“Tak akan ada yang tahu kemana cinta kan melabuhkan dirinya penuh suka cita atau penuh luka dan air mata.” – Vie Junaeni.
*****
Chapter 56 – Toxic Boss
Malam itu, Delina terbangun tepat pukul tiga dini hari menuju toilet untuk buang air kecil lalu beralih ke dapur mencari cemilan di dalam kulkas.
"Lumayan, ada puding susu buat ganjel perut." Delina meraih pudding itu untuk memakannya. Lalu, pandangannya menuju jus apel. Dia menuangkan jus tersebut ke dalam gelas.
Abi juga terbangun kala itu dan membuat Delina langsung tersentak.
BUG!
Siku Delina tak sengaja terantuk dinding saat hendak bersembunyi.
"Awww sakit!" pekik Delina.
"Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di situ?" tanya Abi.
"Aku sedang main petak umpet. Lalu, apa Bos mau ikutan?" tantang Delina dengan kelakarnya yang padahal tak lu
“Hidup pastinya perlu perjuangan, kau hanya bisa memutuskan kemana perjuangan itu akan bertahan atau mati suram.” – Vie Junaeni.*****Chapter 57 - Toxic BossKeesokan harinya seorang dokter masuk ke kamar perawatan Delina.“Selamat pagi!” sapa seorang dokter yang bernama Evan pada Delina. Ia datang bersama seorang suster di sampingnya.“Pagi, Dokter!” jawab Delina.“Bagaimana kondisi Anda, apa Anda masih merasa lemas atau sudah merasa lebih baik?" tanya dokter itu.“Aku sudah merasa lebih baik," jawab Delina menunjukkan deretan gigi rapi dan senyum manis itu.Abi yang terbaring di sofa tiba-tiba terbangun dan langsung menatap ke hadapannya.“Ini krim hidrokortison yang harus dioles ke bagian kaki yang masih memerah ini ya,” ucap dokter itu seraya mengoleskan krim tersebut pada kulit kaki dekat
Cinta datang tiba-tiba tak mengenal waktu dan tempat. Cinta adalah anugerah Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri. — Vie.*****Chapter 58Delina sudah tersadar sedari tadi dan memandang ke arah Abi. Pria itu langsung salah tingkah."Kau dengar semuanya?" tanya Abi.Delina hanya tersenyum dan menganggukkan kepala mengiyakan. Abi menggaruk kepalanya meski tak gatal. Ia menjadi salah tingkah ketika gadis itu mengetahui pembicaraan dengan ibunya tadi."Kau mau minum? Apa kau haus? Apa kamu lapar?" tanya Abi."Boleh. Ummm ... aku haus, tapi aku mau teh manis hangat," jawab Delina."Ya sudah tunggu sebentar. Aku akan bilang pada suster dulu. Kau tunggu di sini dulu!" pinta Abi."Iyalah aku tunggu di sini, memangnya aku bisa ke mana? Lihat nih tangan ku saja masih diinfus seperti ini!" protes Delin
“Be someone who is proud to have you.”Chapter 59 – Toxic BossDelina sampai di rumah besar bersama Abi. Nyonya Mia dan ibunya Delina sudah menyambut Delina dengan menghamburkan sebuah pelukan."Bi, tolong suruh mereka bawa semua barang yang ada di mobil ke kamar!" seru Abi."Baik, Tuan."Delina menghampiri wanita yang sudah menjadi senior asisten rumah tangga di rumah besar itu."Bi, aku punya oleh-oleh buat Bibi dan semua asisten di sini," bisik Delina."Wah, terima kasih banyak Nyonya Delina. Makin nggak sabar untuk segera tahu oleh-olehnya.""Jangan panggil aku Nyonya, panggil saja Delina!""Saya tak bisa melakukannya, Nyonya. Sekarang Anda istri dari Tuan Muda, kalau saya masih panggil nama nanti saya dipecat," ujarnya."Hmmm ... ya sudah kalau begitu. Tapi kalau kau
Chapter 60 – Toxic BossMalam itu, Abi kembali dengan kesal. Pertemuannya dengan model seksi itu tak membuahkan hasil. Dia pikir setelah berkali-kali tidur dengan Delina, penyakitnya sudah sembuh. Namun, pria satu menit itu tetap melekat ke padanya.Semua asisten rumah tangga terkena serangan amarahnya. Abi terlihat mengamuk sampai Ibu Susi meminta Delina menenangkan pria itu agar tidak mengganggu istirahat Nonya Mia. Delina menyeret Abi sampai masuk ke dalam kamar. Untungnya Nyonya Mia sudah terlelap karena obat tidur. Ibu Susi memberikan obat pada Nyonya Mia karena sedang sakit."Kau ini kenapa sih, bisanya hanya mengamuk bagai monster?" tanya Delina sambil mendorong Abi ke atas ranjang besar miliknya.“Bukan urusanmu!”“Ini urasanku karena kau – ah sudahlah, tidur saja di situ pakai guling itu sebagai pembatas!" seru Delina."Tetap saja, nanti kalau kau sudah terlelap, guling pemba
Chapter 61 – Toxic Boss"Apa? Neng sudah menikah dengan Bos Abi?" tanya Anwar penuh dengan wajah takjub."Bukan, Pak. Cuma salah paham aja.” Delina menarik tangan Pak Slamet dan memintanya untuk kembali ke mobil."Baik kalau begitu silakan, Neng. Saya pencetin tombol lift-nya." Pak Anwar membawa Delina menuju ke depan lift."Terima kasih, Pak Anwar."Delina hanya seorang diri di dalam lift tersebut. Lantas ia terlupa sesuatu. Dia berada di gedung kantor yang baru dan masih belum tahu di lantai berapa kantor Abi berada."Duh, bego banget, si Abi di lantai berapa lagi ruangannya?"Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya tetapi tak ada sinyal dalam ruangan yang bergerak naik itu. Delina melihat ia berada di lantai sepuluh, lalu menekan tombolnya untuk membukakan pintu. Wanita itu keluar dan mencari seorang satpam untuk menanyakan rua
Chapter 62 – Toxic BossDeru napas keduanya saling bersahutan. Abi mencoba mendekatkan wajahnya pada gadis itu lagi. Kini, hidung mereka yang mulai bersentuhan. Perlahan demi perlahan Delina membiarkan permukaan bibir itu juga sudah saling menyentuh. Keduanya terbawa suasana yang mulai memanas. Dua benda kenyal itu saling melumat, memagut penuh kemesraan, dan menaikkan hawa panas di sekitar. Desir aliran darah keduanya juga terasa semakin panas."Abi, jadi bagai— maaf saya tidak tahu akan hal ini," ucap Indra yang terkejut kala melihat Abi dan Delina saling berciuman.Keduanya langsung tersentak dan menjauh, rasa kikuk nan canggung menjalar di keduanya."Iya, ada apa, Ndra?" Abi menggaruk kepalanya salah tingkah."Saya hanya menanyakan mengenai perjanjian kerja sama dengan Nona Gina apa masih berlanjut atau bagaimana?""Tanyakan pada wanita itu, lah!""Baik kalau begi
Chapter 63 – Toxic Boss"Berapa saham yang Gina punya, bisakah aku mengeluarkan orang itu dari sini?" Abi terlihat kesal."Hampir 40 persen, cukup besar. Memangnya kau kenapa, sih? Kenapa kau jadi kesal dengan Gina?" tanya Indra."Aarrgghh, menyebalkan sekali orang itu. Dia terus merayuku tapi suaminya mengancamku, suaminya akan mengirimkan orang untuk membunuhku," ucap Abi dengan berbisik."Bukannya kau suka jika digoda oleh Gina?”“Kau mau aku pukul ya?! Suaminya mengancam mau membunuhku tau! Masih saja kau meledekku!” ketus Abi.“Aku mau makan kue ke kafe,” kata Delina saat hendak masuk ke dalam lift.“Aku ikut!” sahut Abi.“Oke, aku juga ikut,” ucap Indra mengikuti sampai Abi memandangnya sinis.Saat berada di koridor menuju kafetaria, seorang karyawan mendatangi Abi dan Indra.“Permisi, Bos, bulan ini akan ada keterlambatan gaji k
Chapter 64Nyonya Mia langsung menarik Abi untuk duduk di sampingnya."Sini, duduk sini! Mami masak makanan kesukaan kamu!" seru Nyonya Mia.Daging sapi bumbu rendang dengan kentang balado itu terpampang dengan salad sayur yang siap menyambut rasa lapar di perut pria itu. Dari lantai atas, Delina malah terlihat anggun di mata Abi saat menuruni tangga padahal hanya menggunakan kaus putih dan bawahan celana motif kotak-kotak selutut. Abi langsung menggelengkan kepalanya agar pikiran barusan itu langsung enyah begitu saja."Delina, sini duduk di samping Mami yang sebelh sini!" seru Nyonya Mia."Terima kasih, Mi."Selama acara makan malam berlangsung, banyak perbincangan yang seru di antara keempat orang itu. Namun, Nyonya Mia masih melihat Abi yang seolah masih ketus dengannya meskipun dia mulai menuruti segala keinginannya. Abi dan Delina terlihat kikuk dan salah tingkah satu sama lain. Sampai ma
Chapter 105"Tumben Mbok Nah ngomong bijak banget, ada apa ini?" tanya Delina seraya melayangkan senyum hangat."Sayangnya tidak semua anak paham akan arti penting seorang ibu, Non. Terkadang perkataan dan perbuatan anak kerap membuat orang tua terluka. Sayangnya, anak-anak itu tak sadar jika di dalam hati ibunya sedang menangis. Namun apa daya, rasa cinta ibu lebih besar dibanding amarahnya. Dia tak mengenal benci pada anak yang teramat dicintai," ucap Mbok Nah yang mengingat anak satu-satunya yang ia miliki. Dia menceritakan mengenai putranya. Sayangnya, putra tunggalnya itu malah pergi meninggalkannya. Ia memilih pergi ke luar negeri untuk bekerja tanpa pernah ingat."Mbok Nah, yang sabar ya," ucap Delina memeluk wanita itu dari samping. Kania juga ikut memeluk Mbok Nah."Kalian harus jadi ibu yang baik ya, semoga anak-anak kalian menjadi anak yang soleh dan soleha dan berbakti pada orang tua," ucap Mbok Nah dengan
Chapter 104Delina langsung menggerutu karena Kania yang sudah muak mendengar kemesraan keduanya berani merebut ponselnya dan mematikannya. "Kalau nggak aku ambil tuh hape, kalian pasti nggak akan kelar bilang I love you masing masing sampai subuh!" ucap Kania saat menarik ponsel Delina dan memutuskan sambungan ponsel tersebut dengan Abi."Huuuu! Kamu selalu aja kayak gitu. Udah deh bilang aja sirik!""Ya habisnya kamu mah segitu lebay sama Abi. Sampai kalah deh gaya pacarannya anak abege," ucap Kania bersungut-sungut."Biarin aja, sih. Lagian suka-suka aku dong, kan aku sama Abi udah nikah bukan pacaran lagi, wleekk!" Delina menjulurkan lidahnya pada Kania."Duh, yang sabar ya King punya ibu macam itu," ucap Kani pada Delina yang masih berenang."Dedek bayi juga yang sabar ya punya ibu bawel dan calon galak macam wanita ini," ucap Delina yang gantian mencibir Kania sinis seraya mengus
Chapter 103 Satu bulan telah berlalu.Di sebuah kafe dengan menu khas negara Jepang yang ternama di wilayah ibukota tersebut, Indra dan Abi menemui seorang klien wanita dari perusahaan fashion terkenal yang ingin bekerjasama dengan perusahaan miliknya.Wanita bernama Yuki itu akan membuat program yang menggunakan jasa desainer ternama untuk membuat pakaian seperti gaun yang cantik yang bisa dipadu padankan dengan kosmetik miliknya."Halo Abi, selamat siang! Apa kabar kamu?" sapa Yuki saat melihat Abi datang bersama Indra, wanita itu mengulurkan tangannya. Abi sampai terkejut kala melihat wanita itu adalah mantan kekasihnya yang pernah bersama dalam waktu singkat saat dia berada di Tokyo."Selamat siang, Yuki. Kabar aku baik. Wah, nggak nyangka ternyata kamu rekan bisnis aku," balas Abi seraya menjabat tangan wanita tersebut."Mau makan siang bersama sekalian sebelum kita bicarakan program kerjasama kita?" tanya Yuki dengan menun
Chapter 102Setelah proses persalinan Delina selesai, tampak satu orang suster yang ke luar dari ruang persalinan langsung diberondong banyak pertanyaan dari Nyonya Mia, Ibu Susi, dan Kania."Bagaimana keadaan Delina dan bayinya, Sus?" tanya Kania."Syukurlah mereka selamat. Nyonya Delina melahirkan bayi kembar, sekarang bayinya sudah berada di ruang perawatan. Ibunya masih di dalam," ujarnya.Kania yang tak sabar langsung ingin memasuki ruangan tempat Delina bersalin. Namun, dia langsung ditahan oleh sang suster."Eh, mau ke mana, Bu?" tanya suster."Mau liat Delina, hehehe.""Jangan dulu, belum boleh ditengok dulu, ya. Tadi pasien masih belum sadar karena terlalu letih. Kalau mau lihat bayinya ada di kamar bayi di ujung koridor sana belok kanan," ucap suster itu menjelaskan."Oke, deh Suster.""Ayo, para Oma yang baru kita langsung liat dedek bayi!" ajak Kania seraya menarik tangan Ibu Susi dan Nyonya
Chapter 101Keesokan harinya, Lala sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena sudah stabil setelah Ibu Ani bersikeras meminta Lala agar melakukan perawatan di rumahnya saja. Sesampainya mereka di rumah, semua mata menatap ke arah Lala yang baru saja tiba."Ada apa ini?" tanya Bu Ani."Kania sama yang lainnya mau pamit, Ma," ucap Kania.Lala tampak tersenyum puas penuh kemenangan. "Lalu kamu juga ikut pulang, Ndra?" tanya Ibu Ani pada putranya."Nggak, Ma. Kan Mama suruh aku nikahin Lala," jawab Indra lalu memanggil asisten rumah tangga di rumah itu, "Bi, tolong bawa minumnya ke sini," pinta Indra.Tak lama kemudian, Bi Tati membawa beberapa cangkir berisi teh manis hangat."Yang buat Mama saya mana, Bi?" tanya Indra."Yang ini, Tuan." Bi Tati menyerahkan cangkir berisi teh manis itu pada Ibu Ani."Minum dulu, Ma, biar seger," pinta Indra. Tanpa menaruh rasa curiga, Ibu Ani langsun
Chapter 100"Aku belum hamil, bukannya nggak bisa hamil! Jaga ucapan kamu, ya!" "Hahaha, sudahlah Kania, Indra itu awalnya jodoh aku dia suamiku. Dia akan tetap menjadi suami aku," sahut Lala begitu penuh percaya diri."Mantan suami kamu! Sekarang dia suamiku! Kamu harusnya mikir waktu kamu pergi begitu saja meninggalkan dia dalam kehancuran hanya demi laki-laki lain. Kamu lebih memilih pria tak baik yang akhirnya kamu kena karma karena ulah kamu itu," sahut Kania."Mungkin aku kena guna-guna dari Brian. Dan sekarang aku sudah terbebas dari guna-guna si Brian!" "Oh gitu, guna-guna kata kamu? Jangan-jangan sekarang kamu yang pakai guna-guna buat bikin Ibu mertuaku luluh." Kania sampai kesal melihat Lala yang terlihat begitu tergila-gila pada Indra kini."Sudahlah, yang jelas kamu harus rela kalau Indra sebentar lagi akan menikah dengan ku.""Aku tak mau membagi suamiku dengan siapapun,
Chapter 99 Di masa kehamilan Delina yang menginjak usia lima belas minggu, Delina mengalami flek. Abi lalu membawa istrinya dengan segera ke Rumah Sakit Kota di Kota Hijau tersebut. Kania dan Indra juga menemani. Sesampainya di rumah sakit tersebut, dokter mengharuskan Delina menjalani rawat inap. Dokter spesialis kandungan bernama Sri Rahayu mengatakan bahwa perdarahan pada ibu hamil yang bisa menjadi indikasi berbagai komplikasi, termasuk keguguran, kehamilan ektopik, dan plasenta previa, dan karenanya tidak boleh diabaikan."Jadi, bagaimana kondisi istri saya, Dok? Apa yang menyebabkan dia mengalami flek tadi?" tanya Abi."Sering kali, pendarahan terjadi karena hubungan seksual dan pemeriksaan serviks terutama di akhir kehamilan. Selain itu, ada pula plasenta previa, yaitu ketika plasenta menutupi serviks baik sebagian atau seluruhnya. Kondisi ini bisa menjadi penyebab munculnya flek saat hamil," ujar sang dokter."Hayo loh Abi, habi
Chapter 98Indra hanya menatap mantan istrinya dengan pandangan aneh seraya menuju kamarnya. Ada rencana yang sudah disiapkan Lala dengan matang. Dia meminta Mimi untuk memberikan teh manis hangat yang dicampur obat tidur. Obat yang sangat mujarab dan akan langsung membuat si penerimanya terlelap. Lala ingin kembali menjadi istrinya Indra setelah dia bangkrut dan kekurangan uang. Dia memanfaatkan putrinya."Papi, Mimi bawa teh manis nih," ucap Mimi."Eh, awas Nak! Nanti cangkirnya jatuh kena kaki kamu!" seru Indra yang langsung meraih cangkir berisi teh hangat dari tangan putrinya."Nggak akan jatuh, Pi. Aku udah bisa kok. Papi minum dulu ya," pinta Mimi. "Iya, terima kasih putri Papi yang cantik."Gadis kecil itu melaksanakan perintah ibunya dengan baik. Di luar kamar Indra, Lala tersenyum puas menyeringai ketika rencananya berhasil. Tak lama kemudian, Indra terlihat menguap. Di yang baru saja membuka kemejanya henda
Chapter 97Saat Abi dan Indra pergi bertemu dengan salah satu rekan bisnis, Delina dan Kania pergi ke sebuah destinasi wisata di Kota Hijau. Semantara itu mantan istrinya Indra datang dan menghasut Mimi agar jangan mau pergi dengan Kania. Anak itu akhirnya mengikuti ibunya. Lala mengajak Mimi agar memilih berada di rumah dan bersantai mengunjungi kebun stroberi."Percuma si Indra suruh aku dekat samw Mimi dan ajak aku ke sini, kalau orangnya enggak mau diajak pergi jalan-jalan," ucap Kania berkeluh kesah. "Ya habis gimana, mungkin dia kangen banget sama ibunya," sahut Delina.Delina lantas menghentikan langkahnya."Tapi, Kania … kenapa dia jadi suka ketemu anaknya dan memilih berlama-lama di rumah mantan ibu mertuanya, ya?" Delina menoleh ke arah Kania."Maksud kamu, Lin?" Gantian Kania menatap Delina penuh ingin tahu."Kok Lala tahu gitu kalau Indra lagi kunjungan ke rumah ibunya. Kenapa pas Indra ke sini? Kenapa buka