"Kamu siapa? Sedang apa di rumah ini?"Farhan langsung menoleh ke arah sumber suara. Matanya menyipit melihat wanita paruh baya yang baru saja masuk ke rumah itu dan sedang menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan."Nyonya," sapa pengasuh baby Noah sembari menunduk hormat.Nilam berjalan lebih mendekat lagi dengan masih tak mengalihkan pandangannya dari Farhan. Sepertinya pria itu nampak asing baginya. "Siapa dia, Bi?" tanya Nilam."Anu ... dia papa kandung Den Noah, Nyonya," jawab pengasuh Noah dengan ragu-ragu mengatakannya. Nilam bergeming sesaat, merasa sedikit terkejut atas apa yang dia lihat sekarang. Setelah lama hanya mendengar cerita dari Kendrick, akhirnya dia bisa bertemu secara langsung dengan mantan suami calon menantunya itu.Farhan menunduk hormat memberi salam dan menyapa wanita paruh baya itu yang disambut dengan senyum ramah oleh Nilam."Saya Farhan. Maaf sebelumnya kalau kehadiran saya di sini membuat kalian tidak nyaman," ucap pria itu sopan."Saya Nilam, mam
Farhan masih berada di depan rumah mewah Rania. Dia duduk di pinggir jalan dengan hati berharap jika mantan istrinya tersebut berbaik hati untuk keluar dan membiarkannya bertemu dengan sang anak. Namun, itu hanyalah khayalan saja. Sampai, setetes air dari langit hingga menjadi deras pun membuat seluruh pakaian yang digunakan Farhan basah, Rania tidak peduli sama sekali. Walau hujan yang datang tiba-tiba dengan deras, tak membuat Farhan untuk pergi dari sana. Dengan tekat bulat dan keinginan kuat, dia beranjak dari duduknya seraya mengusap kasar air yang terus membasahi wajah.Farhan berjalan pelan menuju pagar utama rumah Rania. Sejenak, dia menarik napas guna mengumpulkan tenaga. "RANIA," panggilnya dengan nada suara naik beberapa oktaf. "INI AKU, FARHAN." Tak ada suara lagi, Farhan sedang mengamati suasana dari dalam rumah. Namun, tak ada feedback. Membuatnya membali berteriak, "plis, beri aku satu kesempatan untuk melihat putraku!" Farhan merapatkan diri ke arah gerbang yan
Dinar keluar dari mobil berlagak bak ratu yang disambut oleh ribuan orang lalu digelar karpet merah sepanjang jalan walau pada kenyataannya iya berjalan di atas aspal yang sudah berlubang dan juga ditatap dengan sini sama orang sekitar karena dandanannya yang mencolok.Tak ada yang salah dengan pakaian Dinar, dirinya hanya mencontoh model yang memakai baju bertabrakan dan terlihat sangat cantik serta elegan.Kacamata hitam bundar yang menutupi setengah wajahnya bertengkar manis di atas hidung Dinar. Matanya banyak membersihkan ke rumah-rumah yang jaraknya saling berdempetan."Ck! Dasar tidak bertanggung jawab. Mengapa saat aku datang tidak ada orang sama sekali dan harus membuatku menunggu," kesal Dinar yang tidak mendapati orang yang menjanjikan dirinya untuk datang hari ini. "Jika bukan aku yang memerlukan mereka tidak akan aku menginjakkan kaki di perkampungan kumuh ini." Telapak tangan Dinar menjadi penghalang antara hidungnya dengan aroma tidak sedap yang menyeruak mengguncang
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan." Rania sengaja tidak membukakan pintu dan menguncinya saja karena waspada bila sewaktu-waktu orang tersebut menyakiti dirinya.Ketiga orang yang berani dalam mobil sulfat tersebut keluar dan berjalan ke arah mobil Rania dengan tetapan tajam. Tubuh Rania semakin bergetar hebat, dirinya tidak bisa berpikir di saat seperti ini.Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu yang kuat memerahkan telinga Rania membuat wanita itu langsung menutup telinga. Dengan takut dia menoleh ke arah jendela di mana seorang pria berbadan besar menatap ke arahnya."Keluar! Cepat keluar!" teriaknya persamaan dengan suara gedoran yang semakin kuat.Rania memejamkan mata dan berdoa di dalam hati agar dirinya bisa kabur dari mereka dan tidak terlibat dalam masalah yang cukup besar. Rania pun merasa bingung siapa mereka sehingga menghentikan mobilnya dan bersikap seakan ingin membunuh Rania dengan tatapan tajam bak pisau."Tuhan tolong aku," pinta Rania dengan suara berbisik agar t
Hari ini Rania tengah sibuk membahas proyek baru dengan klien penting. Ia pun dengan telaten mencatat satu persatu permintaan yang klien berikan kepadanya. Serta membahas gambaran rancangan yang diinginkan oleh klien agar Rania dapat membayangkan dan merealisasikan.Setelah berbincang selama kurang lebih 2 jam membahas mengenai proyek akhirnya kalian tersebut memutuskan untuk pulang. Pembahasan mereka sudah rampung dan tinggal Rania yang melanjutkannya. "Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang dan saya akan berusaha melakukan yang terbaik agar ibu tidak merasa kecewa dengan hasil yang akan didapatkan nantinya." Rania tersenyum kepada klien yang berdiri di hadapannya sambil memeluk laptop serta buku kecil yang selalu dibawanya kemana-mana.Klien tersebut mengangguk lalu tersenyum ke arah Rania karena dirinya juga berterima kasih kepada wanita itu."Saya percayakan semuanya padamu. Jika ada yang perlu di diskusikan Bu Rania bisa telepon ke nomor saya langsung. Kalau begitu say
Dinar tersenyum penuh kemenangan setelah kemarin dia sudah mendengarkan isi rapat antara Rania dengan tim yang lain. Wanita itu pun berencana mencuri ide milik Rania. Untuk mendapatkan ide milik Rania, Dinar harus bergerak cepat agar tidak kecolongan.Ia harus segera mengklaim hasil karya Rania secepat mungkin sebelum wanita itu mendaftarkan karyanya di perusahaan yang membuat Dinar bisa dituju sebagai plagiat walaupun itulah kenyataannya.Oleh karena itu Dinar pagi-pagi sudah berada di kantor dan mengadakan rapat antar tim yang membahas karya yang ia curi dari Rania agar mereka mengakui karya tersebut atas nama Dinar bukan Rania."Bu Dinar, ruang rapat sudah disediakan sebentar lagi tim yang lain akan datang sebelum itu lebih baik bu Dinar menunggu di sini terlebih dahulu." Salah satu pegawai perusahaan menuntun Dinar menuju ruang rapat dan menyuruhnya untuk menempuh sebentar karena tim lain masih dalam perjalanan. Ia tidak menangkal ataupun marah sedikit pun karena dirinya juga dat
Kendrick duduk berhadapan langsung dengan Rania yang tampak frustrasi Setelah ininya dicuri oleh Dinar. Usaha Rania mencari ide dengan susah payah bahkan harus keluar dari kantor tidak membuahkan hasil memuaskan malahan Rania harus memutar otak kembali mencari ide baru agar dirinya tetap bisa mengerjakan proyek ini. Melihat kondisi Rania yang jauh dari kata baik membuat Kendrick merasa iba dan memikirkan sesuatu untuk membantu wanita yang tengah dilanda kegelisahan. "Berani sekali Dinar mencuri idemu," ucap Kendrick. Rania membuang nafas kasar. "Aku juga tidak habis pikir dengan Dinar yang tanpa berpikir dua kali dan tidak memikirkan konsekuensinya terhadap dirinya sendiri untuk mencuri ideku. Padahal dia mampu untuk mencari idenya sendiri dan pasti akan jauh lebih bagus daripada punya. Kalau begini aku sudah tidak berselera lagi untuk mengerjakannya tetapi aku tidak bisa mengabaikan begitu saja proyek ini." Rania berada di posisi apapun yang dilakukannya adalah salah karena ulah
Farhan membaca ulang proposal yang diajukan oleh klien. Di sampingnya, terdapat sang sekretaris tengah mengetik begitu cepat. "Vira, ini sudah anda send ke bagian manajemen perusahaan mereka? Apa ada diskusi lebih lanjut tentang fee?" Vira menghentikan gerakan tangannya, dia menoleh ke arah Farhan. "Iya, Pak. Ada beberapa bagian uang sudah saya revisi atas masukan pihak manajemen, ini, draf final." Farhan mengangguk singkat seraya menyerahkan proposal tersebut kepada Vira. "Bisa tolong cek bagian feedback fee bagi investor? Setahu saya, mereka mendapatkan bagian 30% sesuai minat pasar. Sedangkan ini, kenapa beralih menjadi 40% ya, Vir?" Vira meneguk ludahnya kasar mendapati tatapan Farhan yang berubah menjadi super serius. Dia menggeser laptop ke sebelah lalu mengambil tumpukan kertas tersebut. "Baik, Pak." "Saya ingin semua jelas, tidak masalah jika pihak kedua menginginkan kenaikkan jumlah fee. Namun, harus ada alasan yang tepat. Karena, bagian kita juga tak seluruhnya didapati
Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me
Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil
Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta
Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun
Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal
Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang
Rania terduduk sambil menatap ke arah Dinar yang berhadapan dengannya. Tatapan Dinar seakan ingin mencengkeram Rania dan melahapnya. Mereka berdua sama-sama saling bertatapan tajam. Dinar yang tidak suka melihat Rania karena telah lebih unggul darinya, merenggut kewarasan ibunya walaupun ia menduga papa Rania yang melakukannya di mana tidak ada sangkut pautnya dengan Rania, serta membuat Farhan terus memikirkannya."Sampai kapan kamu menatapku seakan ingin memakanku hidup-hidup. Bukankah di sini akulah yang harus marah kepadamu yang berusaha membunuhku serta kejahatanmu terbukti telah merencanakan kecelakaan papaku?" tanya Rania dengan alis terangkat sebelah. Wanita itu berusaha untuk senang dan tidak tetap provokasi ke dalam keadaan. Tanpa diduga Dinar secara tiba-tiba tertawa lalu matanya menatap Rania horor. "Apakah kamu tidak bosan bersikap seolah kamulah yang paling menderita di sini?" tanya Dinar dengan senyum miringnya. "Aku tidak merasa melakukannya untuk apa bosan? Bukankah
Kendrick berjalan terburu-buru setelah mengetahui apa yang terjadi pada Rania. Saat ini ia berada di kantor polisi setelah mengetahui perbuatan Dinar yang berusaha mencelakakan Rania. Dari kejauhan Kendrick melihat Rania yang duduk bersebelahan dengan Farhan. Farhan terlihat berupaya menghibur Rania yang sejak tadi terdiam sambil menatap lurus ke depan. "Ran, kamu minum dulu." Farhan memberikan sebotol air mineral yang dibelinya tadi. Rania tidak menjawab dan hanya diam karena masih syok akan kejadian yang baru saja menimpanya. Tidak terbayang olehnya bila Rania tidak berlari menjauh dari Dinar. Bayang-bayang dirinya masuk ke dalam rumah sakit bahkan harus meninggalkan dunia ini membuatnya langsung menggigil takut. Bukan kematian yang ditakutkannya, melainkan Noah yang akan kehilangan dirinya. Noah masih membutuhkannya."Aku tidak akan membiarkan Dinar bebas begitu saja setelah—""Orang yang membunuh orang lain demi kekayaan berbicara seakan-akan ingin melindungi orang lain." Kehad
Farhan tanggal sibuk menatap ke layar laptopnya untuk memeriksa beberapa pekerjaan yang sudah diselesaikannya sebagai tahap finishing sebelum melakukan rapat besok. Selain matanya yang sibuk menatap layar laptop telinganya pun terus mendengar sekretaris yang membacakan agenda besok pagi."Apakah meeting untuk besok pagi sudah dipersiapkan, saya tidak mau ada kekurangan dan membuat klien marah." Farhan tanpa menatap menunjuk ke arah sekretaris yang sambil menggoyangkan jari telunjuknya tersebut. "Sudah saya persiapkan semuanya."Farhan mengangguk. "Bagus. Kamu boleh pergi," titah Farhan.Sebelum sekretaris aku keluar dari ruangannya Farhan mampu menghentikannya. "Sebentar ada ingin saya tanyakan," panggil Farhan kepada sekretarisnya yang sudah berada di ambang pintu.Langsung saja sekretaris tersebut berjalan ke arah Farhan dan berdiri di hadapannya. "Apa yang ingin bapak tanyakan kepada saya?" Farhan membasahi bimbingan air liur berpikir dua kali untuk bertanya hingga pada akhirnya