Gabriel merasakan tidur yang luar biasa nyenyaknya dan membuat bibirnya kembali tersenyum. Ia baru saja mend*sah saat merasakan adik kecilnya mulai bergetar. Dan getaran itu membuat h*sratnya naik dengan sangat cepat, saat ia merasakan basah di sana. Pijatan dan elusan yang sangat lembut pun membuat pipi pria itu menjadi memerah dan kedua matanya terbuka lebar, saat ia menyadari kalau ia tidak bermimpi!Di bawah sana, di antara kedua kakinya, tampak kepala berambut kemerahan sedang menjamah adik kecilnya dengan seenaknya. Kedua mata hitam Gabriel melotot dan mengerjap cepat. Suaranya sangat serak saat ia akhirnya bisa berbicara lagi setelah kekagetan itu. "Kat...?"Menengadahkan kepalanya, Kat memberikan jilatan terakhir dan senyuman miring terlihat di bibir wanita itu. "Bagaimana service-ku? Apakah kamu puas, daddy?"Masih tertegun, Gabriel hanya dapat tergugu saat wanita itu merangkak menaiki tubuhnya dan mulai memberikan ciuman penuh n*fsu pada dirinya, yang hanya bisa membalasnya
Teriakan dari Jeanette tampak membuat raut muka Ricard mulai menggelap."Nona Patrick! Saya tidak mentolerir-""Ricard. Apakah meeting Tuan Hamilton sudah semua di hari ini? Atau akan ada janji temu lainnya?""Ah! Tidak Nyo- Nona Reynolds. Tuan Hamilton sudah selesai dengan semua meetingnya. Rencananya hari ini memang beliau ingin pulang tepat waktu."Kepala Kat mengangguk dan ia menyerahkan serentetan kunci yang langsung diterima Ricard dengan sopan."Setelah aku pikir lagi, aku butuh bantuanmu untuk mengambil barang yang tertinggal di mobil. Ada kotak yang cukup besar di kursi belakang. Aku minta kamu membawanya ke sini.""Baik, Nona Reynolds. Saya akan segera mengambilnya."Instruksi yang diberikan Kat pada Ricard semakin membuat Jeanette berang dan mulai melupakan sopan-santun yang sangat ia jaga selama ini. Selama mendampingi ayahnya, wanita itu selalu berusaha bersikap profesional dan ia juga memiliki kemampuan berbisnis yang cukup mumpuni. Tapi entah kenapa, munculnya kehadiran
"Apollyon. Apa kabar?"Sapaan itu membuat pria yang tadinya menyender sambil melamun di pojokan sangat terkejut. Pria itu perlahan bangkit dari posisinya dan membuka lipatan tangan di d*danya. Kedua mata kristalnya terlihat menajam saat ia menatap sosok wanita yang saat ini tengah memandanginya, tepat di matanya.Keduanya bertatap-tatapan sejenak dalam keheningan. Terlihat kedua mata Apollyon menelusuri wajah dari wanita di depannya, demikian pula sorot Kat yang memandanginya cukup intens.Jantung pria itu mulai berdebar-debar aneh saat ini dan ia merasakan sesuatu yang tadinya belum pernah dirasakannya sebelumnya. Matanya mengerjap cepat dan ia terlihat menelan ludahnya."Kau bisa melihatku?" Suara yang keluar dari tenggorokannya serak, seperti bukan suaranya sendiri.Melihat sesuatu dalam sorot pria itu yang justru tidak disadari oleh orang itu sendiri, Kat tersenyum miring."Tentu saja aku bisa melihatmu."Kata-kata halus keluar dari mulut Kat, membuat detak jantung Apollyon semaki
Dalam ruangan kerja Hamilton, tampak ayah dan anak yang sedang berbicara serius. Gabriel memandang anaknya yang sudah beranjak remaja. Tanpa terasa, anaknya yang paling bandel telah berumur 16 tahun. Padahal sepertinya baru kemarin ia memangku-mangku anak ini yang masih bayi dulu."Kamu sudah yakin akan melakukan ini, Ev?""Ya, papa. Aku mau mencoba untuk bekerja part time secara profesional sekarang. Dulu-dulu aku selalu memilih bekerja di cafe-cafe kecil atau pun toko-toko kelontong, tapi sekarang aku ingin mencoba melamar di perusahaan yang lebih besar."Menyender di kursinya, Gabriel melipat kedua tangannya di depan d*da. "Dengan usiamu sekarang, aku tidak yakin akan ada perusahaan yang mau mempekerjakanmu, Ev. Kalau sampai ada yang mengetahui usiamu sebenarnya, mereka bisa terkena pasal mempekerjakan anak di bawah umur. Akan cukup sulit menemukan perusahaan yang mau menerimamu, karena tidak seperti cafe atau toko kelontong, perusahaan besar biasanya akan melakukan cek referensi
Malamnya, tampak Gabriel dan Kat bergelung di dalam selimut. Pria itu mengelus-elus rambut isterinya dan Kat mengelus d*da suaminya yang berbalut kaos tidur. Sejenak benak keduanya berkelana, sampai akhirnya kesunyian itu dipecahkan oleh Gabriel."Kamu kaget dengan keputusan Ev?"Pertanyaan itu membuat Kat mend*sah dan ia akhirnya memutuskan untuk merubah posisinya. Wanita itu duduk menyender pada kepala tempat tidur. Hal yang dilakukan Kat diikuti oleh Gabriel.Tampak kepala Kat menunduk dan memandang tangan di pangkuannya."Kat? Kamu kecewa dengan keputusan Evan?"Setelah beberapa saat, kepala Kat menggeleng. "Tidak. Aku tidak kecewa, Gabe. Aku selalu menduganya, terutama karena Declan pun telah mengatakan hal yang sama padamu 2 tahun yang lalu. Tapi aku memang mulai merasa sedih."Menunduk untuk mengecup pipi isterinya, Gabriel mengusap kepala wanita itu."Kenapa kamu sedih?""Aku sedih karena itu berarti Evan akan meninggalkan kita juga, Gabe. Declan telah melakukannya sejak 2 tah
"Kamu berencana untuk mengambil magang di Amerika?""Iya, pap. Aku sudah mendaftar ke beberapa tempat, meski memang ada satu tempat yang aku mau.""NAMAC Inc.?"Kepala Declan mengangguk. "Ya. NAMAC Inc. Perusahaan itu sangat terkenal reputasinya, tapi sangat sulit untuk tembus ke sana. Oh ya, pap. Kalau tidak salah, pap juga pernah kerja di sana, kan?"Sorot mata Gabriel menajam saat menatap anaknya. "Jangan harapkan papa untuk membantumu, Dec. Karena itu bukan perusahaan papa dan pantang bagi papa, memanfaatkan koneksi untuk keluarga.""Tidak. Tidak. Aku tidak akan meminta papa melakukannya, kok. Aku hanya ingin tahu, seperti apa pemilik perusahaan itu. Aku berencana untuk mengirimkan email lagi ke sana berisi permohonan magangku. Kalau aku cukup tahu karakter orangnya, mungkin aku bisa membuat surat yang mempersuasi dirinya."Tampak Gabriel menyenderkan punggung di kursinya dan menyangga dagunya. Pria itu terlihat berfikir."Hmm. Terus terang, papa tidak pernah bertemu langsung deng
"Aku ingin mengajakmu bertaruh, Apollyon."Saat ini, Apollyon dan Gabriel sedang bermain catur di taman bunga pria berambut merah itu. Melihat dari posisi bidaknya, tampaknya ia yang akan memenangkan pertandingan ini."Bertaruh? Kau yakin?""Ya."Pria berambut merah itu terkekeh arogan. Ia memindahkan salah satu bidak dengan santai di depannya. Setelahnya, ia menyenderkan punggungnya santai di kursi dan mengangkat kedua tangannya sombong."Baiklah. Aku menyukai pertaruhan, karena aku selalu menjadi pemenangnya. Apa yang kau inginkan?"Kepala Gabriel mengangguk dan ia menggerakkan bidaknya di papan catur."Kalau aku memenangkan pertandingan ini, maka aku akan memberikan tepukan sayang di pipimu."Mendengar itu, kedua alis Apollyon berkerut. "Tepukan sayang? Apa itu?""Kau akan mengetahuinya saat aku memenangkan pertandingan ini. Bagaimana? Kau takut?"Tantangan yang menyebalkan itu berhasil menyulut kemarahan Apollyon. "Ayo! Siapa takut! Tapi sebaliknya, kalau aku yang memenangkan pert
"Benar dia tidak apa-apa, dokter?""Tidak ada gumpalan darah dalam kepalanya, Ny. Hamilton. Dan dari pemeriksaan, tidak ada retakan atau kerusakan yang parah karena kecelakaan itu. Tuan Hamilton hanya mengalami luka-luka luar saja. Ia cukup beruntung memiliki reaksi yang baik dan melakukan gerakan yang tepat. Jika tidak, mungkin saja akan ada cedera yang lebih fatal pada dirinya dan juga puteranya.""Tapi kenapa sampai sekarang dia belum sadar, dokter? Ini sudah hampir dua hari.""Kita hanya bisa berdoa saja, Nyonya. Karena meski secara medis tidak ada masalah tapi sebagai manusia, dokter juga punya keterbatasan. Dan yang perlu dingat, meski masih sangat bugar tapi Tuan Hamilton sudah berusia 60 tahun. Tentu fisiknya tidak akan sama dengan kondisinya 20 tahun yang lalu. Akan butuh waktu bagi tubuhnya untuk recovery yang kita juga masih memonitornya sampai dengan hari ini."Kepala Kat menunduk, dan ia kembali bertanya dengan suara pelan. "Apakah-"Belum juga kalimat Kat selesai, dari a