Saat Surya melihatnya, dia langsung tersenyum dan berkata, "Bekas lukamu sudah pulih, keluarlah."Linda menghela napas lega, kemudian mendekati Surya dan menatap wajahnya.Saat ini semua bekas luka di wajah Linda telah hilang dan kulitnya menjadi lebih halus dan putih dari sebelumnya. Dia terlihat beberapa tahun lebih muda.Sekarang Linda terlihat persis seperti seorang gadis berusia awal 20-an yang penuh keremajaan dan vitalitas.Surya hanya bisa menghela napas. "Barang-barang naga tua itu benar-benar nggak terduga."Sekarang Linda telah mendapatkan sifatnya yang dulu dan berbalik sambil berkata, "Aku nggak percaya aku benar-benar sudah pulih, juga terlihat lebih muda."Saat berbicara, Linda tiba-tiba mendekatkan dan mencium wajah Surya.Surya tersenyum.Saat ini, Rosa terbatuk dua kali dan berkata, "Surya, barang itu masih ada nggak?"Surya menatap Rosa dan berkata sambil tersenyum, "Sudah nggak ada, tapi kelak akan ada kesempatan untuk mendapatkannya. Aku akan membantumu mendapatkan
Sebagai seorang sopir, sangatlah tidak sopan dan tidak pantas untuk menyela saat bos sedang berbicara dengan tamu.Bahkan mengandung makna provokatif."Apa kamu mempertanyakan kemampuanku?" Surya berkata dengan dingin.Dika berkata dengan cemas, "Arga, jangan bicara omong kosong.""Bos, aku cuma ingin mengingatkan Tuan Surya kalau ada beberapa hal yang nggak bisa diselesaikan dengan paksa," kata Arga.Surya tersenyum jenaka dan berkata, "Benarkah? Mungkin kamu yang nggak cukup kuat."Ekspresi Arga berubah dan dia melirik ke kaca spion, tetapi tidak berkata apa-apa lagi.Saat ini Dika berkata, "Tuan Surya, Arga sudah mengikuti ayahku sejak masih muda dan punya hubungan yang baik dengan ayahku. Mungkin dia terlalu khawatir. Mohon jangan tersinggung.""Aku bisa mengerti perasaannya, tapi ingat, kamu nggak berhak menanyaiku saat aku melakukan sesuatu," kata Surya dengan datar.Arga tidak berbicara, tetapi terlihat jelas dia masih agak ragu.Dika mengerutkan kening dan berkata, "Tuan, apa p
Surya menggelengkan kepalanya dan Arga menatap Surya dengan tatapan berkilat.Dika tiba-tiba terlihat kecewa. Kalau Aksha yang legendaris tidak bisa berbuat apa-apa, apakah sudah tidak ada cara lain lagi?Atau mungkinkah Aksha ini hanya punya reputasi palsu?Memikirkan hal ini, Dika merasa agak sedih atas pusaka keluarganya.Itu adalah harta yang kakek hargai sepanjang hidupnya.Akan tetapi, saat ini kekuatan pikiran Surya perlahan memasuki lautan kesadaran ayah Dika.Dibandingkan dengan lautan kesadarannya yang luas, lautan kesadaran ayah Dika hanyalah sebuah danau kecil.Kesadaran Surya langsung mencapai api jiwanya.Bola api jiwa ini hanya seukuran kacang kedelai yang tidak stabil dan sepertinya akan padam kapan saja.Terlebih lagi, bola api jiwa ini diselimuti oleh puluhan rune abu-abu yang saling berhubungan. Rune tersebut mengeluarkan kabut abu-abu yang terus mengikis bola api jiwa ini.Surya mengamati rune ini dengan hati-hati. Setelah sekian lama, kesadarannya perlahan-lahan di
Saat ini Surya tersenyum dan berkata, "Itu belum perlu. Meskipun aku nggak bisa menghilangkan kutukan itu, aku bisa mengendalikannya agar nggak berkembang dan menyelamatkan nyawa ayahmu.""Lalu, bagaimana selanjutnya?" Dika bertanya dengan bingung.Surya berkata perlahan, "Pelan-pelan saja, lakukan semuanya satu per satu dan selesaikan masalah ini selangkah demi selangkah, pasti akan ada akhir dari masalah ini. Jangan terlalu khawatir."Dika mengangguk pelan setelah mendengarnya.Arga juga tetap diam."Menurut kesimpulanmu, kemungkinan besar kedua kakakmu memerintahkan orang untuk melakukan ini. Jadi sekarang kita harus mencari orang ini," kata Surya.Dika bertanya, "Bagaimana kita menemukannya?""Dia pasti bersama kedua kakakmu. Kalau kamu menyebarkan berita ayahmu telah bangun dan undang kedua kakakmu ke rumah ayahmu untuk berbicara, aku yakin orang-orang ini akan langsung muncul." Surya berkata Perlahan.Dika mengerutkan kening dan berkata setelah beberapa saat, "Tapi ayahku belum
"Bu, tolong berhenti menangis. Aku punya alasan sendiri." Dika melangkah maju untuk membujuknya.Siapa sangka Tyas mengayunkan tangannya dan mendorong Dika menjauh. Dia menangis dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Aku nggak pernah menyangka kamu begitu licik. Saat kedua kakakmu datang, aku pasti akan membiarkan mereka mengusirmu keluar. Dasar anak durhaka.""Aku .... Bu, ini benar-benar nggak seperti yang kamu pikirkan."Dika juga tidak bisa berkata-kata. Kalau ingin menemukan orang yang menaruh mantra, dia harus menyembunyikannya dari ibunya.Dika tahu begitu ibunya mengetahui apa yang dia pikirkan, dia tidak akan percaya padanya.Mana mungkin kedua putra kesayangannya menjadi pembunuh ayahnya?Ibunya pasti akan memberi tahu kedua kakaknya tentang hal ini.Kalau begitu, mungkin kedua kakaknya itu akan melakukan persiapan.Mungkin rencana mereka juga hancur.Akan tetapi, dilihat dari situasi saat ini, kedua kakak itu memang sangat mencurigakan dan Dika benar-benar tidak tahu b
Dika tidak tahu bagaimana harus menjawab dan menatap Surya dengan gugup.Surya berkata perlahan, "Jangan khawatir, tunggu saja sampai kakakmu datang dan jelaskan semuanya."Dika mengangguk.Saat Devan melihat adiknya sangat patuh pada Surya, tatapannya menjadi dingin."Kakak Tertua sudah datang. Kalau nggak memberikan penjelasan, jangan salahkan kami karena menggunakan hukum keluarga untuk menghancurkanmu," kata Devan dengan dingin.Saat ini Surya berkata perlahan, "Apakah dia merupakan ancaman bagi kalian?""Apa katamu?" Devan menyipitkan matanya dan niat membunuh muncul.Surya berkata dengan tenang, "Saat datang, kamu nggak menanyakan kondisi ayahmu terlebih dahulu, malah menanyai adikmu dulu. Sepertinya kamu yakin ayahmu nggak akan bangun?"Devan tertegun sejenak, lalu berkata, "Sialan, di mana ayahku?""Baru ingat? Lebih baik tunggu sampai kakakmu datang dan mari kita lihat kondisi ayahmu bersama," kata Surya.Devan menatap Surya dan berkata kata demi kata, "Siapa kamu? Apa urusanm
"Omong kosong, mana ada kutukan seperti itu? Siapa di antara Keluarga Hartanto yang akan melakukan ini?" Tyas mengumpat dengan marah.Surya berkata dengan tenang, "Kalau Jimmy meninggal, siapa pun yang paling diuntungkan tentu akan menjadi tersangka yang paling mencurigakan."Surya menatap Devan dan Dio.Sebelum mereka berdua bisa berbicara, Tyas tiba-tiba berdiri sambil menunjuk Surya dengan jari gemetar dan berkata dengan marah, "Siapa kamu? Beraninya kamu memfitnah anakku? Pengawal, kemarilah dan patahkan kakinya untukku! Lalu buang dan berikan kepada anjing!"Dua pria kekar masuk ke luar pintu dan menatap Surya dengan garang.Saat ini, Dika berkata, "Bu, jangan marah dulu. Mohon tunggu sampai Tuan Surya selesai berbicara.""Bicara apa? Menurutku kamulah yang melakukan ini! Kamu nggak pantas berada di rumah Keluarga Hartanto. Keluar dari sini. Aku nggak punya anak sepertimu!" Tyas berteriak dengan marah.Surya diam-diam menghela napas.Kalau sebagai orang tua tidak bisa menjaga kese
Surya menatap Tyas sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Betapa menyedihkan memiliki ibu sepertimu.""Katakan sekali lagi, lihat saja apakah aku akan merobek mulutmu!" Tyas berkata dengan marah sambil menunjuk ke arah Surya dengan jari gemetar.Kedua bersaudara itu juga sangat marah dan melihat ke dua pendekar Alam Spiritual tahap puncak di belakang mereka.Keduanya saling mengerti dan berjalan mendekati Surya perlahan.Saat ini, Surya menatap Arga dan berkata perlahan, "Bagaimana kalau kamu mengatakan yang sebenarnya?""Apa yang sebenarnya?" Arga berkata dengan bingung.Surya menatapnya dan berkata dengan suara yang dalam, "Kenapa kamu mengutuk Jimmy?"Mendengar ini, semua orang tercengang."Apa kamu sudah gila? Mana mungkin itu dia?" Dio bertanya dengan dingin.Devan juga terlihat terkejut dan berkata, "Dia telah mengikuti ayah kami selama bertahun-tahun dan selalu setia. Omong kosong apa yang kamu bicarakan?""Omong kosong! Dika, di mana kamu menemukan orang gila ini? Kamu be