnya tidak terlalu tertarik, tapi begitu melihatnya secara langsung seperti ini aku merasakan rasa penasaran kepada benda-benda

    Last Updated : 2024-05-29
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 9

    “Jadi, apa kau sekarang ingin ke perpustakaan kuno?” tanya Bertha. Aku menggeleng kepala, “Maaf tidak memanggilmu selama 2 hari ini, ada beberapa alasan, kau tahu?” Bertha hanya melihatku dengan tatapan sinis, “Aku tahu.” “Huh? Apa?” Kenapa dia bisa tahu? Bertha menyilangkan tangannya dan mengintip ke balik pilar. “Apa dia musuhmu?” tanya Bertha. “Eh ah…iya. Maaf, tapi aku ingin mengganti hadiah ke perpustakaan kuno dengan kau membantuku. Apakah bisa?” tanyaku buru-buru. Bertha mendengus, “Tidak perlu mengganti. Hal semacam ini tidak sebanding dengan kemenanganmu.” Apa iya? Bertha berjalan keluar dari pilar dan Profesor Sinn yang melihatnya terlihat bingung. “Hum? Siapa kau? aku yakin tidak ada staff atau murid sepertimu di Arcadia.” Dia menyipitkan matanya kepada Bertha. Aku berbisik, “Hei! Kenapa kau keluar!?” Bertha mengabaikanku dan merentangkan tangannya, “Namaku Bertha sang penjaga perpustakaan kuno Arcadia. Manusia rendahan sepertimu hanya perlu tahu itu. Sekarang

    Last Updated : 2024-05-29
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 10

    “Edward!” Estelle yang kembali dari gedung utama berlari ke arahku yang duduk disamping auditorium. “Oh…Tuan putri. Syukurlah anda baik-baik saja.” “Huh? Kenapa kau tampak lesu? Apakah ada yang terjadi di bawah tanah auditorium?” Tanya Estelle melihat jawabanku yang tidak bersemangat. Aku menggeleng, “Tidak, tidak apa-apa.” Bertha sudah kembali ke perpustakaan tempatnya bersemayam beberapa waktu lalu. Kepala sekolah ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi memutuskan untuk membiarkannya sementara. Kepala sekolah yang bersangkutan itu sekarang kembali ke wajah senyum santainya dan melihat ke arah pada murid dan profesor. Tidak ada murid yang tewas atau cedera berat, sedangkan beberapa profesor terikat oleh sihir dan tidak sadarkan diri. Kepala sekolah sekarang sedang memberikan pidato pendek kepada semua anggota Arcadia yang bersangkutan. Para profesor menggelengkan kepalanya, sedangkan para murid merasa kelelahan setelah seharian bertarung. Matahari sekarang bersinar tepat d

    Last Updated : 2024-06-02
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 11

    Apakah karena kemarin adalah hari pertama dan banyak yang fokus dengan artefak kepala sekolah? Pandangan mereka kepadaku hari ini jauh lebih banyak dan intens. Berusaha mengabaikan semua hal itu, aku berjalan sampai akhirnya ada di depan pintu kelas. Kreak Semua tatapan menuju ke arahku. “Huh.” Menghela napas singkat aku berjalan ke kursi yang tampak kosong dan jauh dari kerumunan. Baru setelah aku duduk mereka mengalihkan pandangan mereka. Sepertinya pilihanku benar. Beberapa menit kemudian wali kelas 1-B, Profesor Hubert, masuk ke dalam ruangan dia menjelaskan singkat kejadian kemarin dan melanjutkan kelas seperti tidak ada apa-apa. Sama seperti di game, Arcadia tidak ingin membahas perihal pengkhianatan ini secara terang-terangan. Dari kejadian kemarin aku mengetahui satu hal, yaitu betapa tidak sempurnanya informasi yang aku ketahui perihal skenarionya. Seberapa kuat ingatanmu, kau tidak akan bisa tahu apa yang belum pernah kau lihat. Yang artinya, aku merasa seperti berd

    Last Updated : 2024-06-02
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 12

    Walaupun kepala sekolah menyayangkan penolakanku, Bertha yang ada di sampingku membantuku meyakinkan kepala sekolah.Dengan senyum menyerah, kepala sekolah melepas kami berdua dan aku pun berjalan kembali ke asrama. Aku sendirian sejak Berha kembali ke perpustakaan sebelum aku keluar dari ruangan. Pada saat aku berjalan menuruni tangga, ada seorang perempuan dengan rambut putih bersih disana melihatku. Silhouette Cloak yang menggantung di pundaknya masih terlihat kaku dan canggung untuknya.Menundukkan kepala memberikan salam kepada Amelia, aku berjalan melewatinya berusaha menuruni tangga. Tapi saat kita saling sejajar dia memanggilku.“Edward. Kita sekelas bukan?”Walaupun terkejut aku menjawab, “Kamu…Amelia. Ya, kita sekelas.”Kemudian dia melirik saku kanan celanaku, “Di sakumu, terdapat artefak.”“Apa yang kau maksud?” tanyaku bingung.Amelia melihatku dengan tatapan tajam, “Tidak perlu bohong. Jubah ini bisa mendeteksi keberadaan artefak.”Aku tidak menyangka dia sudah bisa men

    Last Updated : 2024-06-09
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 13

    Hari demi hari berlalu kulalui dengan membantu anggota osis menyelesaikan masalahnya. Karena aku tidak punya kegiatan lain selain ke perpustakaan atau kelas, aku tidak begitu punya masalah. Aku juga tidak perlu khawatir mengganggu progres Nova karena osis seingatku tidak terlalu disinggung dalam gamenya. “Edward. Terima kasih selama 2 minggu ini.” Kata Ethan sambil memberikanku teh panas. Akhirnya setelah 2 minggu lamanya, permasalahan di hari pertama semester 2 mendekati akhirnya. “Terima kasih, ketua.” Aku menerima tehnya. Menyeruput teh panas itu dengan hati-hati aku merilekskan tubuhku di ruangan osis. Berkat aku yang setiap hari datang kesini setiap ada waktu luang, aku mengingat semua wajah dan nama para anggota osis. Hubunganku dengan para anggota inti osis juga menjadi lebih dekat selama 2 minggu. Rasanya aneh, aku bukan anggota osis tapi aku malah sering ke sini bagaikan orang dalam. Para anggota lain yang mengenal Edward sebelumnya juga menghindariku pada awalnya, t

    Last Updated : 2024-06-09
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 14

    Amelia menatap Edward yang berdiri di depannya menatap benci ke arahnya. “Apa?” tanya Edward. Pada awalnya Amelia hanya berencana mengintimidasi Edward karena dia tahu jika Edward tidak memiliki kemampuan sihir yang lebih. Jadi dia mengira Edward akan patuh saat dia berusaha mengancamnya. Tapi hal itu terbukti salah. ‘Wajahnya sama saat dia berhadapan dengan profesor Libert waktu itu.’ pikirnya. Edward pada saat berdebat dengan profesor Libert tidak banyak berekspresi seperti mesin. Tapi setiap tatapan, pilihan kata, dan gesturnya begitu kuat sampai sekelas profesor Libert pun bergetar saat itu. Edward mungkin tidak tahu dan menganggap jika Profesor Libert lah yang menjadikannya lebih terasingkan seperti sekarang. Tapi Amelia dan teman sekelasnya yang melihat perdebatan itu tahu, rasa yang muncul saat melihat Edward mengalahkan profesor Libert tanpa ampun adalah ‘Ngeri’. Walaupun tidak memiliki kemampuan praktik sihir yang bagus, otaknya menampung semua pengetahuan yang sekelas

    Last Updated : 2024-06-13
  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 15

    Tidak ada peraturan khusus yang diterapkan dalam duel Nova dan Liben. Selain tidak boleh membunuh satu sama lain, mereka bebas menggunakan sihir apa untuk memenangkan pertandingan mereka. Sampai lawan berkata menyerah atau tidak sadarkan diri, mereka bisa tetap bertarung.Aku berpikiran untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat dengan baik kemampuan protagonis. Tapi jadi tidak fokus saat kepala sekolah datang dan duduk dengan santai di sampingku.“Pertandingan antara murid kelas satu Nova, dan murid kelas 2 Liben akan dimulai.” Suara profesor yang menjadi wasit terdengar.“Hahaha! Tidak kusangka akan terjadi hal menarik saat aku diam mengurus dokumen di ruanganku.” Kepala sekolah sekarang menggunakan persona malas-malasannya dan melihat Nova dan Liben dengan ketertarikan.“Nova yang dipilih oleh kerajaan karena bakatnya dan Liben yang dididik keras oleh keluarganya sampai menjadi jenius saling bertarung. Menurutmu siapa yang menang?” tanya Kepala sekolah kepadaku.Aku tetap diam

    Last Updated : 2024-06-16

Latest chapter

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 24

    Setelah kami masuk ke dalam perbatasan, kami sampai di desa terdekat dan berpisah di sana. Mataku juga sangat terbuka saat Len menyampaikan salam perpisahan.“Kalau begitu Len, hati-hatilah di jalan.” Aku mengucapkan salam perpisahan kepada Len yang sekarang sekarang beda arah dengan kami.“Ya, terima kasih banyak atas tumpangannya. Ini 5 koin emas sebagai bayarannya.” Len mengeluarkan koin dan meletakkannya di tanganku. Aku menerimanya dengan senyuman. Kemudian Len berangkat ke Tifamursi menggunakan jasa kereta kuda yang menuju sana. Aku dan kepala sekolah melambaikan tangan ke Len sampai di tidak terlihat lagi. Len juga melambaikan tangannya dengan riang. “Apa yang sebenarnya diinginkannya?” gumam kepala sekolah. “Maksudnya?” tanyaku. Tapi kepala sekolah menggelengkan kepala, “Tidak ada apa-apa. Kalau begitu, ayo kita langsung ke hutan tingginya.” Kemudian menyentil topi penyihirnya. Sebuah gestur yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Seketika orang-orang di desa menjadi kabur d

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 23

    “Wajahmu pucat sekali.” kata kepala sekolah.“...Aku tidak menyangka aku mabuk kereta kuda.” kataku sambil melihat belakang kereta kuda yang tidak tertutup.Aku tidak pernah naik kereta kuda sebelumnya di kehidupanku sebelumnya, siapa sangka aku akan mengetahuinya di dunia game. “Ugh,” Kepalaku sakit.Sekarang kami naik kereta kuda menuju timur. Sebelum sampai ke hutan tinggi, kami perlu melewati beberapa kota terlebih dahulu dan melewati perbatasan kerajaan Bertinia sekitar 2 hari. Barulah saat itu kita bisa lanjut menuju ke bukit tinggi.Tapi belum sehari berlalu dan aku mulai menyesali keputusanku.“Kau tidak apa apa?” tanya kepala sekolah khawatir.“Apakah saya terlihat baik-baik saja?”“Maaf.”Hanya angin sepoi-sepoi sepanjang perjalanan yang membuatku rileks dan menguatkanku sekarang. Tapi ya…lebih baik daripada aku terus di Arcadia. Kepalaku terasa lebih ringan sekarang.“Chirp chirp.”Suara burung menarik perhatianku. burung kecil yang memiliki bulu kuning mendarat tepat di

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 22

    Beberapa hari berlalu setelah malam panjangku di ruang bawah tanah milik Profesor Libert. Amelia yang bangun dan dipuji akan keberaniannya menghadapi profesor Libert sendirian sebelum dibantu kepala sekolah menuai perhatian dari banyak kalangan. Tentu jelas, dia berusaha menjelaskan jika keterlibatannya di sana juga karena aku yang memandunya. Tapi karena tidak adanya bukti aku ada disana, dan kepala sekolah yang menyelamatkannya juga bersaksi tidak melihatku membuatnya tidak bisa berkutik kembali. Dia juga mencoba menyeretku untuk ikut menjelaskan tapi aku menolak dengan tegas membuatnya sadar jika ini semua rencanaku. Sejak saat itu, dia melihatku dengan tatapan kesal dan menolak untuk bicara padaku seolah ngambek. Yang mana itu juga sebenarnya cukup membuatku senang (asli no tipu

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 21

    “Saya tidak menyangka anda datang secepat ini Profesor Libert.” kataku. “Kau, apa yang kau lakukan?” Profesor Libert bingung melihat sihirnya yang hilang sebelum aktif. “Entahlah? Mungkin anda salah merapal?” kataku bercanda. Faktanya, sihirnya tidak berhasil karena Bertha yang sekarang dalam mode invisible di dekatku, menganalisis sihirnya dan membatalkannya sebelum sihir itu aktif. Tapi Profesor Libert tidak tahu akan hal itu dan menunjukkan wajah kesal. “Maaf Amelia, kita majukan rencananya.” Aku berbisik kepada Amelia. “Maksudmu kita langsung ke tahap akhir?” Aku mengangguk perlahan kepada pertanyaannya, “Setelah aku memberi aba-aba, mulailah melakukannya.” Setelah berdiskusi, aku mendekat lebih jauh ke Profesor Libert. Aku perlu memfokuskan perhatiannya kepadaku agar Amelia bisa bertindak. Aku mulai berbicara, “Bagaimana jika anda melakukannya kembali, profesor?” Aku merentangkan tanganku lebar. Profesor Libert yang tersulut kembali mencoba sihir yang didapatkannya dar

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 20

    “Disana ada jebakan.” kata Edward menunjuk ubin di depan Amelia. Amelia yang terkejut melangkahkan kakinya di tempat lain. Amelia kemudian melanjutkan perjalanannya di fasilitas bawah tanah di tuntun oleh Edward. Dia sempat bingung kenapa Edward bisa tahu seluk beluk dari fasilitas ini, tapi Edward hanya menjawab dengan menepuk kantong celananya. Karena seringnya Edward menjawab seperti itu, Amelia beberapa kali menjadi ragu. Tapi dia menjadi tidak peduli jika itu bisa mencegah Nova jauh dari bahaya. “Kita sampai.” Kata Edward. Di depannya adalah sebuah pintu yang terlihat terkunci dengan b

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 19

    Efek yang kuterima karena tindakanku datang dengan sangat cepat. Banyak profesor yang mengincarku di setiap kelasnya. Baik itu teori maupun praktik, jika ada celah sedikitpun mereka akan memanggilku untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Akibatnya, suasana di kelas sangat buruk sampai semua orang melihatku dengan tatapan benci. Beberapa kali aku ditanya alasanku melakukan sesuatu seperti itu, tapi aku hanya memberikan alasan kecil membuat mereka pergi dengan tatapan tidak puas. Tidak salah lagi aku pasti tidak akan punya teman dari kelas yang sama. Selamat tinggal masa muda keduaku. “Ugh!?” Aku menghindar dari serangkaian serangan sihir yang menuju ke arahku saat praktik sihir. Tapi sayangnya aku tersandung batu yang ada di tanah membuatku terjatuh. Tanpa cukup Mana untuk melindungi diri, aku dengan sekuat tenaga memaksa tubuhku untuk pergi dari tempat jatuhnya serangan. Duar! Tanah tempatku terjatuh hancur setelah dihantam oleh beberapa serangan. “Cukup!” Akhirnya profe

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 18

    “Saya ingin bertanya.” Sesaat kalimat itu ku utarakan, seluruh mata langsung berpaling dan menghadap ke arahku. Semuanya seakan punya pertanyaan yang sama saat aku mengangkat tanganku, ‘Apa yang akan kau lakukan?’ Seperti itu. ‘Ayolah, lanjukan.’ Bertha cengengesan dari balik gelang silver yang kugunakan di bawah meja. “...Apa yang ingin kau tanyakan?” Profesor Libert yang melihatku mengangkat tangan membuat wajah tidak senang. Berbanding terbalik dengan Bertha yang tertawa jungkir balik di balik gelangku. Aku menghela napas sejenak dan mendapatkan fokusku. “Profesor Libert, anda tidak malu?” tanyaku. “Apa?” Profesor Libert membuka matanya lebar. Begitu juga dengan seisi seolah bertanya dengan maksudku. Amelia yang menghadapiku beberapa hari lalu juga melihatku seperti aku orang gila. ‘Ahahahahaha!!!’ Kecuali Bertha yang suara ketawanya menjadi lebih keras lagi. Berisik hei!? Aku jadi sulit fokus!! Mencoba mengabaikan suara Bertha di kepalaku, aku melanjutkan, “Beberapa min

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 17

    “Bagaimana dengan Libert?” Tanyaku kepada Bertha yang tergeletak malas di lantai perpustakaan. Rambut panjang berwarna biru lautnya tergerai lebar mengisi permukaan lantai dengan luas. Gaun yang biasanya dia pakai juga menjadi kusut saat di berguling-guling kesana kemari. “Aaaaaaa.” Bertha tidak menjawabku dan tetap berguling-guling dengan wajah kecewa. “Hei. Aku tanya bagaimana dengan Libert.” Aku cemberut dan bertanya lagi. Tapi tubuh Bertha tetap berguling mengabaikan kalimatku. Roh ini masih ngambek karena dia kalah. Aku mendengus, “Kau itu roh yang sudah hidup lebih dari ratusan tahun. Kenapa kau masih ngambek saat kalah permainan seperti ini?” Bertha berkedut dan berhenti berguling, bangkit ke posisi duduk dia melihatku dengan tatapan dengki, “Kalau aku kalah 1 atau 2 kali aku tidak akan sekecewa ini. Tapi ini sudah lebih dari 300 permainan dan aku belum menang. Bagaimana aku tidak kecewa?” “Bukannya malah kau seharusnya terbiasa?” Kali ini Bertha yang mendengus, “Hah! M

  • Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game   Chapter 16

    Pertandingan antara Nova dan Liben menjadi pembicaraan hangat di seluruh Arcadia. Dilabelkan sebagai pertandingan antara Jenius masa lalu Vs Jenius masa kini. Aku yang mendengarnya tidak bisa menahan untuk tertawa. Bagaimana tidak? Mereka bahkan tidak berbeda sampai 1 tahun tapi sudah dibedakan menjadi masa lalu dan masa kini. Ethan juga berkata jika itu terlalu membual dan segera menekan judul menggelikan itu. Selain hal itu, aku tidak mengalami hal-hal yang menarik untuk dibicarakan. Hari-hari berlanjut denganku yang pulang pergi Arcadia dan asrama serta mencari petunjuk tentang Edward bersama Estelle. Sayangnya, tidak ada petunjuk apapun yang memuaskan. Estelle juga kecewa karena dia tidak menyangka sesulit ini untuk mencari petunjuk untukku. “Akh!” Aku terpental saat Vintage melancarkan serangan kepadaku membuatku terjatuh ke tanah. Vintage melihatku dengan tatapan terkejut, “Belajarmu cepat Edward.” “Apa itu cemooh?” tanyaku sambil melihat langit pagi. Melihat pertandinga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status