Dinar menatap Rania dalam-dalam dengan sorot sendu dan berkaca-kaca. Dia berusaha mengambil hati dan membujuk istri dari kekasihnya itu agar membiarkan dia menikah dengan suaminya."Sebagai sesama wanita, seharusnya kau bisa merasakan apa yang saat ini aku rasakan. Kau harusnya tahu betapa menderitanya ada di posisiku sekarang," ucap Dinar serius."Mungkin aku bisa tahan walau seluruh dunia menghinaku, tapi aku tidak akan tahan jika mereka menghina anakku. Jadi, tolong izinkan mas Farhan menikah lagi denganku, demi anak yang kukandung," ucap Dinar lagi sambil menatap dalam manik Rania.Rania tersenyum simpul merasa lucu dengan sikap wanita yang ada di hadapannya itu. Dinar bersikap seolah-olah dirinya hanya korban padahal sebenarnya dia lah pemain sebenarnya."Selama ini mas Farhan sangat menginginkan seorang anak yang belum bisa dia dapatkan dari pernikahannya denganmu. Jadi, begitu mas Farhan tahu aku hamil, mas Farhan terlihat sangat bahagia. Apa kau tega men
Pria itu duduk di sisi lain bangku yang diduduki Rania. Bibir tipisnya melengkung membentuk senyum tipis yang manis."Kau sedang apa di sini?" tanya Rania.Kendrick tidak langsung menjawab, dia membuka tutup botol air mineral lalu menyimpannya di dekat Rania agar wanita itu meminumnya."Aku tidak sengaja lewat, terus lihat kamu sedang menangis sendirian di sini," ucap Kendrick.Rania tertunduk sambil menghela napas panjang, setelah itu dia mengambil botol air mineral yang tadi diberikan Kendrick lalu meminumnya sedikit."Jadi, apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?"Rania menoleh, menatap wajah pria di sampingnya itu dengan sorot yang sulit diartikan sambil menutup botol dan menyimpannya kembali di tempatnya."Ya begitulah, cukup baik," jawab Rania asal.Tak ada yang baik-baik saja saat rumah tangga sedang diambang kehancuran. Namun, Rania tak berhak bercerita masalahnya kepada orang luar untuk menghindari fitnah."Bagaimana tanganmu?" tan
Bagai tersambar petir di siang bolong. Ungkapan Farhan baru saja begitu memekakkan telinga Rania hingga sakitnya tembus ke ulu hati. Kedua tangan Rania mengepal meremas ujung pakaian yang dikenakannya. Manik matanya mulai berkaca-kaca dan mengeluarkan cairan bening."Aku belum hamil bukan berarti aku mandul, Farhan," ucap Rania dengan suara bergetar. "Kita baru satu tahun menikah, wajar jika aku belum bisa memberikanmu seorang anak.""Kau pikir, istri mana yang tidak mau cepat-cepat memiliki anak setelah menikah? Aku juga sama denganmu, ingin memilikinya untuk melengkapi kebahagiaan kita," tutur Rania dalam tangis yang tak terbendung lagi.Farhan bergeming di tempatnya sambil mendengarkan perkataan sang istri yang hatinya telah dia lukai. Sejujurnya dia tidak sengaja mengatakan semua itu karena tak kuasa menahan kesal dan mungkin cemburu setelah melihat Rania dekat dengan pria lain."Rania, maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu," ucap Farhan. Dia berusaha untuk
Rania menghela napas panjang sembari menatap pantulan tubuhnya sendiri di dalam cermin. Wajahnya masih nampak sembab, sisa menangis semalaman.Kenyataan pahit yang tadi malam dia ketahui, berhasil menusuk-nusuk relung hati terdalamnya. Bukan hanya mendapatkan pengkhianatan, faktanya selama ini dia telah ditipu mentah-mentah oleh suaminya sendiri.Farhan, suami idaman Rania itu kini mulai menampakkan sifat aslinya. Pria itu membuka topeng yang selama ini menutupi segala niatan busuknya terhadap Rania."Aku tidak boleh menyerah. Aku harus memperjuangkan semua milikku dari orang-orang yang ingin merampasnya dariku," gumam Rania.Sorot matanya nampak tajam menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin. Sedetik kemudian, dia kembali menghela napas panjang, berusaha menguatkan dirinya sendiri. Dia mengambil tas dan juga ponselnya sebelum pergi keluar dari kamar.Pagi ini rumahnya nampak benar-benar sepi, tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Dia yang selalu bergelut di dapur menyiapkan sarapan un
Sepasang netra tajam menyerupai elang menyipit melihat gerak gerik mencurigakan dua pria sedang mengikuti seorang wanita yang sangat familiar baginya. Kendrick yang semula ingin mampir ke kafe, mengurungkan niatnya turun dari mobil.Dia memutuskan untuk mengikuti mobil yang melaju lebih dulu membawa Rania bersama dua pria mencurigakan tadi. Sembari mengemudi, Kendrick mencoba menghubungi seseorang untuk membatalkan pertemuan yang telah mereka sepakati sebelumnya. Pandangannya terus melihat ke depan, tak ingin kehilangan jejak mobil yang sedang dia ikuti."Maaf," ucap Kendrick menyesal. "Mendadak ada pekerjaan penting yang tak bisa aku tinggalkan sekarang," sambungnya lagi.Kendrick diam menerima kekecewaan yang terdengar jelas dikatakan oleh seseorang di seberang teleponnya. Namun, dia tetap yakin dengan keputusannya saat ini. "Aku akan menghubungimu lagi nanti. Sekali lagi, maaf."Kendrick langsung mengklik tombol yang berfungi untuk mematikan sambungan teleponnya secara sepihak tan
Langkah Farhan yang baru saja pulang dari kantor terhenti sejenak di depan pintu saat dia merasakan getaran berasal dari ponselnya. Dia membuka kunci layar dan langsung melihat pesan yang dikirimkan nomor tak dikenal. Sebuah foto dan video singkat berdurasi 5 detik yang memperlihatkan wajah Rania bersama seorang pria dalam kamar hotel.Kedua bola matanya membulat sempurna diiringi rahang yang mengeras. Refleks, Farhan mencengkram erat ponselnya sebelum kemudian dia melanjutkan langkah menuju ke rumahnya."Baru saja aku ingin menghubungi Mas, kebetulan sekali," ucap Dinar sembari berjalan menyambut kedatangan Farhan dari kantor.Sejak Rania keluar dari rumah mewah itu, Farhan mengizinkan Dinar untuk tinggal bersamanya. Selain karena sebentar lagi mereka akan resmi menikah, juga karena Farhan sangat mencemaskan keadaan Dinar yang sedang mengandung calon anaknya.Kedua alis wanita itu mengernyit dalam saat memerhatikan seraut wajah masam yang ditunjukkan suaminya."Kenapa wajah Mas ditek
"Kamu sudah bangun?" Kendrick merasa lega saat melihat Rania akhirnya sadar. "Syukurlah, kamu baik-baik saja sekarang," ucap Kendrick lagi.Masih belum sadar sepenuhnya, Rania mengejapkan mata beberapa kali menyesuaikan penglihatannya dengan silau cahaya lampu. Rania bingung dan merasa asing dengan ruangan yang saat ini dia tempati."Kenapa kamu ada di sini? Aku di mana sekarang?" tanya Rania.Dia berusaha untuk beranjak duduk, tetapi niatnya tertahan kerena kepalanya berdenyut sakit."Hati-hati," ucap Kendrick. Dia refleks langsung membantu Rania yang ingin bangun."Kamu ada di rumah sakit sekarang. Beruntung tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada bayimu," jelas Kendrick.Kedua alis Rania mengernyit dalam. Refleks dia menatap wajah pria yang sejak dia membuka mata sudah ada di sampingnya. Dia terdiam sesaat sembari mencerna perkataan Kendrick baru saja."Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Rania sembari mencoba mengingat kembali kejadian sebelum ini. "Seingatku, tadi aku ingin pergi
Rania terdiam sejenak, mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil. Dia melihat kertas dan membaca kembali hasil pemeriksaan kehamilan yang tadi dia dapatkan dari rumah sakit. Rania bingung, apakah dia harus mengatakan kabar baik ini kepada Farhan atau tidak.Hatinya meragu, dia merasakan kebahagiaan dan kesedihan dalam satu waktu secara bersamaan.Helaan napas panjang yang terasa menyesakkan terembus keluar dari mulutnya. Sejenak, dia memejamkan mata untuk menetralkan perasaannya."Aku harus memberi tahu Farhan," gumam Rania. "Ya, aku harus memberi tahunya. Mungkin kabar baik ini bisa memperbaiki hubungan aku dengannya."Rania merasa yakin dengan keputusan ingin memberi tahu Farhan kabar kehamilannya yang baru menginjak usia tiga minggu. Dia sangat berharap kabar baik ini akan memperkuat pernikahannya dengan Farhan.Rania turun dari mobilnya dengan bersemangat. Dia berjalan menuju ke rumah, tak sabar ingin segera menemui Farhan. Namun, niat yang semula sudah kuat itu harus tertahan. D
Setiap sudut dari ruangan di dekor dengan sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan tersendiri di saat mata menatap. Untaian bunga serta ornamen yang menyatu memperindah ruangan yang besar nan megah ini. Beberapa orang berpakaian rapi dan bagus mondar-mandir ataupun bercengkerama di kursi yang telah di sediakan. Tidak ada aura kesedihan ataupun aura buruk lainnya. Semuanya bergembira, tertawa, serta bersenda gurau. Mereka ikut bahagia atas acara bahagia yang sedang berlangsung. Muti yang menjadi salah satu orang yang bertanggung jawab atas pernikahan besar ini terlihat kewalahan melayani tamu serta beberapa masalah kecil yang timbul."Bu, ada masalah." Seorang pria bertubuh tinggi memakai pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan rompi hitam datang menghampiri Muti dengan wajah yang berkeringat dan napas ngos-ngosan. Muti mengerutkan kening dan menatap ke arahnya. "Ada masalah apa?" tanya Muti. Pria tersebut terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya. Muti membiarkannya untuk me
Farhan sudah mendekam di balik jeruji besi setelah apa yang sudah dilakukannya. Setelah kehebohan mengenai Farhan yang masuk ke dalam jeruji besi, kini Rania mendapatkan ketenangan yang sudah lama tidak didapatkannya.Rasa takut akan kehilangan Noah setelah ancaman yang diberikan Farhan padanya sudah lenyap. Pengadilan telah memutuskan bahwa Rania memilki hak sepenuhnya atas Noah. Kendrick tidak pernah membiarkan Rania sendirian melewati hari-harinya yang rumit. Dirinya selalu berada di sebelah Rania hingga saat ini. Rania dan Kendrick mendatangi tempat di mana Dinar ditahan. Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Rania pada Dinar."Kamu yakin bicara berdua saja dengan Dinar?" tanya Kendrick memegang bahu Rania sambil menatap matanya cemas.Rania tersenyum hangat sambil mengelus lengan Kendrick. "Tidak perlu khawatir, aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dinar harus tahu kebenarannya jika tidak ia akan terus menyalahkan orang yang salah."Kendrick menganggukan kepala sambil
Rania membaca setiap kata yang tertulis di berkas yang dia cari selama ini. Data manipulasi yang dilakukan Farhan hingga bernilai milyaran rupiah masuk ke dalam rekeningnya pribadi yang terletak di Swiss. Selama beberapa waktu ini, mereka menguras habis dana perusahaan juga membuat project gaib guna mengambil keuntungan dari itu. “Wah, aku enggak menyangka, pria bajingan ini bisa melakukan hal mengejikan seperti ini,” gumam Rania emosi. Lantas, dia beralih kepada layar komputer yang menampilkan tabel-tabel pendapatan dan pengeluaran setahun terakhir yang sangat berbeda. Angka pengeluaran 40% lebih besar daripada jumlah keuntungan yang masuk. Walaupun begitu, perusahaan masih stabil berkat dukungan dari investor juga pemegang saham yang memberikan dukungan penuh terhadap Farhan dan Dinar. Hingga tak ada angin yang bisa menggoyangkan tempat mereka. Tok ... tok ... tok! Rania menormalkan ekspresi wajahnya lalu menutup berkas-berkas tersebut. “Masuk,” teriaknya kemudian. Sang sekreta
Kendrick bertukar posisi dengan Rania dan Muti lalu menyuruh mereka untuk kembali pulang. Kendrick mempunyai kesempatan untuk menyusul Rania dan juga Muti saat Farhan berhenti di rest area. Saat ini mobil Kendrick masih berada di belakang mobil Farhan. Dirinya tidak melewatkan kesempatan sedikit pun untuk mengejar mobil Farhan yang melaju cukup kencang. "Ken, hati-hati. Kamu belum ada istirahat tapi langsung ke luar kota."Ya, sepanjang jalan Rania tidak mematikan panggilan teleponnya sekedar memastikan Kendrick sampai dengan selamat. Dirinya juga tidak berhenti berbicara mengajak Kendrick mengobrol."Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja dan masih punya kekuatan untuk menyetir ke luar kota.""Tetap aja kamu harus hati-hati kalau capek istirahat sebentar. Kamu masih di tol atau udah keluar tol?" Kendrik melihat ke kanan dan kirinya yang dipenuhi oleh hutan. Bila dirinya mengatakan saat ini Kendrick melewati jalanan yang cukup sepi dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun
Muti masih menemani Rania hingga wanita itu mulai berdamai dengan apa yang terjadi. Dirinya pun ikut membantu menjaga Noah dengan mengajaknya bermain atau sesekali menyuapinya walaupun Rania kerap kali menolak tawaran Muti yang ingin menjaga Noah karena tidak mau merepotkan wanita tersebut.Noah saat ini sudah tidur dan inilah saatnya Rania duduk santai bersama Muti di teras rumah sambil memandangi pepohonan kecil yang berada di taman depan rumah Rania. "Ran, Dinar sudah tertangkap apakah kamu akan mencari bukti untuk Farhan juga?" tanya Muti mengawali pembicaraan setelah beberapa saat lalu mereka hanya saling diam. Rania menoleh sekilas ke arah mutih lalu fokus kembali ke depan sambil tersenyum getir. "Dinar dan Farhan adalah sepaket, mereka selalu melakukan sesuatu bersama tidak mungkin hanya Dinar yang akan mendapatkan hukuman sementara Farhan berada di luar sana bebas berkeliaran. Bukankah jika aku biarkan ini terjadi akan termasuk ketidakadilan?"Muti mengangguk-anggukkan kepal
Kabar mengenai Dinar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka sudah tersebar ke mana-mana, termasuk di perusahaan semua karyawan sudah mengetahuinya dan sedang membicarakan mengenai Dinar. Farhan yang merasa dirinya tidak aman, memutuskan untuk tidak tampil di depan publik karena ia tahu akan mendapatkan ribuan pertanyaan dan juga tuduhan yang mengarah kepadanya. Sebenarnya Farhan juga terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini tidak hanya memanfaatkannya saja. Ia tidak tahu bahwa yang dilakukan oleh dinas selama ini memiliki motif tersendiri bukan hanya ingin mengejar harta. Farhan yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti apa yang rencanakan oleh Dinar sehingga dirinya mempunyai kemungkinan untuk terseret bersama wanita itu. "Selama ini ternyata Dinar memiliki dendam tersendiri kepada papa Rania dan aku tidak tahu sama sekali. Aku seperti boneka yang sedang dimainkan oleh Dinar untuk melancarkan rencana yang sudah disusunnya." Farhan mengerang kesal sambil menendang barang
Rania terduduk sambil menatap ke arah Dinar yang berhadapan dengannya. Tatapan Dinar seakan ingin mencengkeram Rania dan melahapnya. Mereka berdua sama-sama saling bertatapan tajam. Dinar yang tidak suka melihat Rania karena telah lebih unggul darinya, merenggut kewarasan ibunya walaupun ia menduga papa Rania yang melakukannya di mana tidak ada sangkut pautnya dengan Rania, serta membuat Farhan terus memikirkannya."Sampai kapan kamu menatapku seakan ingin memakanku hidup-hidup. Bukankah di sini akulah yang harus marah kepadamu yang berusaha membunuhku serta kejahatanmu terbukti telah merencanakan kecelakaan papaku?" tanya Rania dengan alis terangkat sebelah. Wanita itu berusaha untuk senang dan tidak tetap provokasi ke dalam keadaan. Tanpa diduga Dinar secara tiba-tiba tertawa lalu matanya menatap Rania horor. "Apakah kamu tidak bosan bersikap seolah kamulah yang paling menderita di sini?" tanya Dinar dengan senyum miringnya. "Aku tidak merasa melakukannya untuk apa bosan? Bukankah
Kendrick berjalan terburu-buru setelah mengetahui apa yang terjadi pada Rania. Saat ini ia berada di kantor polisi setelah mengetahui perbuatan Dinar yang berusaha mencelakakan Rania. Dari kejauhan Kendrick melihat Rania yang duduk bersebelahan dengan Farhan. Farhan terlihat berupaya menghibur Rania yang sejak tadi terdiam sambil menatap lurus ke depan. "Ran, kamu minum dulu." Farhan memberikan sebotol air mineral yang dibelinya tadi. Rania tidak menjawab dan hanya diam karena masih syok akan kejadian yang baru saja menimpanya. Tidak terbayang olehnya bila Rania tidak berlari menjauh dari Dinar. Bayang-bayang dirinya masuk ke dalam rumah sakit bahkan harus meninggalkan dunia ini membuatnya langsung menggigil takut. Bukan kematian yang ditakutkannya, melainkan Noah yang akan kehilangan dirinya. Noah masih membutuhkannya."Aku tidak akan membiarkan Dinar bebas begitu saja setelah—""Orang yang membunuh orang lain demi kekayaan berbicara seakan-akan ingin melindungi orang lain." Kehad
Farhan tanggal sibuk menatap ke layar laptopnya untuk memeriksa beberapa pekerjaan yang sudah diselesaikannya sebagai tahap finishing sebelum melakukan rapat besok. Selain matanya yang sibuk menatap layar laptop telinganya pun terus mendengar sekretaris yang membacakan agenda besok pagi."Apakah meeting untuk besok pagi sudah dipersiapkan, saya tidak mau ada kekurangan dan membuat klien marah." Farhan tanpa menatap menunjuk ke arah sekretaris yang sambil menggoyangkan jari telunjuknya tersebut. "Sudah saya persiapkan semuanya."Farhan mengangguk. "Bagus. Kamu boleh pergi," titah Farhan.Sebelum sekretaris aku keluar dari ruangannya Farhan mampu menghentikannya. "Sebentar ada ingin saya tanyakan," panggil Farhan kepada sekretarisnya yang sudah berada di ambang pintu.Langsung saja sekretaris tersebut berjalan ke arah Farhan dan berdiri di hadapannya. "Apa yang ingin bapak tanyakan kepada saya?" Farhan membasahi bimbingan air liur berpikir dua kali untuk bertanya hingga pada akhirnya