Beberapa trik ini bisa dilakukan oleh kultivator yang memiliki sedikit kemampuan kultivasi. Namun, Surya baru pertama kali melihatnya digunakan untuk menipu uang orang lain.Meski berkultivasi menghabiskan banyak uang, bagaimanapun setelah menjadi seorang kultivator, tidak ada orang yang ingin mempermalukan diri. Jika sampai sesama rekan mengetahuinya, itu akan sangat memalukan.Sedangkan Asyim malah tidak peduli sama sekali.Saat ini Asyim berkata dengan nada marah, "Bocah, kalau mau mengatasi masalah orang lain, itu harus lihat kamu punya kemampuan untuk itu atau tidak. Jangan karena gegabah sesaat dan mengantarkan nyawamu sendiri.""Aku mungkin akan mati, tapi kamu pasti nggak punya kemampuan untuk itu."Surya sudah mencari tahu tentang Asyim. Asyim hanya kultivator Alam Spiritual tahap awal saja, dia tidak memiliki banyak kemampuan.Asyim juga sudah merasa marah dan membentak, "Bocah yang sombong."Setelah itu, Asyim mengeluarkan sebuah guci dari tas yang selalu dia bawa dan memasu
Raut wajah Surya langsung mendingin dan berkata, "Apa kamu bilang?"Asyim langsung berkata, "Senior, bukan aku nggak mau memecahkannya. Hanya saja guruku hanya mengajari cara memakai mantra tanpa mengajariku cara memecahkannya."Ya ampun, guru ini malah masih meninggalkan pegangan?Surya juga tidak menyangka. Kalau begini, sepertinya terpaksa harus pergi mencari gurunya.Saat ini, orang yang berbaris untuk diberkahi menatap Surya dengan tatapan takut. Mereka panik dan khawatir akan muncul sebuah petir yang akan diarahkan pada mereka. Mengapa ada orang yang bisa mengendalikan petir di dunia ini? Apakah dia itu manusia? Sudah pasti adalah dewa, 'kan?Sedangkan Master Asyim yang mereka kagumi langsung kalah dalam satu serangan, bahkan sudah menerima kekalahan. Teringat dengan kelancangan mereka pada Surya tadi, mereka langsung ketakutan karena khawatir Surya akan memperhitungkan hal ini dengan mereka.Namun, saat ini Surya menatap Asyim dan berkata, "Beri tahu mereka, kamu bisa memberkahi
Surya mengangguk. Berlin dan Bunga adalah kakak beradik, itu tidak masalah.Setelah itu, mereka berempat masuk ke kamar hotel. Berlin dan Bunga memang sudah kelelahan, mereka berbaring dan langsung tidur.Surya juga berbaring di atas kasur dan mulai meditasi.Hanya Asyim yang terlihat sangat panik di dalam kamarnya. Dia ingin kabur, tetapi teringat akan kekuatan petir milik Surya, dia tidak berniat kabur lagi.Jika Asyim sungguh kabur dan ditangkap oleh Surya, takutnya dia tidak akan diperlakukan sebaik ini lagi.Setelah dipikir-pikir, Asyim menggertakkan giginya dan berkata, "Mungkin ini adalah hal yang bagus." Selanjutnya, dia juga naik ke kasur dan mulai tidur....Keesokan paginya.Surya bangun dan mandi. Lalu, Berlin dan Bunga mengetuk pintu dan masuk. Asyim juga datang dengan patuh.Surya menatap Asyim dan berkata, "Kamu cukup patuh juga, ya?""Di hadapan Senior, saya nggak berani membantah," ujar Asyim yang terlihat kasihan.Surya terkekeh dan berkata, "Termasuk tahu diri juga.
Begitu mendengar itu, Berlin langsung emosi.Keluarga Lasmani juga termasuk pengusaha kaya yang terhormat di Kota Yogu. Kapan mereka pernah dihina seperti ini?Namun, Berlin juga tahu orang kaya daerah seperti ini tidak bisa disinggung. Terutama di tempat seperti ini, kekuasaan otonom mereka sangat besar, bahkan jauh lebih hebat dari tempat-tempat lainnya.Berlin menarik napas dalam-dalam untuk menahan emosinya sebelum bertanya, "Siapa namamu, Tuan?""Hehe, namaku Yonas Syahril. Kalau kamu nggak sudi, coba cari tahu siapa aku," kata Yonas sambil tertawa sombong.Mendengar itu, Berlin berkata dengan perlahan, "Tuan Yonas, Keluarga Lasmani juga berkuasa di Kota Yogu. Hari ini kami datang ke sini karena ada urusan mendadak. Setelah urusannya selesai, aku akan memberikanmu hadiah yang besar. Oke?""Aku memerlukan hadiah darimu? Kamu juga jangan mengungkit Kota Yogu denganku. Di sini adalah Kota Renan." Yonas tertawa menghina, lalu mencibir, "Sudah kubilang, Bunga tinggal di sini, sedangkan
Surya terdiam dan tidak berbicara untuk waktu yang lama.Bunga yang mendengar itu menjadi takut, lalu menoleh ke arah Surya, "Master, aku agak takut, kamu ....""Tenang saja, aku hanya sedang berpikir mau membunuhnya atau nggak. Kamu bukan berpikir aku nggak mampu mengalahkannya, 'kan?" Surya tahu apa yang Bunga khawatirkan, jadi dia langsung menjelaskannya.Bunga seketika menjadi agak tidak enak hati. Dia menggigit bibirnya sambil berkata, "Aku juga bukan bermaksud begitu.""Hehe, kamu tenang saja. Aku masih mampu untuk itu," kata Surya dengan ringan.Saat ini, Asyim seperti sudah bertekad. Dia berkata kepada Surya, "Master, kalau kamu benar-benar bisa mengalahkan guruku, tolong suruh dia mencabut kutukanku. Aku benar-benar sudah nggak tahan lagi."Surya melihat ke arah Asyim, lalu berkata, "Kalau kamu bersedia kembali ke jalan yang benar, aku bisa juga melakukan itu.""Master, kalau kamu benar-benar bisa membuat guruku mencabut kutukanku, kelak aku bersedia mengikutimu dan melayanimu
"Asyim, kali ini kenapa membawa orang hidup kemari?" Wanita tua itu menengadahkan kepala, menunjukkan wajah kurus yang hanya tersisa tulang itu dan tersenyum ke arah Surya dan yang lainnya, hampir saja membuat Bunga menangis saking ketakutan.Sekujur tubuh Asyim gemetar. Dia memberi hormat pada wanita tua itu, lalu berkata, "Guru, aku dipaksa oleh orang-orang ini, benar-benar nggak ada cara lain."Surya menurunkan Bunga, menyerahkannya pada Berlin, lalu melihat ke arah Asyim dan berkata sambil tersenyum, "Sial, kamu nggak mau menyinggung dua-duanya, ya?"Asyim tampak canggung, tapi juga tidak berani mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, Surya melihat ke arah wanita tua itu dan bertanya secara perlahan, "Kamu adalah Gana?""Iya. Anak muda, hebat juga. Asyim bisa-bisanya begitu takut padamu, hebat sekali," kata Gana sambil tersenyum lebar.Selain ketakutan, Berlin dan Bunga juga merasa terkejut. Mereka tidak pernah menyangka bahwa gurunya Asyim, orang yang begitu kejam, ternyata adalah seor
Melihat itu, Gana hanya terkekeh dan bertanya, "Berapa banyak lagi yang bisa kamu bunuh?"Saat Gana melambaikan tongkat kepala hantu, ratusan mayat hidup bergegas menuju Surya. Formasi ini cukup untuk mengubur Surya sepenuhnya.Bunga berteriak ketakutan. Wajah Berlin tampak pucat, sementara Asyim merasa tak berdaya.Pada saat ini, Surya membuat beberapa segel dengan satu tangan. Kemudian, dia meraih Bunga dan yang lainnya. Tiba-tiba, sebuah pengalang empat dimensi muncul, mengisolasi mereka sepenuhnya dari dunia luar.Pada saat ini, Surya mengayunkan Pedang Petir miliknya, lalu mulai membunuh mayat hidup yang menyerang ke arahnya.Setelah menghabisi mayat hidup tadi, Surya sudah memahami semuanya.Satu-satunya alasan kenapa Gana membutuhkan begitu banyak mayat adalah untuk pengorbanan mayat hidup.Semua penduduk di desa ini adalah mayat hidup.Mayat hidup ini terlihat tidak berbeda dengan manusia biasa. Namun, mereka sudah kehilangan nyawa dan kesadaran mereka. Secara naluriah, mereka
Tingkat suci. Berapa banyak orang di dunia ini yang berada di tingkat suci?Saat memikirkan hal ini, Gana tertawa makin bahagia.Di tengah kabut beracun yang makin meluas, Surya dengan tenang mengayunkan pedangnya. Pedang Petir itu melepaskan energi spiritual yang kuat. Satu serangan dari pedang itu bisa membunuh satu mayat hidup secara langsung.Surya tidak merasakan ketidaknyamanan sedikit pun dari kabut beracun yang dikeluarkan oleh mayat hidup ini. Dia bahkan tidak memedulikannya, hanya berkonsentrasi untuk membunuh mayat hidup.Mayat hidup terus berjatuhan dan meledak. Surya dengan lincah bergerak di antara kerumunan mayat hidup, membantai semuanya tanpa ampun.Seiring berjalannya waktu pertempuran, wajah Gana menjadi semakin muram.Sebagian besar mayat hidup miliknya sudah mati, tapi pertempuran masih sangat sengit. Orang itu tidak tampak terpengaruh oleh racun ataupun kelelahan.Gana merasa sedikit bingung. Bahkan seorang kultivator di puncak Alam Spiritual tidak akan bisa mengh