Share

Titipan Cinta Bentara
Titipan Cinta Bentara
Penulis: Arunika Clara

Cinta Pertama

Penulis: Arunika Clara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Cinta Pertama

Tangan pria itu berada dipucuk kepala Lara, samar dalam ingatan Lara apa yang saat itu dirasakananyya, apa yang saat itu terjadi, dia mendadak tidak mengenali dirinya, otaknya dipenuhi perasaan aneh tetapi sangat candu, sementara tubuhnya sesekali memaksa untuk menggigil tanpa terkendali.

“Are you ok?” Tanya Gaga, dari jarak yang sangat dekat sehingga Lara dapat merasakan hangat napasnya mengembus.

Gaga menurunkan tangannya ke tengkuk Lara, tanpa mengangkatnya dari permukaan kulit gadis itu, lalu memijat-mijatnya, Lara menggeleng pelan sebagai jawaban, gejolak yang ada di dalam diri Gaga semakin tak terbendung saat merasakan napas Lara tak beraturan. Gaga memangkas jarak antara mereka, segalanya bertemu tanpa perantara, tanpa dihalangi apapun lagi. Lara merasakan kehangatan menjalar dari ujung kaki hingga kepala, tetapi hal itu justru membuat tubuhnya semakin bergetar karena gigil.

“Demi Tuhan aku tidak pernah melakukan ini dengan siapapun sebelumnya, Ga.” Gumam Lara, matanya terpejam, tangannya mencengkram.

***

8 bulan sebelumnya …

Apa itu cinta pertama? Apakah cinta pertama adalah sosok yang pertamakali membuat jatuh cinta di dalam hidup? Lara mengingat-ingat saat pertama kali dia jatuh cinta yaitu saat usianya baru Sembilan tahun dan dia menyukai Fahri, teman sekelasnya yang masih ingusan itu. Lara kemudian bergidik itukah sebenarnya cinta pertama?

“Tidak mungkin.” Gumam Lara.

“Tidak mungkin apa, Ra?” Tanya Sela yang ada didekatnya.

“Eh, enggak.” Jawab Lara.

“Enggak enggak. Dasar aneh, kamu lagi mengkhayal lagi ya?”

“Aku lagi memikirkan cinta pertamaku, Sel.” Jawab Lara, akhirnya mengaku. “Apakah dia teman sekelasku waktu SD dulu, ya?” Lanjutnya.

Sela tertawa terbahak-bahak.

“Mana ada cinta pertama anak bau kencur.” Sergah Sela setelah mengakhiri tawanya. “Tuh cinta pertama kamu!” Lanjutnya seraya menunjuk salah seorang anak laki-laki yang sejak kelas satu SMA ditaksir oleh Lara.

“Ih, apaan, sih, Sel.”

“Hari ini adalah hari kelulusan kita, kamu tahu artinya?” Tanya Sela, Lara menggeleng. Sela mendengus kesal. “Itu artinya ini adalah kesempatan terakhir kamu nembak dia, atau kamu tidak akan pernah bisa bersama dia seumur hidup.” Jelas Sela.

“Uhuk.” Lara tersedak padahal saat itu dia tidak sedang makan atau minum apa-apa. “Masa aku yang nembak?” Protesnya.

“Ya, kan kamu yang suka.”

“Apa dia suka juga sama aku, ya, Sel?”

“Mana kutahu,” Sela mengendikkan bahu. “Makanya ditembak biar tahu.” Lanjutnya.

“Enggak, ah.”

“Itu artinya kamu siap buat gak akan bersama dia selamanya.” Tegas Sela.

“Lebih baik mungkin seperti itu.” Jawab Lara lesu.

Lara kembali mengalihkan pandangannya kepada Faldy, laki-laki yang sejak kelas satu disukainya. Tidak ada yang menarik dari laki-laki itu, perawakannya kecil, kulitnya gelap, dia juga bukan siswa popular di sekolahnya mungkin dia cuma memiliki satu-satunya kelebihan yaitu jago pelajaran matematika. Selebihnya, tidak ada. Seharusnya Lara dengan mudah bisa mendapatkannya, namun selama tiga tahun Faldy tidak pernah melirik Lara sama sekali.

“Apa aku tidak menarik, ya, Sel?” Tanyanya, dia menoleh ke samping dan ternyata Sela sudah tidak ada lagi di sisinya.

Hari itu adalah hari kelulusan di SMA Lara, teman-temannya sedang sibuk membicarakan kampus-kampus dan jurusan-jurusan yang hendak mereka masuki di universitas nanti. Namun berbeda dengan Lara, dia tidak akan nimbrung dengan obrolan teman-temannya itu karena Lara sudah membulatkan tekatnya untuk langsung bekerja setelah lulus SMA.

Hari sudah beranjak sore, acara itu telah tiba dipenghujung. Para siswa berpelukan satu sama lain sebelum akhirnya satu persatu dari mereka meninggalkan lapangan sekolah dan keluar melalui gerbang. Lara berpelukan lama sekali dengan Sela, sahabatnya yang meski setiap kali semester ada rolling kelas, namun mereka berdua tidak pernah berpisah, selalu satu bangku selama tiga tahun. Sela bilang dia akan berkuliah di luar kota dengan jurusan seni lukis, Lara mengangguk antusias mendengar itu, dia benar-benar ikut senang dan dengan tulus mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya itu.

“Makasih sudah jadi sahabat terbaikku walaupun kamu sering aneh.” Ucap Sela setelah mereka saling melepaskan pelukan.

“Makasih juga sudah mau menjadi sahabat orang aneh ini, ya, Sel.” Jawab Lara. Mereka berdua tertawa sebelum akhirnya Sela pamit pulang duluan.

Sebelum pulang, Lara menoleh sekali lagi, melihat bangunan sekolahnya untuk yang terakhir kali.

“Selamat tinggal putih abu-abu, selamat tinggal Faldy.” Gumamnya, lalu menoleh dan melangkah menjauh dari sekolah.

***

Satu bulan setelah lulus sekolah Lara mendapatkan pekerjaan yang mengharuskan dirinya menetap di luar kota.

“Kenapa harus ke luar kota sih, Ra?” Tanya Ibunya, sesaat setelah Lara meminta izin. “Di sini banyak juga pekerjaan.’ Lanjutnya.

“Ya, karena pekerjaan itu punya jenjang karir yang lumayan untuk Lara yang Cuma lulusan SMA, Bu.” Jawabnya, “Memang benar di sini banyak pekerjaan, tapi untuk yang lulusan SMA, mentok-mentok cuma jadi karyawan supermarket.” Lanjutnya, menjelaskan.

“Memangnya pekerjaanmu nanti seperti apa?” Tanya ibunya.

“Jadi costumer service, Bu.”

“Tukang bersih-bersih kantor, gitu ya? kalau seperti itu apa tidak lebih baik jadi karyawan supermarket saja, Ra?”

“Costumer service itu melayani pelanggan di sebuah perusahaan, Bu. Misalnya, nih, kalau ada keluhan dari pelanggan atau pembeli, nah Lara yang melayani. Pelayanannya ada dua bu, secara langsung dan via jaringan.” Lara menjelaskan dengan hati-hati dan sedetail mungkin agar ibunya tidak salah arti. “Kalau yang ibu maksud itu namanya cleaning service, Bu.” Lanjutnya mempertegas.

“Habisnya sama-sama ada service-servicenya, sih.”

Lara tertawa sejenak.

“Jadi bolehkan, Bu. Lara merantau.” Tanyanya dengan memasang wajah memeles.

“Tanyalah, ayahmu.” Jawab ibunya, itu adalah sebuah jawaban akhir yang sebenarnya ibunya tidak setuju atas permintaan Lara.

Lara menelan ludah, dia selalu tidak yakin akan mendapat restu dari ayahnya. Selama ini, ayah Lara jauh lebih protektif dibandingkan ibunya. Lara biasa memaksa ibunya untuk membantunya membujuk ayahnya agar mendapatkan izin. Sedangkan untuk perkara kali ini, kemungkinan izin itu bisa dikantongi olehnya sangat tipis.

Lara melirik ke arah ayahnya yang dari tadi sibuk mengoreksi hasil ujian murid-muridnya di sekolah. Ayah Lara merupakan seorang guru honorer di salah satu sekolah menengah pertama negeri di kotanya. Lara masih mengurungkan ucapannya, meskipun sebenarnya ayahnya sudah mendangar percakapannya dengan ibunya.

“Yang penting kau bisa menjaga dirimu, hanya itu saja yang ayah minta.” Ujar ayahnya dengan tiba-tiba.

“Putri satu-satunya milik ayah kini sudah besar. Cepat atau lambat Lara akan meninggalkan ayah dan ibu untuk melanjutkan hidup sesuai dengan apa yang Lara impikan. Ayah tidak bisa mencegah jika yang kamu lakukan itu adalah hal baik.” Lanjut ayahnya, laki-laki itu meletakkan tumpukan kertas yang ada di tangannya, lalu memandang putrinya dengan senyuman yang terlihat sedih.

Lara tidak menyangka jika semudah itu mendapatkan izin dari ayahnya. Mulutnya seolah terkunci untuk berkata-kata, hanya matanya yang terlihat berkaca-kaca.

Bab terkait

  • Titipan Cinta Bentara   Lelaki Dengan Senyuman Termanis

    Setelah berhasil mendapatkan izin dari ibu dan ayahnya, Lara berangkat menuju kota tersebut menggunakan bus antar kota. Bus itu bergerak meninggalkan tempat di mana dia dilahirkan dan menghabiskan hari-hari selama 18 tahun di sana. Ibu dan ayahnya melepas Lara dengan tangan melambai-lambai, bus berjalan kian jauh, lambaian-lambaian tangan itu perlahan menghilang dan Lara menyeka matanya yang berembun.Bus itu memerlukan dua belas jam perjalanan untuk sampai ke kota tujuan. Lara yang beberapa kali tertidur sepanjang perjalanan, saat ini terjaga, matanya awas menyisir jalan, otaknya bertanya-tanya berapa lama lagi waktu yang harus dilalui untuk sampai ke tujuannya karena dia sendiri tidak tahu sudah berapa lama bus itu melaju.Tak lama kemudian bus itu memasuki sebuah terminal pemberhentian. Orang-orang bergegas untuk turun, termasuk Lara. Saat dia menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kota itu. Terdengar seseorang memanggil namanya.“Mbak Lara?” Seorang pemuda dengan kemeja flanne

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Titipan Cinta Bentara   Sebatangkara

    “Im sorry, Ga. Saya hanya berusaha menjaga wibawa kamu sebagai atasan di kantor ini.” Setelah rampung diketilk, kalimat itu dikirim ke nomor WhatsApp Gaga.“Saya hanya berusaha menjaga kamu yang lebih dari apapun di kantor ini.” Beberapa menit kemudian pesan balasan dari Gaga tiba dan berhasil mebuat Lara melengkungkan senyum.“Thank you, Ga.”“I need you.”“Saya akan meluangkan waktu untuk makan malam sebagai tanda permintaan maaf, gimana?”“Tentu saja saya bersedia, dengan senang hati, everytime you want. Ra.”***Malam itu Lara berjalan menuju ke arah mobil Gaga dengan balutan dress maroon dengan satu garis tali yang melingkar tak penuh di kedua bahunya. Rambutnya diikat sedikit lebih tinggi dari biasanya, menyisakan sedikit anak-anak rambut di dahi yang membuat wajah mungilnya nampak manis. Itu adalah penampilan tercantik Lara sejauh Gaga mengenalnya meski Lara hanya merias wajahnya dengan make up tipis.“Malam …” Sapa Lara sesaat setelah naik dan duduk pada bangkudi samping Gaga.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Titipan Cinta Bentara   Saat Langit Terasa Runtuh

    Cahaya mentari pagi menyeruak masuk menembus jendela kaca di dalam kamar Gaga. Lara menyipitkan kedua matanya, rekaman kejadian semalam masih terputar di kepalanya saat dia menoleh ke arah Gaga yang masih terlelap di sampingnya. Lara tahu dan sangat sadar bahwa pagi itu Lara terbangun sebagai dirinya yang baru, yang tak lagi utuh. Matanya seketika mengembun menyadari apa yang telah terjadi dan saat gadis itu teringat akan pesan ayahnya sebelum ia merantau ke kota ini, tangisannya pecah seketika.Seketika Gaga terbangun saat mendengar isakkan gadis di sampingnya. Tangannya segera merengkuh Lara untuk menenangkan.“Why, Ra? Kamu kenapa?” Tanyanya.Lara tak menjawab, gadis itu terlihat berusaha menghentikan isakannya yang justru terdengar semakin sendu.“I’m sorry, Ra. Aku menyakitimu, ya?” Gaga bertanya lagi.Lara menyentuh wajah pria itu lalu menggeleng perlahan.“I love you.” Gumam Lara.“I love you more.”Gaga menarik tubuh Lara, merapatkan apada dadanya dan memeluk gadis itu erat. I

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Titipan Cinta Bentara   Menyusun Hati yang Hancur 

    Lara larut terlalu dalam dalam lukanya. Gadis itu sama sekali tidak memilki persiapan apapun untuk menghadapi patah hati apalagi yang separah saat ini. Ternyata cinta pertamanya akan terjadi begitu singkat dan berakhir teramat sadis. Kadang-kadang gadis itu mengingat-ingat apa yang pernah dilakukannya di masa lalu sehingga seseorang tega menghancurkan hidupnya begini rupa. Lara merasa dibuang layaknya sampah setelah segalanya telah diberikan. Setelah satu bulan berlalu, Lara tak pernah masuk kerja dan tak pernah sekalipun mencoba menghubungi Gaga, meskipun pada dini hari saat ia tiba-tiba terbangun ia sangat ingin menghubungi Gaga ingin bertanya apakah tidak ada rindu setitik saja untuknya di hati Gaga, namun Lara ingat bahwa Gaga adalah manusia yang tidak memilki hati. Tidak ada lelaki yang tega memperlakukan wanita yang tak memilki salah apa-apa dengan begitu keji.Berat badan Lara turun beberapa kilogram dalam waktu satu bulan saja, gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya di a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Titipan Cinta Bentara   Jenggala

    Lara berubah menjadi gadis yang lebih dingin semenjak hatinya diporak-porandakan oleh Gaga. Dia tak pernah lagi peduli dengan beberapa lelaki yang tertarik padanya, termasuk dengan seorang pria bernama Bentara yang kerap kali disebut-sebut oleh Aria saat menggoda Lara. Bahkan untuk sedikit menanyakan secuil hal mengenai Bentara-pun Lara tak tertarik. Gadis itu seolah memilki semesta sendiri di dalam kepalanya, dia terlalu menikmati dunianya seorang diri dengan berpuluh-puluh puisiyang diciptakan, Lara merasa lebih hidup dan menemukan dirinya berada di titik yang dicari selama ini.Mungkin hanya Aria yang menjadi satu-satunya kawan Lara di kampus saat ini, itupun jika Aria bukan orang yang mudah bergaul pada semua orang, mereka berdua mungkin tidak akan mengenal apalagi berkawan. Meskipun kesulitan memiliki kawan di dunia nyata, Lara ternyata memilki banyak kenalan bahkan penggemar di media sosial berkat puisi-puisinya, karena itulah Lara tak pernah merasakan sepi.Sore itu menjelang p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Titipan Cinta Bentara   Jalan Penuh Puisi

    Pukul 21.00, seusai menyelesaikan semua tugas kuliahnya, Lara kemudian menepati janji untuk mulai merekam suaranya untuk kemudian dikirimkan kepada Jenggala. Tetapi Lara melupakan sesuatu, sebelum menutup telepon seharusnya mereka berdua memilki kesepakatan mengenai naskah apa yang harus dibacakan dan direkam Lara. Gadis itu kemudian bangkit dari duduknya dan bergegas mencari sebuah buku di mana biasa dia mencatat puisi-puisnya. Setelah beberapa lembar dibuka dan dibaca, akhirnya Lara berhenti pada lembar di mana puisi dengan judul “Jalan Penuh Puisi” pernah ditulisnya, Lara tak ingat jelas kapan ia pernah menulis puisi itu. Tapi menurutnya, puisi itu memilki makna yang dalam dan secara kebetulan mendeskripsikan bagaimana kedekatannya dengan Jenggala selama ini. Lara membacaranya beberapa kali dan mulai merekamnya.Jalan Penuh PuisiAku serupa melihat silet lelaki yang kukenali sejak lamaKetika itu aku berjalan di tenah rerimbunan pohon berdaun larik-larik puisiDengan tangkai yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Titipan Cinta Bentara   Turut Berbahagia

    Semenjak berita mengenai kedekatan Jenggala dan Jessica muncul di beranda utama platform, Lara semakinsadar diri akan posisi dirinya di dalam hidup Mas Gala. Bukan masalah perasaannya yang masih abu-abu pada Mas Gala, sejak dia merasakan hatinya tersenngat besi panas saat mengetahui kedekatan antara Mas Gala dan Jessica, Lara tahu ia telah jatuh cinta kepada pria itu. Persoalan ini adalah tentang perempuan itu, Jessica Audrey. Jessi, begitu sapaan akrab member platform untuk dirinya. Meskipun kehadirannya di platform itu tidak lebih lama dibandingkan Lara dan Gala, Jessi sudah meraup atensi besar dari pengguna platform itu. Karya tulisnya cerdas, kritis, akurat dan sangat nyaman dibaca meskipun saat membahas hal-hal berat sekalipun, semua tulisannya “berdaging”. Selain berprestasi, hal lain yang memang pantas untuk disukai daridiri Jessi adalah kebaikan hatinya, wanita itu ramah dan sangat humoris. Segala yang ada dalam diri Jessi adalah sebuah kesatuan yang lebih dari pantas untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Titipan Cinta Bentara   I Need You Now

    Sebanyak apapun aktivitas dan sesibuk apapun Lara di siang hari, gadis itu tetap saja menunggu momen-momen yang terjadi saat malam tiba. Tepatnya pada pukul 21.00 di mana itu adalah waktu biasanya Lara dan Mas Gala saling berbincang, kebanyakan membincangkan project mereka tetapi selalu diselengi dengan obrolan yang secara tersirat saling menunjukkan ketertarikan diantara keduanya. “Mas, kalau misalmya Mas Gala dan Kak Jessi benar-benar bersatu suatu hari nanti, siapa yang paling beruntung?” Tanya Lara pada Mas Gala di suatu malam. “Mungkin tidak ada yang beruntung.” Jawab Mas Gala. “Kok tidak ada?” Tanya Lara lagi. “Ya, menurut kamu apakah orang yang bersatu tanpa ada rasa itu terasa beruntung?” Jawab Mas Gala. Jawaban Mas Gala itu meskipun tidak gamblang, namun cukup jelas menegaskan bahwa antara dirinya dan Jessi tidak ada hubungan spesial. Tidak ada rasa suka di hati Gala untuk Jessi, mungkin Jessi pun begitu. Tentu saja pernyataan Gala itu melegakan hati Lara.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Titipan Cinta Bentara   Please Be My Girl

    Mungkin hanya Lara yang bisa merasakan patah hati dan jatuh cinta sekaligus. Sekali waktu dia bisa menangis sejadi-jadinya, bahkan di tempat umum sekalipun saat mengingat kembali Mas Gala. Mereka tidak pernah lagi saling mengirim pesan setelah memutuskan untuk berpisah, rasanya seperti hampir gila menjalani hari-hari tanpa orang yang bahkan sebelumnya pun keberadaannya seperti tak ada. Entah jenis cinta macam apa yang melanda Lara ini.Namun di waktu lain, Lara merasakan sangat dimabuk cinta dengan Bentara. Hampir setiap hari mereka menghabiskan malam-malam panjang dengan saling menc*mbu. Lara tak pernah merasakan kenikmatan seperti yang Bentara suguhkan pada tubuhnya, pada hatinya. Bahkan jika dibandingkan dengan Gaga, yang merupakan orang pertama yang menyentuh Lara, Bentara jauh lebih baik dari segi apapun."Ra?" Gumam Bentara, di atas dada Lara."Ya?""Udah bisa sayang aku?" Tanyanya."Aku udah sayang kamu sejak kita makan cookies." Jawab Lara lalu tergelak."Kenapa nggak kentara

  • Titipan Cinta Bentara   Apa yang Lebih Penting dari Masa Sekarang?

    "Mau pakai baju?" Tanya Bentara, namun beberapa detik setelah kalimat itu terucap Bentara mengutuk dirinya sendiri karena mengajukan pertanyaan bodoh semacam itu."Iya." Jawab Lara. Lalu hendak memakai bajunya namun Bentara menyadari hal yang janggal."Sorry." Ucap Bentara lalu menyentuh br* yang Lara gunakan, "Ini basah, Ra, nggak dicopot aja?" Lanjutnya.Lara sama sekali tak terlihat keberatan saat Bentara menyentuh bagian itu."Tapi aku nggak ada gantinya." Jawab Lara, saat ini gadis itu tanpa malu-malu menatap wajah Bentara."Nggak apa-apa, dilepas aja nanti bajunya di download pakai sweater jeans aku yang tebal jadi nggak kentara." Ucap Bentara, meski nampak salah tingkah dia berusaha menatap kembali wajah Lara yang merona merah. "Dilepas, ya?" Ucapnya dengan lembut lalu mengusap-usap permukaan kulit di sekitar br* itu."Iya." Jawab Lara sambil mengangguk, napasnya sudah tidak beraturan.Tangan Bentara bergerak, membuka kait br* di punggung Lara. Sesuatu yang tadinya merekat kenc

  • Titipan Cinta Bentara   Insiden Tokek

    "Apakah aku sudah benar-benar jatuh cinta pada Bentara?""Tidak, tidak! Tidak mungkin!""Tapi kenapa aku membiarkannya mencium tanganku?"Semua pertanyaan-pertanyaan itu dikeluarkan Lara untuk dirinya sendiri. Dia membanting tubuhnya di atas kasur, pikirannya melayang ke saat di mana Bentara mencium tangannya. Jantungnya kembali berdegup kencang, rasa bahagia terasa meluap-luap di dadanya. Itu pasti karena dia sudah jatuh cinta, kenyataan itu tidak mungkin lagi terbantahkan."Oh, apa yang aku lakukan, apakah ini sudah termasuk berkhianat?" Gumamnya.Lara langsung meraih ponselnya, dia segera mengetikkan sesuatu untuk dikirim pada Mas Gala, tak peduli pesan-pesan lamanya tak dibalas."I miss you, Mas. Kamu sebenarnya di mana?" Pesan itu terkirim ke nomor Mas Gala, dengan perasaan yang tak menentu Lara tetap menunggu balasan pesan itu. Lalu dia bertanya pada dirinya apakah isi pesan itu memang benar karena dia rindu, ataukah hanya rasa bersalahnya pada Mas Gala karena Lara telah berken

  • Titipan Cinta Bentara   Can I Kiss Your Hand?

    "Oh iya, hati-hati, ya. Jangan terlalu malam diantar pulangnya." Jawab ibu Lara."Iyaa tante."."Bu, Lara jalan dulu, ya.""Iya sayang."Mereka berdua kemudian memasuki mobil Bentara, lalu beranjak pergi. Ibu Lara baru menutup pintu rumahnya saat Lara dan Bentara sudah pergi."Kenapa tiba-tiba ngajakin ke luar?" Tanya Lara."Nggak apa-apa sih, cuman belum biasa aja." Jawab Bentara dengan jawaban yang menggantung."Belum biasa?" Tanya Lara."Belum biasa lama-lama nggak ngeliat kamu."Lara tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya diam dan memalingkan wajahnya ke luar jendela, berusaha menutupi pipinya yang memerah.Tak berselang lama akhirnya mereka tiba di kedai cookies yang dimaksud oleh Bentara."Yakin belum pernah ke sini?" Tanya Bentara saat mereka baru saja duduk di bangku pengunjung kedai itu."Belum." Lara menggelengkan kepalanya."Mau pesan apa dong?""Kamu aja yang pesenin, yang menurut kamu enak.""Siap, tunggu sini ya." Ucap Bentara lalu berdiri untuk memesan makanan.Tak lam

  • Titipan Cinta Bentara   Separuh Hati yang Tertinggal

    Bus itu mulai melaju, bergerak perlahan meninggalkan desa yang mengukir sejuta kenangan meski Lara hanya sejenak berada di sana. Lara selalu merasa bahwa ada sesuatu yang tertinggal meski sudah berkali-kali dia mengecek ulang barng-barangnya sebelum berangkat tadi, mungkin karena separuh hatinya sudah tertinggal dan menetap di desa itu selama-lamanya. Lara teringat akan seseorang yang membuatnya kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai mengetik sesuatu.“Mas Gala, kamu apakabar? Hari ini Lara pulang, Mas, pengaadian Lara di desa itu sudah selesai. Lara udah maafin kamu dan maaf karena Lara udah abaikan chat kamu berhari-hari. Lara mau perbaiki semuanya. Semoga setelah Lara udah nggak program relewan lagi, masalah-masalah yang muncul di hubungan kita selama aku program bisa mereda. Lara masih sayang, sangat sayang sama Mas Gala, tak ada yang berubah seperti pertama kali Lara jatuh cinta sama kamu.” Pesan itu dikirimkan ke nomor Mas Gala.Bersamaan dengan terkirimnya pesan it

  • Titipan Cinta Bentara   Kutukan

    "Buat Rachel, menurut aku kamu nggak pernah nyebelin, selalu baik. Buat Baham, kamu juga baik dan keliatan banget peduli sama semua orang di regu ini. Kalau Adrian, aku nggak tahu hal apa yang positif di kamu, tapi itu nggak bikin aku benci sama kamu meskipun kita sering berantem. Buat Bentara, please ya, lain kali kalo negur nggak usah pakai bentak-bentak. Kalau buat Jul, kamu jangan terlalu baik sama cewek soalnya cewek itu gampang baper." Tutup Aniya."Gila ya, unek-unek terpendam banget kayaknya, semua keburukan terkuak di sini." Cibir Adrian, "Tapi nggak apa-apa sih, bagus malah, Aniya yang paling jujur. Bisa dicontoh nih " Lanjutnya."Adrian, kamu tahu nggak sih no interupsi? Ya udah kayaknya dari tadi udah mau ngomong kan, silakan sekarang giliran kamu." Ujar Lara."Kalau aku sih nggak akan banyak ngomong, cuma mau berterima kasih sama memohon maaf sebanyak-banyaknya sama kalian semua." Ujar Adrian."Yee sekali nggak disuruh ngomong nyerocos terus sekali di suruh ngomong pelit

  • Titipan Cinta Bentara   Kesan dan Pesan

    Waktu ternyata benar-benar tak terasa jika kita terus bercakap-cakap sepanjang perjalanan. Akhirnya mereka semua tiba di rumah Pak Sepuh pada pukul sebelas malam. Di desa Mandala, orang-orang tidak perlu mengunci pintu rumahnya karena desa itu aman dari maling. Karena itulah mereka semua tidak perlu repot-repot harus membangunkan Pak Sepuh dan Bu Marta untuk bisa masuk ke dalam rumah.Mereka segera membersihkan diri, meskipun sudah mencoba sekuat tenaga untuk tidak berisik agar tak mengganggu Pak Sepuh dan Bu Marta tapi akhirnya mereka berisik juga apalagi saat Aniya bertemu dengan Adrian dan saling berebut untuk mendahului masuk ke kamar mandi.Semua lelah seakan sudah mencapai puncaknya saat itu, sehingga mereka semua jatuh tertidur tak lama setelah badannya tersentuh kasur.Lara yang sudah hampir tertidur melirik ke arah ponselnya yang bergetar dan itu adalah panggilan dari Mas Gala. Dalam keadaan setengah sadar Lara mengambil ponselnya dan menyentuh tombol reject, lalu jatuh terti

  • Titipan Cinta Bentara   Playboy Kelas Kakap yang Tak Pernah Pacaran

    Itu adalah destinasi terakhir dalam trip perpisahan mereka. Sebenarnya Bila sudah mengusulkan untuk menambah satu hari lagi karena masih banyak destinasi wisata lain di tempat itu yang belum mereka kunjungi. Tetapi Lara tak bisa lagi, tubuhnya sudah tidak kuat untuk menambah liburan yang melelahkan itu meskipun cuma satu hari.Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saat itu ke desa Mandala. Saat mereka mulai beranjak, malam baru saja jatuh sempurna di belahan bumi tempat mereka berpijak."Pelan-pelan aja, guys. Jangan ada yang ngebut ya. Yang penting kita bisa sampai tujuan dengan selamat." Baham memberi instruksi kepada teman-temannya sebelum mereka berangkat.Di perjalanan pulang itu, mereka tidak selalu berada dalam jarak berdekatan seperti saat pergi. Itu karena semuanya sudah hafal jalan pulang tidak seperti saat mereka berangkat.Performa Aniya dalam berkendara semakin menurun. Dia beberapa kali hampir celaka, untung tak ada teman-temannya yang lain yang melihat selain Lara yan

  • Titipan Cinta Bentara   Destinasi Selanjutnya

    Sesampainya di sana, nenek Adrian ternyata tidak ada di rumahnya. Beruntung waktu itu tante Adrian yang rumahnya bersebelahan dengan neneknya sedang berada di rumah. Jadi, mereka beristirahat dan memasak makan siang mereka di sana.Mereka di sambut dengan anj*ng yang terus menggonggong saat hendak masuk ke dalam rumah itu. Lara yang memiliki trauma dengan hewan itu karena pernah dikejar hingga tersungkur waktu kecil, menjadi sangat takut saat hendak masuk ke rumah tante Adrian. Lara terus-menerus meremas baju Aulia dari belakang."Ra, ambilin charger aku dong di motorku." Celetuk Bentara dengan entengnya, tentu saja Bentara tahu Lara takut dengan anj*ng dan dia ingin menggodanya."Dih, kenapa jadi aku yang disuruh." Jawab Lara."Bukan nyuruh, Ra. Aku minta tolong." Ujar Bentara."Aku takut keluar, Ben. Hp aku aja low juga tapi aku tapi nggak apa-apa dari pada aku harus ketemu anj*ng itu." Jawab Lara.Bentara tertawa terbahak-bahak dan dengan gemas dia mengacak-acak rambut Lara. Bila d

DMCA.com Protection Status