Tina menggerakkan bibirnya. Sebelum dia bisa mengucapkan apa-apa, ibu Tina sudah berbicara duluan, "Shakira dan Desmon sudah pergi. Desmon bilang dia akan meninggalkan Kamber untuk menemui Mia. Dia juga bilang kalau kamu adalah temannya selamanya.""Oh ya, dia juga meninggalkan surat untukmu."Ibu Tina mengeluarkan sebuah surat, lalu menyerahkannya pada Surya. Surya tidak membukanya, melainkan hanya berkata, "Terima kasih, Bi. Ayo kita makan."Setelah selesai makan, Surya kembali ke loteng. Surya duduk di kursi, lalu membuka surat itu. Desmon adalah orang yang tidak pandai berkata-kata, biasanya dia juga tidak banyak bicara. Namun, dalam surat tersebut Desmon mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Surya. Dia juga menceritakan sesuatu pada Surya.Ternyata, malam ketika ibu Tina mengungkapkan pikirannya pada Tina, Tina menangis sepanjang malam. Dia tidak punya pilihan. Jadi, Desmon berharap Surya tidak akan marah pada Tina.Setelah membaca surat itu, Surya menghela napas. Pada saat itu,
"Pak Paolo, kamu harusnya tahu kalau aku bukan dari Faksi Daun Merah, jadi sejujurnya aku nggak mau ikut campur dalam urusan Faksi Daun Merah.""Nggak, nggak, ini bukan masalah yang lainnya. Surya, kamu pasti masih ingat dengan monster laut yang terakhir kali itu, 'kan?""Monster laut?" Surya bertanya dengan ragu, "Kenapa? Apa masalah tentang monster laut itu belum terselesaikan?""Ya, sudah tiga hari penuh sekarang, tapi monster laut itu masih terbaring di dalam sangkar, menolak untuk keluar. Surya, kami membutuhkan bantuanmu."Kata-kata Paolo membuat Surya merasa sangat terkejut. Dia pikir monster laut itu akan melarikan diri dari sangkar. Namun, sekarang makhluk itu masih berada di dalam sangkar, menolak untuk pergi. Surya berkata, "Tapi aku juga nggak tahu cara membuatnya keluar. Pak Paolo, mungkin kamu bisa mencari orang lain untuk mencoba.""Nggak, Surya kamu harusnya tahu kalau monster laut itu hanya bertingkah seperti ini setelah mendapat rangsangan. Jadi menurutku, mungkin kal
Pada saat itu, adegan yang tidak terduga muncul. Surya menghampiri monster laut, tampak ingin mendekatinya. Paolo yang terkejut pun berkata, "Apa yang sedang dilakukan Surya ini? Apakah dia nggak menyadari betapa berbahayanya itu? Segera berikan peringatan padanya.""Baik, Pak."Di dasar laut, Surya yang sedang mendekati monster laut merasakan kekuatan yang datang dari rantai di tubuhnya. Kemudian, Surya menunjuk ke arah kamera, meminta agar Paolo percaya padanya. Paolo tidak punya pilihan selain meminta staf untuk menghentikan transmisi sinyal. Pada saat yang sama, dia menyuruh para staf membuat persiapan yang diperlukan.Jika sesuatu yang tidak terduga terjadi pada Surya di bawah laut, mereka akan menariknya ke darat secepatnya.Sebenarnya, setelah beberapa kali mencoba membangunkan monster laut tanpa hasil, Surya mengubah pendekatannya. Dia merasa bahwa mungkin monster laut ini seperti manusia juga. Kemarin, monster laut itu mungkin sudah sangat terkejut, sehingga sekarang dia jadi
"Tina, kamu bisa membayar kembali 4 miliar itu perlahan-lahan, nggak perlu terburu-buru."Tina membalas, "Nggak masalah, Nona Shakira. Aku akan menghabiskan sisa hidupku untuk melunasi utangku padamu."Untuk membeli hadiah itu, Tina menghabiskan uang 4 miliar. Dia hanya mengetahui bahwa itu adalah barang antik Aerovia yang misterius. Meskipun dia tidak bisa memutuskan apakah Surya akan tinggal atau pergi, dia dapat mengungkapkan perasaannya pada Surya.Uang 4 miliar ini hampir mencapai batasan Tina. Namun, Tina tidak peduli. Setelah berkendara pulang, Tina tetap tinggal di kamarnya sambil memikirkan masa lalunya bersama Surya.Baru pada malam hari Tina memberanikan diri untuk naik ke loteng. Di dalam kamar, Tina menemukan sepasang patung tanah liat, kartu ATM, juga sepucuk surat.Di sisi lain, saat senja pesawat mendarat di Juwana. Surya keluar dari bandara dengan membawa barang bawaannya. Sambil berjalan ke depan, dia melihat jam tangannya. Sebelum pulang, Surya sudah memberi tahu Lin
Naka dan Surya saling memandang. Kemudian, Naka berbalik untuk pergi.Surya melihat punggung Linda. Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, Linda berkata terlebih dahulu, "Bagaimana? Apakah semuanya lancar di Kamber selama ini?""Ya, itu nggak buruk." Surya awalnya berpikir bahwa Linda akan menyalahkannya dan marah padanya, tapi dia tidak menyangka bahwa Linda akan peduli padanya. Ini mengejutkan Surya.Linda berjalan dengan langkah kecil, memutar pinggang rampingnya, lalu berjalan mendekati Surya. Dia mengangkat lengannya, membelai sisi wajah Surya. Dia mengatakan dengan penuh kasih sayang sambil cemberut, "Lihat dirimu, kamu jadi lebih kurus selama beberapa waktu ini.""Kamu tunggu saja, aku akan membuatkanmu semangkuk mie sekarang. Aku akan menambahkan dua butir telur supaya kamu bisa mendapat energi."Setelah mengatakan itu, Linda langsung melangkah keluar. Surya menghela napas lega, tersenyum sedikit, lalu menatap Linda sambil berkata, "Cepatlah sedikit.""Aku mengerti, kamu tunggu s
Surya berpikir sejenak. Mengingat Konsorsium Pelita sekarang ada di Juwana, mau tidak mau mereka pasti akan berurusan dengan museum jika ingin mendapatkan posisi di Juwana di masa depan. Bagaimanapun juga, Surya juga adalah seorang patriotik. Rumah Lelang Konsorsium Pelita sudah didirikan oleh Konsorsium Pelita di luar negeri, sehingga mereka sering menerima beberapa koleksi Aerovia yang hilang di luar negeri.Meskipun hanya ada sedikit koleksi-koleksi yang bisa dibilang barang-barang berkelas tinggi seperti harta nasional, masih ada banyak barang kecil yang memiliki banyak kenangan dan layak untuk dikoleksi.Karena koleksi tersebut sangat berarti bagi Aerovia, jadi Surya sudah lama berpikir untuk mengumpulkan kembali koleksi tersebut, lalu mendonasikannya ke museum secara gratis.Sekarang, Wirdo berinisiatif untuk menghubungi Surya. Ini jelas memberikan kesempatan kepada Surya untuk menunjukkan ketulusan hatinya.Surya berkata, "Baiklah, kalau begitu besok pagi kamu ikutlah denganku."
Surya sudah bertemu dengan banyak orang, juga melihat berbagai macam karakter manusia. Karena Wirdo berbicara seperti itu, ini menunjukkan bahwa dia pasti akan mengajukan permintaan selanjutnya. Jika permintaannya tidak begitu berlebihan, Surya bisa dengan terpaksa menyetujuinya. Untuk menghindari situasi menjadi canggung, Surya buru-buru berkata, "Benar, volume transaksi Rumah Lelang Konsorsium Pelita memang besar.""Tapi, karena ini adalah rumah lelang, kami hanya mendapat keuntungan dari selisih harga. Barang itu sendiri bukan milik rumah lelang, jadi keuntungannya nggak begitu banyak, hanya seadanya saja."Saat Wirdo mendengar Surya berkata demikian, dia terkejut sejenak. Kemudian, setelah memahami maksud Surya, dia mengangguk sembari berkata, "Ini wajar. Karena pada dasarnya, orang yang berbisnis pasti pernah mengalami kerugian. Aku tahu Konsorsium Pelita juga memiliki kesulitannya sendiri, jadi permintaanku nggak akan terlalu tinggi."Surya dan Linda saling memandang, mengerutkan
Surya mengangguk sambil berkata, "Meskipun sikap Pak Wirdo nggak begitu baik, Konsorsium Pelita memang perlu melakukan sesuatu untuk Juwana. Karena Pak Wirdo memiliki niatan ini, kita bisa mengikuti arus saja. Lagi pula, sumbangan koleksi ini nggak akan dijual.""Bukankah Pak Wirdo tadi mengatakan itu? Angka 2 miliar hanyalah sebagai syarat, nggak akan menggantikan nilai sebenarnya."Linda mengangguk, lalu menjawab, "Aku harap begitu. Tapi aku penasaran, apa yang akan kamu lakukan kalau Pak Wirdo menjual koleksi ini?"Surya tahu bahwa Linda sedang bercanda dengannya, tapi dia membalas dengan serius, "Kalau sampai ini terjadi, aku pasti akan mengambil semuanya kembali.""Baiklah, ayo naik ke mobil.""Ya."Linda pergi mengambil mobil, sementara Surya berdiri menunggu di pinggir jalan. Saat itu, sebuah mobil McLaren berhenti di pinggir jalan. Salah seorang pria mengenakan jaket kulit dengan rambut bergelombang turun dari mobil. Sementara dari kursi penumpang turun seorang pemuda dengan ra