Shenling sedang sibuk menyapu halaman. Pikirannya melayang pada kata-kata Lanzhou. Enak saja pemuda itu berkata seperti itu padanya. Meski dia sempat marah dan menggertak Lanzhou, pemuda itu seperti tidak peduli.
"Kenapa sih dia begitu berkeras mengutarakan cinta padaku? Padahal dia tahu aku tidak mencintainya. Aku kemari hanya ingin bertemu Leewan!" ucap Shenling sambil memukul-mukul sapu lidi ke tanah saking kesalnya.
Siaolan yang mendengar semua itu terperanjat. Ia bergegas menghampiri, meski masih merasa takut kepada Shenling.
"Ka-u … kau mengenal jenderal?" tanyanya pelan.
"Tentu saja aku mengenal dia. Kami berdua …."
Kata-kata Shenling terhenti saat Siaolan menatap menyelidik.
"Ada apa?" tanya Shenling akhirnya.
"Bagaimana kau bisa mengenal jenderal? Apa kalian sepasang kekasih?"
"Apa maksud pertanyaanmu?" tanya Shenling. Kali
"Kurang ajar sekali dia. Berkata dirinya adalah pangeran, tapi bertindak tidak tahu malu. Beraninya dia memaksa diri menciumku. Apa dia pikir aku menerima dengan senang hati? Dasar pria bar-bar. Tidak berperasaan!" dumel Shenling panjang-pendek. "Lagipula, sebenarnya tidak ada gunanya juga aku tetap bertahan di sini. Leewan juga sudah bersama dengan Lanshang. Lalu apa gunanya aku datang kemari?" ujar gadis itu sambil kembali membersihkan perabotan. "Sebaiknya aku cepat menyelesaikan hukuman ini dan segera pergi dari sini. Aku sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan pangeran tidak tahu diri itu!" putusnya. Lanzhou yang baru tiba tersenyum mendengar kata-kata gadis itu. Shenling yang tidak tahu terus saja membersihkan perabot sambil mengomel. Ia terkejut saat sebuah tangan kokoh tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Gadis itu segera menyadari sosok yang berani memeluknya dari belakang.
Leewan tertegun sesaat."Apa maksudmu? Aku begitu senang bisa berjumpa denganmu. Lalu tiba-tiba kau berkata ingin putus. Apa kau sudah terjerat oleh Lanzhou? Atau mungkin benar kau ingin menjadi istri dari seorang pangeran, bukan anak yatim miskin sepertiku?" ucapnya. Shenling berbalik cepat dan menatap pemuda itu dengan mata berkaca-kaca. "Apa menurutmu aku begitu rendah hingga melakukan semua itu? Ini bukan duniaku. Apa kaupikir aku ingin menjadi seorang putri? Aku selalu menanti untuk bertemu denganmu, tapi kau malah dengan begitu mudah bertunangan dengan Lanshang," ucapnya. Ia lalu mengusap air matanya kasar. "Jadi ini semua masalah pertunanganku dengan Lanshang?" tanya pemuda itu. Shenling mengangguk perlahan. Leewan tersenyum dan menarik napas lega. "Kenapa kau tersenyum seperti itu? Apa aku mengatakan hal yang lucu? Kau bertunangan dengan gadis lain, tapi malah menertawaiku,
Brak! Prang! Suara barang jatuh disusul barang-barang yang pecah terdengar dari kamar Lanshang. Di dalam ruangan berinterior unik dan klasik tersebut, sang putri tengah membanting barang-barang yang berada dalam ruangan tersebut. Air mata berderai di wajah. Dalam sekejap, kondisi kamar yang rapi dan bersih berubah menjadi berantakan. Meja dan kursi terguling di lantai. Pecahan cangkir dan keramik pajangan berserakan di hampir penjuru kamar. Lanshang tetap berdiri diam menatap semua itu sambil terisak. 'Begitu mudah. Begitu mudah Leewan mengalihkan perasaan darinya pada siluman itu. Bukankah aku yang dari dulu mencintai dia? Tapi kenapa dia tidak peduli. Justru memilih bersama gadis rubah itu!' tukasnya sambil terisak. "Ini semua gara-gara gadis siluman itu. Semua kacau sejak dia datang. Tidak hanya kakakku, dia bahkan menggoda Leewan. Dia benar-benar tidak tahu diri!" Seorang pelayan berusia pa
"Putri Lanshang pasti akan sangat membenciku, jika tahu tentang hubungan kita," ucap Shenling saat Leewan kembali menemuinya. Gadis itu sedang bertugas membersihkan ruang pribadi sang putri. "Aku akan memberitahu dia," ujar Leewan sambil membantu gadis itu membersihkan perabot. Tersirat keraguan di wajah sang gadis. Dia kembali teringat pada peristiwa yang menimpa dirinya dan Chenyang. Persahabatan yang begitu lama bahkan bisa rusak dengan begitu mudah. Dan kini dia berhadapan dengan gadis yang serupa dengan mantan sahabatnya itu. "Lanshang berbeda dari Chenyang. Meski mereka memiliki wajah yang sama, tapi mereka mempunyai kepribadian yang berbeda. Aku percaya kepada Lanshang karena aku mengenal dia sejak kecil," ucap Leewan sambil tersenyum saat "Aku …." "Percayalah padaku. Dia gadis yang baik dan jika terjadi sesuati padamu, aku pasti tidak akan memaafkan siapa pun ora
Shenling bangkit berdiri dan menepis tangan si pelayan yang hendak menampar dirinya. Tatapannya tertuju langsung kepada Lanshang. "Lancang!" bentak Bibi Huan."Beraninya seorang pelayan rendah sepertimu menatap Tuan Putri!" "Kenapa memangnya?" tanyanya sambil menatap tajam perempuan tua tersebut."Kau juga bukan siapa-siapa. Sadarlah kau juga hanya seorang pelayan!" Lanshang bangkit berdiri dan bergegas menghampiri Shenling. Kedua gadis itu saling bertatapan sengit "Kalau begitu, apa perlu aku yang menamparmu?" tanyanya."Aku adalah tuan putri negeri ini. Kedudukanku jauh lebih tinggi daripada siluman penggoda lelaki sepertimu!" Tangan berjari ramping itu terangkat tinggi. Bersiap untuk melayangkan tamparan. Akan tetapi, tangan Shenling juga terangkat untuk menahan. "Aku tidak mau lagi diperbudak oleh kalian. Memukulku see
Shenling terbangun di sebuah hutan. Pepohonan tinggi dan tanaman liar mengelilingi tempat tersebut. Pancaran mentari bahkan sulit menerobos masuk karena rimbunnya pepohonan yang menaungi tempat tersebut. Shenling menatap sekeliling dan kemudian duduk di bebatuan yang berada di dekatnya berdiri. 'Di mana ini? Apa yang sebenarnya terjadi?' ujarnya bertanya-tanya. Ia kemudian berusaha mengingat yang telah terjadi. Kilasan ingatan membayang di benaknya. Hari itu semua terjadi begitu cepat. Shenling melihat bagaimana Xiaoxiao menggigit tangan Lanshang. Para pelayan yang memegangnya panik dengan kondisi sang tuan putri dan melepaskan dia. Shenling sempat berdiri tertegun menyaksikan semua itu. Lalu sosok berambut putih yang pernah dilihatnya dalam mimpi muncul dan membawa dia pergi. 'Tidak. Aku salah. Tentu itu semua bukan mimpi.' gumam gadis itu dalam hati. Sosok yang me
Kabar pangeran ditangkap dan ditahan oleh raja mrnyebar luas ke penjuru negeri dan akhirnya sampai pula di telinga Shenling yang sedang dalam perjalanan kembali ke kerajaan. Sia-sia Xiaoxiao membujuk, gadis itu tetap saja bersikeras. Kabar tersebut justru membuat tekadnya semakin bulat untuk segera kembali ke kerajaan. "Jika kau tidak mau ikut tidak apa. Aku bisa mengatasi ini sendiri. Lagipula aku tidak mau orang lain berada dalam bahaya karena aku," ucapnya. "Aku akan ikut dan melindungimu," ucap pemuda itu. "Setelah menyembunyikan dirimu sekian lama, kenapa sekarang kau mau membantuku?" "'Kan sudah kubilang, kau adalah orang yang ditakdirkan untukku. Jadi aku akan selalu melindungimu, tapi apa kau yakin dengan keputusan ini?" "Apa maksudmu?" "Kau dan kerajaan itu ditakdirkan untuk bermusuhan," ujar Xiaoxiao. Langkah S
Xuying ikut tertawa mendengar perkataan gadis yang tengah bersamanya tersebut. Meski begitu perasaan gundah masih menyertai. Apalagi pemuda yang dicintainya masih berada dalam penjara. Kegelisahan itu pula yang ditangkap oleh Lanshang. "Kau pasti memikirkan kakakku. Jangan cemas dia pasti segera sadar dari kesalahannya dan kembali mencintaimu," ucap gadis itu. "Kau benar. Hanya saja selama ini dia tidak pernah terlihat begitu mencintai seorang gadis. Aku takut dia tidak bisa melupakan Shenling," ucapnya sambil termenung. "Setelah gadis itu mati, dia akan segera melupakannya. Dia akan mencintaimu. Percayalah padaku." Xuying hanya mengangguk. Kecemasan masih mengganjal di benaknya. Lanshang tertawa kecil melihat itu. "Jangan mengkhawatirkan itu. Setelah kematian Shenling, aku akan membantumu untuk mendapatkan hati kakakku. Dia pasti tidak bisa lagi menolakmu. Kau tahu ,'kan ak
Changlan kembali roboh bersimbah darah. Hujaman sejumlah pedang menusuk tubuhnya. Shenling menjerit histeris memanggil nama pria itu. Mendadak tangan Leewan dan Lanzhou seolah terbakar. Cekalan mereka pada Shenling terlepas dan gadis itu kembali berlari menghampiri Changlan. Dipeluknya yang telah diam tersebut erat. Derai air mata mengalir deras di wajah Shenling. Wuyan menatap gadis itu tanpa belas kasihan."Bunuh penyihir itu sekarang!" Beberapa orang mematuhi perintah. Mereka bergegas maju membawa pedang berniat menyerang Shenling. "Shenling!" teriak Leewan. Ia dan Lanzhou hendak bergegas maju. Akan tetapi, sinar putih tiba-tiba memantul dan membuat keduanya kemudian terjatuh. Leewan kembali beringsut untuk maju, tetapi Lanzhou memegang pundaknya dan menggeleng."Kita tidak akan bisa masuk." "Ta
"Pasukan kerajaan Wuyan menyerbu perbatasan kerajaan kita," lapor seorang pasukan yang bergegas masuk ke dalam tenda. Leewan dan Lanzhou terperanjat dan bangkit berdiri. Hari ini memang sang pangeran tengah berkunjung ke tempat itu dikawal oleh para pengawal. Ia ingin mencari tahu tentang kabar apakah Shenling sudah ditemukan. Meski tahu cintanya bertepuk sebelah tangan, tetap saja ia tidak bisa tenang dan selalu memikirkan gadis itu. "Apa maksudmu? Ceritakan dengan jelas!" perintah Leewan. Ia tidak menyangka masalah akan datang bersamaan. Sementara Shenling tidak jelas rimbanya, kini malah ada kerajaan Wuyan yang menyerang perbatasan. "Itulah yang hamba tahu. Sebuah surat tiba dari perbatasan baru saja. Mereka meminta bantuan, karena kali ini pasukan Wuyan sangat kuat," jawab pasukan itu lagi. "Kata mereka, ada siluman rubah dan gadis berkemampuan aneh membantu tentara Wuyan," lanjutnya lagi
Changlan tertegun diam mendengar perkataan Shenling. Gadis tersebut lalu menjelaskan tentang Yanche dan Chenyang. "Chenyang dulu sahabat baikku. Begitu pula Yanche. Dia cinta pertamaku, tapi semua berakhir saat mereka mengkhianatiku. Bukan hanya itu, mereka juga berusaha menyakitiku, bahkan membunuhku," ucap Shenling dengan mata berkaca-kaca. Changlan segera bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat. Ia kemudian memeluk erat gadis itu. "Maafkan aku. Aku tidak tahu tentang itu. Semua pasti terasa berat bagimu sekarang. Kurasa kita memang harus benar-benar pergi dari sini," ucapnya. Shenling menggeleng."Tidak," tolaknya."Aku akan menghadapi semua itu." "Tapi mereka benar-benar jahat. Apa kau bisa mengatasinya?" Shenling tersenyum kecil."Kau tenang saja. Aku bukanlah gadis yang lemah. Kejadian demi kejadian yang menerpa menemp
Hari sudah beranjak siang. Shenling dan Changlan tengah bersiap untuk pergi. Semalam mereka telah menyusun rencana. Shenling memutuskan untuk tidak jadi pergi dan membantu orang-orang itu hidup merdeka. "Apa kau sudah tidak ragu lagi?" tanya Changlan dalam perjalanan. Mereka hendak menemui pangeran Wuyan untuk bekerja sama. Hal tersebut adalah usul dari nenek Shan yang mengetahui bahwa pangeran dari kerajaan tetangga tersebut memendam amarah dan sakit hati pada kerajaan Lan. "Semua karena putri Lanshang telah menolak menikah dengannya dan memilih bersama jenderal Lee, Pangeran Wuyan merasa sangat dipermalukan," ujar wanita uzur tersebut malam sebelumnya. Shenling diam termangu. Mendengar nama jenderal Lee, membuat hatinya membuncah tidak menentu. Changlan menatap gadis itu sekilas. "Jika kau ragu, kita bisa membatalkannya," ucap pemuda itu. "Kenapa kau selalu membuat dia
Semua kedamaian dan kebahagiaan itu kemudian berlalu cepat. Semua berawal dari pemberontakan seorang bawahan raja. Dia ingin berkuasa. Tuduhan sang ratu adalah penyihir tersiar luas. Isu tersebut semakin kuat setelah beberapa orang menteri dan pejabat meninggal secara misterius. Tuduhan tersebut semakin menguat. Raja didesak untuk menurunkan dan menghukum mati ratu yang memang memiliki kemampuan untuk menyihir. Juga untuk membunuh Shenling yang dianggap putri penyihir. Sang raja tentu menolak. Orang-orang yang semula setia berpaling dan mengkhianati kerajaan. Mereka membelot dan memprovokasi kerajaan Lan yang waktu itu hanya kerajaan kecil. Seranganpun terjadi tanpa terelakkan di dalam istana. "Ayah, Ibu!" seru Shenling sambil berlari menuju ruang utama. Gadis itu tadinya bersama pengawal yang masih setia. Akan tetapi dia justru melarikan diri saat para musuh juga menyerang pengawal itu. &nbs
Nenek Shan menyambut Shenling di kediamannya. Dibanding kediaman yang selama ini pernah ditinggali Shenling, kediaman ini yang paling kumuh. Tempatnya kecil dan dibangun ala kadarnya. Meski begitu keadaan di dalam rumah itu terbilang cukup bersih. Nenek Shan segera menyuruh Shenling duduk. Gadis di hadapannya tersebut tersenyum sambil mengangguk sopan, meski begitu keraguan membayang jelas di wajahnya. Wanita tua yang membawa tongkat itu mulai menceritakan semuanya. Tentang keluarga kerajaan yang pernah menguasai negeri itu sebelum kekuasaan direbut oleh raja yang sekarang. "Tapi itu semua tidak mungkin. Aku bahkan tidak berasal dari masa ini. Anda pasti sudah salah mengenali orang. Aku bukanlah tuan putri yang Anda cari. Cucu Anda itu pasti sedang berada di suatu tempat dan mungkin sedang menanti Anda untuk membawa dia kembali," ujar Shenling. "Aku tidak salah. Kau memang cucuku. Akulah yang mengirimmu pergi ke
Shenling melangkah keluar dari pondok tersebut. Meski sederhana, ia merasa nyaman berada di sana. Kondisinya juga mulai pulih. Tempat tersebut begitu indah. Dikelilingi bunga aneka warna dan kupu-kupu cantik yang berterbangan ke sana kemari. Hijau dedaunan dari rimbun pepohonan membuat tempat tersebut tampak asri. Shenling berlarian di antara bunga-bunga itu untuk mengejar kupu-kupu. Tawa ceria terbias di wajah cantiknya. Untuk sesaat semua penderitaan dan dukanya seolah terlupa. Tanpa sepengetahuannya, Xiaoxiao yang duduk di atas pohon melihat semua itu sambil tersenyum. 'Aku ingin senyum tersebut selalu ada. Aku tidak mau ada kesedihan di wajahnya, karena itu akan kusingkirkan setiap duka agar tidak lagi menyentuhnya,' ucapnya dalam hati.*** Lanshang merasa kesal. Hingga berhari-hari keberadaan Shenling belum diketahui. Belum puas rasa hatinya jika melihat
Saat ibu suri dan yang lain sedang merundingkan nasib Shenling, seorang pengawal datang membawa kabar mengejutkan. Ledakan dan guncangan keras terjadi di penjara tempat gadis itu ditahan. Mereka semua bergegas ke sana. Hanya menemukan sosok Lanshang yang tidak sadarkan diri dengan kepala berdarah. Beberapa bagian dinding dan jeruji penjara runtuh dan rusak parah. Sang ibu suri yang panik segera memanggil pengawal untuk membawa Lanshang ke kamar. "Mau bicara apa lagi kalian?" tanya beliau kepada Lanzhou dan Leewan. Keduanya hanya diam terpaku. "Semua sudah jelas. Gadis itu bukan manusia. Kalian masih saja membelanya. Sekarang dia malah membuat Lanshang terluka, apa kalian masih ingin membelanya? Apa seluruh keluarga kerajaan harus menjadi korban, barulah kalian menyadari bahwa gadis itu sangatlah jahat?" tanya wanita itu lagi kepada mereka berdua. "Shenling bukan orang s
Lanshang menemui ibu suri untuk menceritakan kesusahan hatinya. Semenjak kecil gadis itu memang dimanjakan oleh neneknya tersebut. Segala yang diminta selalu dituruti. Sang nenek tidak pernah menyukai Lanzhou yang menurut beliau tidak cocok menjadi pewaris tahta, karena kegemarannya hanya bermain dan berfoya-foya. Sedang Lanshang adalah sosok yang bertolak belakang dari kakaknya. Pendiam dan selalu penurut. Dia adalah sosok yang sempurna untuk menjadi seorang ratu. Kecerdasan dan kepintarannya sangat tersohor. Sayangnya dia terlahir sebagai seorang perempuan. Jika tidak, bisa dipastikan tahta akan menjadi miliknya. Lanshang tidak berkeberatan dengan hal itu. Dia sudah puas dengan segala kasih sayang dan kemanjaan yang diperoleh dari setiap anggota keluarga kerajaan, terutama dari neneknya. Kemuraman di wajah sang cucu kesayangan, membuat wanita berpenampilan anggun di usia yang menginjak senja tersebut bertanya-tanya. Saat