Rania menghela napas panjang dengan tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah sang mantan. Setelah itu, dia menepis kedua tangan Farhan yang masih mencengkram kedua bahunya."Dia anakku," ucap Rania tenang dan sangat berhati-hati serta penuh penekanan. "Noah Keanu Xavier, nama itu diberikan Kendrick untuk putranya. Kau puas sekarang?"Mendengar itu membuat Farhan langsung memundurkan langkah semberi menggelengkan kepala. Dia merasa tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Rania. "Semuanya sudah jelas. Silakan pergi dari sini sekarang juga, dan jangan pernah datang lagi, oke!"Tanpa menunggu sahutan dari lawan bicaranya, Rania langsung bergegas masuk ke rumahnya. Dia menghela napas panjang seraya mengusap dadanya yang mendadak sesak sembari bersandar pada pintu.Rania mengusap wajahnya yang basah karena air matanya tak sanggup dia tahan lagi. Sementara itu, di luar sana Farhan masih bergeming sembari menatap bayang Rania yang telah menghilang.Rahang Farhan mengeras diirin
Sepasang mata menyipit dan menatap tajam wajah sang istri yang baru saja tiba di rumahnya. Dengan santai, Dinar melenggang mendekati Farhan tanpa merasa curiga. "Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Dinar sembari menyimpan tasnya di sofa, kemudian dia duduk di sana.Wanita itu tidak tahu apa yang terjadi hingga membuat Farhan tiba-tiba memintanya untuk segera pulang.Tanpa kata, Farhan langsung menyodorkan ponselnya yang menyala di atas meja ke arah sang istri.Kedua alis Dinar mengernyit dalam sembari menatap Farhan dengan tatapan bingung."Apa ini?" tanya Dinar lagi sembari menatap sang suami meminta penjelasan. Dia ragu untuk mengambil benda pipih itu."Lihat saja sendiri. Setelah itu tolong jelaskan semuanya kepadaku!" ujar Farhan dengan nada dingin dan datar.Kening Dinar semakin mengerut. Dalam kebingungan dia pun akhirnya mengambil ponsel Farhan dan melihat isinya. Refleks, kedua bola mata Dinar langsung membulat sempurna. Ekspresi wajahnya seketika berubah menjadi p
"Jadi mereka sudah curiga sama saya? Dan sekarang sedang merencanakan sesuatu?" tanya Rania menyelidik.Wanita paruh baya yang lebih akrab dipanggil Simbok itu menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang baru saja dikatakan oleh Rania."Betul, Non. Kurang lebih begitu yang Simbok dengar dari percakapan Pak Farhan dan Non Dinar kemarin," ungkap Simbok berbicara apa adanya sesuai yang dia tahu tanpa dikurang-kurangi atau pun dilebih-lebihkan. "Sayangnya, Simbok tidak tahu apa saja rencana mereka, Non."Rania dan Kendrick saling berpandangan dengan tatapan yang seolah sedang saling berbicara dari hati ke hati. Keduanya sama-sama diam, tetapi nampak seperti saling mengerti satu sama lainnya."Ini, Non. Simbok sudah merekam percakapan mereka. Kalian bisa mendengarnya sendiri, siapa tahu bisa dijadikan bukti."Simbok menyerahkan alat perekam suara yang isinya percakapan antara Farhan dengan Dinar kepada Rania. Ya, Simbok adalah orang yang ada di pihak Rania dan Kendrick. Simbok adalah pem
Kening Kendrick mengerut dalam seraya menatap tajam ke arah mantan suami dari kekasihnya. Dia terdiam beberapa saat, mencoba membaca situasi maksud dan tujuan Farhan berbicara seperti itu kepadanya.Lain hal dengan Kendrick yang masih terlihat tenang, Rania justru merasa tersinggung dengan pertanyaan tak berkelas mantan suaminya itu."Apa maksudmu bicara seperti itu?" tanya Rania ketus.Kendrick menoleh, lalu menepuk pelan punggung tangan Rania dan menggenggamnya lembut. Seulas senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya begitu sang kekasih melihat ke arahnya. Sedetik kemudian, dia mengalihkan pandangan ke arah Farhan lagi."Apa maksudku?" ulang Farhan. "Bukan kah aku baru saja bicara kenyataan? Kalian belum menikah 'kan? Bagaimana mungkin ada anak di antara kalian kecuali dua hal."Farhan sengaja menjeda perkataan untuk melihat reaksi Kendrick dan Rania setelah dia berbicara seperti itu kepada mereka."Kalian berzina sebelum menikah, atau ... anak itu milik pria lain dan kamu yang h
Keesokan harinya, Rania dan Kendrick berangkat bekerja seperti biasanya. Seperti biasa juga, Kendrick akan mengantar kekasihnya itu ke kantor lebih dulu sebelum dia berangkat ke rumah sakit.Farhan merasa heran melihat sikap Rania yang berbeda hari ini. Mantan istrinya itu lebih banyak tersenyum sekarang, berbeda dari hari-hari sebelumnya saat dia baru saja kembali bergabung di kantor.Dia sangat penasaran kepada Rania, tetapi tidak punya keberanian untuk bertanya secara langsung."Baiklah, Nona Rania. Saya setuju dengan idemu itu. Sekarang yang terpenting, bagaimana cara untuk membuktikan bahwa kau bisa berhasil dalam proyek baru ini. Kau harus memikirkan cara supaya design pakaian yang kau buat ini dapat diterima di pasaran," ucap Farhan kepada Rania yang baru saja selesai mempresentasikan rancangan design pakaian model terbaru yang akan dikeluarkan di perusahaannya.Dewan direksi dan lainnya turut mendukung ide yang dirancang oleh Rania dan sangat berharap dia akan berhasil dalam p
Rania mengumpulkan semua berkas-berkas penting untuk dia bawa menemui calon kliennya beberapa saat setelah dia selesai berbicara di telepon. Wanita itu langsung bergegas keluar tepat berbarengan dengan waktu jam pulang kerja.Di luar sana, Kendrick sudah setia menunggunya di dalam mobil. Begitu melihat Rania keluar dari gedung, dia pun langsung turun dari mobilnya menyambut pujaan hati dengan senyum lebar."Sudah nunggu lama?" tanya Rania. Pria itu menggelengkan kepala. "Baru sekitar lima belas menit," jawabnya tenang."Hm, tapi aku mau menemui calon klien dulu setelah ini. Gimana?""Ke mana pun, aku akan siap menjadi sopir pribadimu," sahut Kendrick sembari tersenyum manis dan membukakan pintu mobil untuk Rania. Pasangan kekasih itu pun langsung pergi melesat dengan mobilnya membelah jalan raya. Tak ada percakapan serius selama dalam perjalanan menuju lokasi yang ingin dituju oleh Rania. Kecuali tentang pekerjaan masing-masing.Tak butuh waktu lama, mereka sudah tiba di tempat tuju
"Kamu siapa? Sedang apa di rumah ini?"Farhan langsung menoleh ke arah sumber suara. Matanya menyipit melihat wanita paruh baya yang baru saja masuk ke rumah itu dan sedang menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan."Nyonya," sapa pengasuh baby Noah sembari menunduk hormat.Nilam berjalan lebih mendekat lagi dengan masih tak mengalihkan pandangannya dari Farhan. Sepertinya pria itu nampak asing baginya. "Siapa dia, Bi?" tanya Nilam."Anu ... dia papa kandung Den Noah, Nyonya," jawab pengasuh Noah dengan ragu-ragu mengatakannya. Nilam bergeming sesaat, merasa sedikit terkejut atas apa yang dia lihat sekarang. Setelah lama hanya mendengar cerita dari Kendrick, akhirnya dia bisa bertemu secara langsung dengan mantan suami calon menantunya itu.Farhan menunduk hormat memberi salam dan menyapa wanita paruh baya itu yang disambut dengan senyum ramah oleh Nilam."Saya Farhan. Maaf sebelumnya kalau kehadiran saya di sini membuat kalian tidak nyaman," ucap pria itu sopan."Saya Nilam, mam
Farhan masih berada di depan rumah mewah Rania. Dia duduk di pinggir jalan dengan hati berharap jika mantan istrinya tersebut berbaik hati untuk keluar dan membiarkannya bertemu dengan sang anak. Namun, itu hanyalah khayalan saja. Sampai, setetes air dari langit hingga menjadi deras pun membuat seluruh pakaian yang digunakan Farhan basah, Rania tidak peduli sama sekali. Walau hujan yang datang tiba-tiba dengan deras, tak membuat Farhan untuk pergi dari sana. Dengan tekat bulat dan keinginan kuat, dia beranjak dari duduknya seraya mengusap kasar air yang terus membasahi wajah.Farhan berjalan pelan menuju pagar utama rumah Rania. Sejenak, dia menarik napas guna mengumpulkan tenaga. "RANIA," panggilnya dengan nada suara naik beberapa oktaf. "INI AKU, FARHAN." Tak ada suara lagi, Farhan sedang mengamati suasana dari dalam rumah. Namun, tak ada feedback. Membuatnya membali berteriak, "plis, beri aku satu kesempatan untuk melihat putraku!" Farhan merapatkan diri ke arah gerbang yan
Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me
Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil
Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta
Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun
Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal
Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang
Rania terduduk sambil menatap ke arah Dinar yang berhadapan dengannya. Tatapan Dinar seakan ingin mencengkeram Rania dan melahapnya. Mereka berdua sama-sama saling bertatapan tajam. Dinar yang tidak suka melihat Rania karena telah lebih unggul darinya, merenggut kewarasan ibunya walaupun ia menduga papa Rania yang melakukannya di mana tidak ada sangkut pautnya dengan Rania, serta membuat Farhan terus memikirkannya."Sampai kapan kamu menatapku seakan ingin memakanku hidup-hidup. Bukankah di sini akulah yang harus marah kepadamu yang berusaha membunuhku serta kejahatanmu terbukti telah merencanakan kecelakaan papaku?" tanya Rania dengan alis terangkat sebelah. Wanita itu berusaha untuk senang dan tidak tetap provokasi ke dalam keadaan. Tanpa diduga Dinar secara tiba-tiba tertawa lalu matanya menatap Rania horor. "Apakah kamu tidak bosan bersikap seolah kamulah yang paling menderita di sini?" tanya Dinar dengan senyum miringnya. "Aku tidak merasa melakukannya untuk apa bosan? Bukankah
Kendrick berjalan terburu-buru setelah mengetahui apa yang terjadi pada Rania. Saat ini ia berada di kantor polisi setelah mengetahui perbuatan Dinar yang berusaha mencelakakan Rania. Dari kejauhan Kendrick melihat Rania yang duduk bersebelahan dengan Farhan. Farhan terlihat berupaya menghibur Rania yang sejak tadi terdiam sambil menatap lurus ke depan. "Ran, kamu minum dulu." Farhan memberikan sebotol air mineral yang dibelinya tadi. Rania tidak menjawab dan hanya diam karena masih syok akan kejadian yang baru saja menimpanya. Tidak terbayang olehnya bila Rania tidak berlari menjauh dari Dinar. Bayang-bayang dirinya masuk ke dalam rumah sakit bahkan harus meninggalkan dunia ini membuatnya langsung menggigil takut. Bukan kematian yang ditakutkannya, melainkan Noah yang akan kehilangan dirinya. Noah masih membutuhkannya."Aku tidak akan membiarkan Dinar bebas begitu saja setelah—""Orang yang membunuh orang lain demi kekayaan berbicara seakan-akan ingin melindungi orang lain." Kehad
Farhan tanggal sibuk menatap ke layar laptopnya untuk memeriksa beberapa pekerjaan yang sudah diselesaikannya sebagai tahap finishing sebelum melakukan rapat besok. Selain matanya yang sibuk menatap layar laptop telinganya pun terus mendengar sekretaris yang membacakan agenda besok pagi."Apakah meeting untuk besok pagi sudah dipersiapkan, saya tidak mau ada kekurangan dan membuat klien marah." Farhan tanpa menatap menunjuk ke arah sekretaris yang sambil menggoyangkan jari telunjuknya tersebut. "Sudah saya persiapkan semuanya."Farhan mengangguk. "Bagus. Kamu boleh pergi," titah Farhan.Sebelum sekretaris aku keluar dari ruangannya Farhan mampu menghentikannya. "Sebentar ada ingin saya tanyakan," panggil Farhan kepada sekretarisnya yang sudah berada di ambang pintu.Langsung saja sekretaris tersebut berjalan ke arah Farhan dan berdiri di hadapannya. "Apa yang ingin bapak tanyakan kepada saya?" Farhan membasahi bimbingan air liur berpikir dua kali untuk bertanya hingga pada akhirnya