Share

BAB 35

Penulis: H. Putri Hadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-07 21:01:08

"Halo Zia, tolong datang kerumah Cassandra bersama dokter Aisyah." Ucap Ahmad melalui sambungan telepon.

"Maaf kak kenapa? Aku dan dokter Aisyah masih ada jam praktek mungkin satu jam lagi. Ada apa? Apa kak Sandra ada kontraksi?" Tanya Zia.

"Iya Sandra mengeluh sakit perut, mulas dan ada bercak darah." Ucap Ahmad panik.

"Bisa kakak hitung jarak antar kontraksi dan durasi kontraksi berapa lama?" Ucap Zia berusaha tenang.

"Baik, aku akan kabari lagi nanti. Jangan sampai kamu susah dihubungi ya Sayang. Aku benar-benar panik." Ucap Ahmad jujur.

"Baik kak, Assalamualaikum." Zia menutup sambungan telepon itu setelah mendapat balasan salam dari Ahmad.

Cassandra memang tidak memiliki komplikasi apapun di akhir kehamilannya. Sehingga dokter mengijinkan ia untuk menjalani proses melahirkan secara normal di rumah. Medical check up nya bagus dan kondisi mentalnya juga membaik. Terutama setelah ia menempati rumah barunya. Ia juga rutin berenang dan melakukan yoga serta mengikuti kelas ibu hamil ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 36

    Zia kembali ke Apartemen terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah Cassandra. Ia mengepak beberapa potong baju sekedar berjaga-jaga jika dibutuhkan untuk menginap beberapa hari. Setelah dirasa cukup ia pun segera menyetir mobilnya kerumah sang madu, Cassandra.Sekitar empat puluh menit mobil Zia sampai di pelataran rumah Cassandra yang cukup megah. Satpam membukakan gerbang untuk Zia, kemudian Zia pun segera memarkirkan mobilnya di tempat yang disediakan. Ia berjalan masuk menaiki anak tangga menuju pintu utama dan mengetuk pintunya."Assalamualaikum." Sapa Zia ketika pintu terbuka sempurna."Waalaikum salam, non Zia. Itu Nyonya Cassandra sudah semakin kesakitan, mengerang-ngerang sampai kasian liat tuan Ahmad dipukul dan dijambak tak bisa jauh dari nyonya. Nyonya tidak mengijinkannya." Jelas asisten rumah tangga Cassandra sembari mengantar Zia ke dalam kamar Cassandra."Oh, Zia akhirnya kamu datang. Cassandra lemas tidak mau makan apapun, hanya mengerang kesakitan dan kembali melemas sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 37

    Zia pov"Sekali lagi perhatianmu pada kak Sandra membuatku cemburu. Akankah aku mendapat perhatian yang sama seperti itu kak?" Gumamku."Bibi siapkan ya, nanti saya bawa ke kamar kak Sandra." Titahku pada bi Ijah."Baik non." Jawabnya seraya menyiapkan makanan untuk kak Sandra. Setelah siap aku mengantarnya ke kamar kak Sandra.Sekali lagi aku melihat kemesraan dan perhatian kak Ahmad pada istrinya yang baru saja melahirkan. Kak Ahmad memijat lembut kaki kak Sandra sambil berbincang-bincang ringan. Bayinya masih terus ia gendong seakan tak ingin melepaskannya. Jika aku adalah orang lain, mungkin akan mengira mereka keluarga yang sempurna. Tentu saja mereka memang keluarga yang sempurna meski aku telah ada di tengah-tengah kebahagiaan mereka. Merasa bersalah dan serba salah setiap melihat kebersamaan mereka.Dengan berat hati kulangkahkan kaki masuk ke kamar kak Sandra."Kak ini kamu makan dulu ya." Ucapku sambil meletakkan nampan di meja lipat yang diletakkan di atas ranjang kak Sand

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-09
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 38

    Cassandra povSakit yang muncul seiring dorongan dari bayiku ini rasanya sungguh luar biasa. Setelah menanti selama hampir enam tahun lamanya, akhirnya bayi yang selalu kusebut dalam setiap do'aku akan segera lahir di bumi. Jika beberapa hari lalu rasa takut yang selalu menghantuiku, kini saat kelahiran telah dekat justru aku merasa lebih optimis. Meski begitu ternyata rasa sakit akibat kontraksi membuat nafsu makanku hilang entah kemana. Alhasil kini aku cukup kepayahan. Alhamdulillah, Zia maduku memberiku cairan infus sehingga aku cukup bertenaga untuk mengejan. Meski hubungaku dengan Zia pasang surut kadang akur kadang tidak, aku akui Zia adalah tenaga medis yang profesional. Ia sangat perhatian, cekatan, dan detail dalam menangani pasien. Setiap rasa sakit muncul, aku hanya berusaha mengikuti naluri dan mulai mengejan. Zia dan dokter Aisyah memanduku dalam setiap proses kelahiran bayiku ini. Beberapa kali aku mengejan namun kepala bayiku belum juga keluar. Dokter Aisyah pun denga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 39

    Ahmad bersikukuh menjelaskan tentang kondisi Zia melalui sambungan telepon itu, namun aku memilih untuk tidak percaya pada kondisi Zia. Sepertinya terlalu mengada-ada. Aku juga pernah mengandung dan baru saja melahirkan malah. Tapi keluhan seperti Zia tidak terjadi sama sekali padaku. Mungkin ada beberapa orang yang memiliki kondisi kehamilan yang kurang baik namun aku rasa Zia bukan salah satunya, bukannya dia seorang bidan. Mana mungkin seorang bidan tidak bisa menjaga kondisi kehamilannya.Setelah menelepon Ahmad aku berusaha untuk menelepon orang tuaku, berharap mereka bisa menemani aku selama beberapa minggu kedepan. Setelah mengobrol lewat telepon akhirnya mamaku setuju menemani aku tapi papaku tidak bisa ikut karena pekerjaan."Esok mama akan datang, aku harus segera meminta bi Ijah menyiapkan kamar untuk mama. Emh sebaiknya kamar yang digunakan Zia saja. Letak kamar itu bersebelahan dengan kamarku jadi akan ada mama yang siaga membantuku siaga menjaga bayiku." Pikirku dalam ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 40

    "Bukannya ada kak Sandra meski aku nggak lagi bisa menemanimu,Kak?" Tanya Zia sambil mengerutkan dahi."Sayang, kamu dan Sandra sudah hadir dalam hidupku. Tidak mungkin aku sanggup untuk terpisah dari kalian. Kamu memiliki kedudukan yang sama seperti Sandra, maka jika aku sampai kehilanganmu aku nggak sanggup membayangkan. Sudah ah, capek sendu-senduan. Sekarang kamu tidur ya." Ahmad mengecup seluruh wajah Zia sebelum membiarkan istrinya itu tidur. Sekali lagi, Ahmad menenangkan hati dan mengukir senyum di bibir Zia.***Pagi itu Ahmad dan Zia tengah sarapan di rumah sakit sebelum pulang ke rumah Cassandra. Ahmad membeli makan di kantin klinik sedangkan Zia memakan jatah makan paginya yang hambar."Assalamualaikum, selamat pagi, lagi sarapan ya?" Dokter Aisyah datang dan menyapa Zia. Zia dan Ahmad pun membalas salam dokter cantik itu."Zi, kamu pulang hari ini ya? Yakin kamu nggak mau bed rest di sini aja dulu. Kondisimu tuh belum cukup bagus." Tanya dokter Aisyah khawatir."insyaAlla

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 41

    Ahmad mengiringi Zia menuju ke kamar tempat Zia akan tinggal sementara waktu. Namun didepan kamar,"Itu kamar ibuku, pergilah ke kamar atas!" Perintah Cassandra dengan acuh."Sayang, kasian kalau Zia harus naik turun tangga." Ucap Ahmad sedikit kesal dengan tingkah Cassandra yang semakin kekanakan."Tidak apa-apa kak, toh aku tidak akan banyak keluar kamar. Aku kan masih harus bed rest." Ujar Zia menengahi."Kamu yakin, Sayang?" Ahmad masih kurang yakin akan keputusan Zia.Zia mengangguk pasrah, sedangkan Cassandra memalingkan wajahnya. Ahmad memapah Zia menaiki satu persatu anak tangga hingga menuju lantai dua. Zia memilih kamar paling ujung yang memiliki balkon."Kamu suka kamarnya, Sayang?" Tanya Ahmad."Ya, lumayan aku bisa duduk di balkon kalau aku bosan." Ucap Zia dengan senyuman tipis."Aku tahu kamu kesal dan kecewa dengan sikap Cassandra. Tapi aku sangat bersyukur, kamu bisa tenang dan sabar menghadapinya." Ucap Ahmad sembari mengelus kepala Zia. Zia hanya tersenyum tipis, be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 42

    Ahmad mulai melangkah ke arah kamar Cassandra, sayup-sayup terdengar Cassandra tengah membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dari gawainya dengan isakan disela-sela nya. Ahmad mengintip dari sela pintu yang tidak benar-benar tertutup. Dapat ia lihat dengan jelas bahwa Cassandra tidak sedang baik-baik saja. "Aku kira setelah kelahiran anak kita, kamu akan berangsur membaik, Sayang. Namun nyatanya, rasa sakit mu tidak juga sembuh dengan kehadiran bayi kecil kita yang cantik jelita." Gumam Ahmad dalam hati."Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, belum tidur Sayang?" Ucap Ahmad seraya masuk dan mendekati Cassandra. Kecupan hangat yang cukup lama ia berikan di puncak kepala Cassandra, agar Cassandra merasa nyaman dan disayangi."Aku menunggumu, bayi kita sudah tidur setelah menyusu, namun biasanya ia akan terbangun lagi selang beberapa jam." Cassandra menjelaskan tentang bayinya." Kamu lelah? Istirahatlah, selagi bayi kita tidur. Nanti jika ia bangun aku akan berusaha menjaganya dulu, ji

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 43

    Cassandra povSemenjak lahir putri cantikku kurang mendapat perhatian dari ayahnya. Jangankan kasih sayang, namapun belum diberikan oleh Ahmad. Saat hendak mentahnik bayiku, mendadak Zia malah pingsan dan membuat kehebohan sehingga aku harus mengurus bayiku sendirian di malam pertamanya hadir di bumi. Alhamdulillah, keesokkan harinya Mamaku datang dan memberikan cukup banyak bantuan tenaga juga suport untukku. Keberadaan Zia dirumahku membuat perhatian Ahmad terbagi, apalagi menurut mereka kehamilan Zia cukup beresiko. Ditambah dengan kebangkrutan usaha Ahmad, membuat putriku semakin tersisihkan. Esok Rencananya acara aqiqah dan pemberian nama untuk putriku yang cantik.Aku menjual semua perhiasanku, kebetulan penjualnya adalah temanku. Ia kuminta datang ke rumahku untuk proses jual belinya. Setelah proses selesai aku mendapat uang tunai cukup banyak. Aku berniat membuat open house di rumahku ini dan mengadakan pesta besar-besaran untuk aqiqah putri cantik yang telah kunanti kehadiran

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12

Bab terbaru

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 55

    Zia meraup udara sebanyak yang ia bisa. Rasa sesak dan menghimpit dada mengingat luka yang berusaha ia sembuhkan selama berbulan-bulan kebelakang. Tak berani menatap wajah kakak-kakaknya, Zia terpekur menundukkan kepalanya. "Kita pasti dukung kamu Zi, Insyaallah." Layla menggenggam tangan Zia."Beri Zia sedikit waktu lagi untuk berpikir Kak." Lirih Zia. Ia menggigit bibirnya hingga tercium bau besi karena darah yang tak sengaja keluar dari luka gigitan itu. Sungguh Zia bertahan agar air mata tak luruh di depan kakak-kakaknya."Jangan menyiksa diri Dek, kamu berhak bahagia." Salwa menguatkan sang adik."Toh kalian sudah bercerai, dan masa Iddahmu juga telah berlalu. Saatnya kamu berdamai dengan keadaan dan segera meresmikan perceraian kalian di pengadilan." Shofiyyah ikut menambahkan."Aku masih belum siap Kak, maaf." Bantah Zia masih tertunduk lemah."Pikirkan sekali lagi, Zi. Kakak-kakakmu ini tidak menginginkan yang macam-macam. Mereka ini ingin agar kamu juga ada yang menjaga. Aya

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 54

    Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Setelah menyelesaikan segala pembagian waris dan menyusun rencana awal untuk pembangunan pesantren dan masjid kelima bersaudara itu mengajak para suami mereka bergabung lagi."okay kita ajak para suami gabung deh yuk.. biar mereka juga tahu dan dukung semua yang udah kita rencanakan." Ucap Salwa."Bang, yuk gabung lagi sini. Kita udah kelar musyawarahnya." Pangil Layla pada suaminya.Zia dan Bilqis masuk ke dalam rumah untuk membuat minuman hangat dan mengambil sisa cemilan yang bisa menemani mereka menghabiskan malam dengan obrolan panjang dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan keluarga mereka. "Nih kak, coklat hangatnya. Sama tadi didalem tinggal sisa ini doang makanannya." Zia menyodorkan nampan berisi coklat hangat dan bolu kukus buatan Bilqis."Oke, secara garis besar gitu lah bang. Rencana kita soal tanah Ayah yg di desa itu." Jelas Shofiyyah pada para suami."Makasih dek." Salwa tersenyu

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 53

    "Anak-anak udah tidur semua Kak." Ucap Zia sekembalinya dari mengecek ruang tengah yang menjadi kamar tidur darurat tempat seluruh keponakannya tidur. Tak lupa zia menyalakan difuser dengan aroma lavender agar para pasukan kecil tidur nyenyak dan terbebas dari nyamuk. "Ya udah yuk kita langsung saja ke intinya. Ada beberapa hal yang akan kita bahas sekarang." Ucap Layla pada semua orang yang kini duduk berkeliling di meja makan yang sengaja digeser ke taman samping untuk acara bakar-bakaran tadi. Di belakang mereka alat barbeque sudah dipadamkan.Setelah mendapat anggukan dari seluruh keluarga, Layla mempersilahkan suaminya, Zahfran untuk menggantikannya berbicara."Jadi gini dek, sebelumnya kenapa aku kumpulkan kalian semua disini salah satunya adalah karena wasiat almarhum Bapak. Karena kebetulan saya yg ada didekat beliau ketika beliau hendak berpulang dan beliau berpesan untuk saya sampaikan ini kepada kalian semua." Zahfran menghela nafas sejenak kemudian melanjutk

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 52

    Author POVSemenjak kepergian buah hatinya, Zia memutuskan untuk pulang kerumah almarhum orang tuanya. Ia menempati kamar lamanya, dan tinggal bersama kakaknya, Bilqis. Seluruh barang di apartemen juga diangkut kerumah itu. Hari demi hari, bulan demi bulan Zia mulai bangkit dari keterpurukannya dan berusaha menata hidupnya saya hampir berantakan semenjak kehilangan bayi laki-lakinya itu. Bilqis terus menguatkan sang adik agar bisa kembali menghadapi hidupnya dan mengikhlaskan kepergian Hamzah. Meski berat namun usaha dan do'a Bilqis membuahkan hasil."Zi, yuk sarapan terus siap-siap karena kita sekeluarga mau ngumpul disini buat diskusi. Kita harus belanja buat bikin makanan dan cemilan yang banyak. Soalnya pasukan kita kan banyak hehehe." Ajak Bilqis pada Zia."Iya Kak." Jawab Zia singkat dengan senyuman merekah. Tentu Zia sangat senang menyambut kakak-kakak yang sangat menyayanginya dan para keponakannya yang lucu-lucu. Zia dan Bilqis cukup sibuk hari itu membuat beraneka ragam kuda

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 51

    Ahmad povAku melangkah lebar menjauh dari ruang inap Zia. Setengah berlari kulangkahkan kaki keluar rumah sakit, berjalan terus menjauh sambil terus beristighfar dalam hati. Mungkin setengah jam sudah aku terus berjalan tak tau arah hingga sampai di alun-alun kota. Aku melamban menyadari telah cukup jauh berjalan, aku putuskan masuk ke masjid di sebrang alun-alun. Menapaki tangga sambil mengamati sekitar.Nampak keluarga kecil bahagia, sang ibu memegang sekantung jajanan yang disuapkan bergantian kemulut anak-anaknya. Sedangkan si bapak duduk sambil berceloteh menceritakan sesuatu yang diperhatikan sangat oleh istri dan kedua anaknya. Bahagia, diiringi tawa disela cerita si bapak. Pemandangan yang syahdu dikala hati ini tengah remuk redam mendapati berita yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.Kotolehkan pandanganku kearah lain, nampak gadis-gadis muda bercengkrama sesamanya. Disudut lain, sepasang pasangan tua yang tengah saling menopang menaiki tangga bersama dengan senyum mengemb

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 50

    Malam menjelang, kini tinggallah aku dan suamiku di ruang rawat inap ini. Masih dalam suasana yang sulit digambarkan, antara sedih, senang, dan khawatir. Namun satu hal pasti yang aku berusaha yakini, bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku kini ialah kehendak Allah. Qodarullahu wa masya'afala, maka aku hanya berusaha menerima apapun yang akan terjadi padaku maupun pada bayiku. Meskipun kondisi bayiku tak banyak perkembangan namun aku masih sangat berharap ia bisa bertahan dan hidup menjadi anak yang shaleh. Tak banyak harapan yang aku inginkan untuk bayi kecilku itu. Cukup hidup dengan keimanan yang teguh, sehingga bisa menentukan langkah yang benar dalam hidup ini. Tahu batas halal dan haram sehingga tidak mengambil jalan yang salah bahkan menerjang yang haram demi mengejar sesuatu yang melekat sifat dunia padanya."Sayang, tidurlah. Jangan terlalu lelah nanti asi kamu sulit keluar, katamu ingin membuat stok asi untuk bayi kita." Ujar kak Ahmad mengelus kepalaku yg terbungkus bergo

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 49

    Zia povAzizah satu kata yang melekat pada diriku, ia adalah namaku. Satu-satunya hadiah terindah dari almarhumah ibuku. Beberapa hari setelah melahirkanku ia meninggal dunia karena komplikasi pasca melahirkan. Setelah kepergian ibuku, Ayah dan kakak-kakakku lah yang memberiku kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. Aku tak pernah merasa kekurangan sedikitpun selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis periang karena begitulah karakter yang dibangun oleh keempat kakakku.Dibesarkan oleh seorang ayah pekerja keras membuatku menjadi seorang gadis mandiri dan cukup cakap dalam mengatasi masalah. Semua sifat dan kepribadianku tak lain adalah didikan ayahku yang keras dan tegas namun juga penyayang. Ayah seorang pengusaha kecil dibidang travel umroh. Ia membangun usahanya dari bantuan modal seorang temannya. Ayahku sempat mengalami kolaps ketika itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Aku terancam tidak kuliah, padahal aku sangat ingin menjadi seorang bidan. Pekerjaan yang ku

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 48

    "Sayang, jangan sia-siakan kesempatan ini karena kali ini aku sangat bersemangat untuk menyambutmu." Ucap Zia dengan nada menggoda membuat Ahmad semakin tak sabar untuk segera memulai serangan cintanya."Jangan salahkan aku kalau aku hilang kendali, kamu yang memancingku Zia." Racau Ahmad dengan mata sayu.Mereka berdua pun memadu kasih dalam indahnya ibadah. "Kak sudah mau magrib, ayo bangun kita belum sholat ashar." Ucap Zia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk selepas mandi junub."Iya Sayang." Ahmad segera beranjak dan mandi dengan cepat.Ahmad mengimami Zia untuk shalat ashar kemudian disambung dengan shalat magrib saat adzan selesai berkumandang tak lama setelah mereka menyelesaikan sholat ashar."Tumben kak Ahmad nggak ke masjid? Bukannya wajib ya Kak untuk laki-laki sholat berjamaah di masjid?" Tanya Zia sambil melipat mukenanya."Diluar sedang hujan gerimis, Sunnahnya jika hujan turun kita melaksanakan shalat di rumah saja, dan tidak perlu ke masjid." Jelas Ahmad pada

  • Tinggal Seatap dengan Maduku   BAB 47

    Selepas sholat di masjid, Ahmad berniat berjalan-jalan pagi ke arah taman dimana sering ada penjual bubur ayam dan aneka jajanan Ahmad ingin membeli bubur untuk sarapan orang rumah sekaligus mencari keringat agar segera datang rasa kantuk."Pa, Ahmad mau cari bubur dulu. Buat sarapan orang serumah. Papa balik aja duluan." Ijin Ahmad pada mertuanya."Ya sudah Papa duluan ya." Jawab papa Cassandra.Sembari berjalan Ahmad mengambil jalan memutar mengitari area tepian perumahan di bagian belakang. Pemandangan danau yang indah dan pepohonan yang rindang menyejukkan mata membuat bibir tak hentinya mengucap masyaAllah. Ahmad terus berjalan hingga keluar gerbang perumahan bagian belakang berbelok kearah perumahan cluster yang masih satu pengembang dengan perumahan tempat rumah Cassandra dibangun. Bentuk rumah-rumah di cluster itu lebih kecil, berlantai satu dengan halaman yang tidak terlalu besar namun tertata dengan baik sehingga nampak cantik dan nyaman dipandang mata. Untuk port mobil kira

DMCA.com Protection Status