"Yakin?" tanya Ryan lagi mendengarkan dengan tenang apa yang dikatakan oleh si penelpon. "Ok, baiklah. Lakukan segera," jawab Ryan yang mengakhiri panggilan telepon dari seseorang. Pintu lift terbuka, Ryan segera masuk dan tidak lupa Ryan mengotak-atik ponselnya. "Aku harap, kubu Kenzi bisa menerima Alex jika tidak maka akan ada perang sesungguhnya," gumam Ryan yang sudah mengirimkan pesan kepada mafia Kenzi. Jangan ditanya dari mana ia mendapatkan nomor telepon Kenzi, tentu saja peretasan yang dilakukan anak buah dari Alex menyebabkan mereka bisa mendapatkan nomor telepon dari musuh bebuyutannya. Kenzi yang saat ini tengah berada dalam perjalanan menuju markas yang berada di sebelah barat daya menerima pesan masuk, Kenzi segera mengambil ponselnya dan melihat ada nomor yang tidak terdaftar di kontaknya. Kenzi segera membaca pesan tersebut."Siapa Kak? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Kiano yang melihat perubahan wajah dari Kenzi. Kenzi menunjukkan pesan yang baru masuk di da
"Sepertinya, belum kita coba apakah ini tahan gempa atau ledakkan, nanti kita akan coba ya," jawab Pasha yang membuat Kiano membolakan mata mendengar apa yang dikatakan oleh sahabat ayahnya itu. Beno akhirnya sampai di ujung dan dia membuka kunci dengan kata sandi. "Paman, apakah masih lama kamu membuka itu?" tanya Kiano yang sudah berkeringat.Dan dia mengelap keringat di baju Luna. Mendapatkan kelakuan Kiano yang menyebalkan, Luna buka suara karena baju belakangnya ditarik oleh Kiano untuk lap keringatnya."You memang jahara, bisa-bisanya yoy melakukan ini kepada I. Desek semua sudah berkeringat tapi desek tidak mungkin menghapus keringat desek dengan baju orang yang ada di depannya, tapi you malah melakukannya, apa you pikir baju i ini tisu atau sapu tangan yang bisa mengelap keringat you, keterlaluan," omel Luna yang membuat Kiano tertawa geli."Maaf Paman, aku tidak bisa mengambil sapu tangan dan juga tisu, jadi aku memakai bajumu," jawab Kiano yang membuat Luna menaikkan alisn
"Itu sepertinya pintu lain. Ayo kita masuk ke pintu itu kemungkinan daddymu menyimpan di sana. Ayo kita pergi lihat. Siapa tahu ada nuklir itu di sana," ucap Beno mengatakan kepada Kenzi dan yang lainnya kemungkinan nuklir disimpan Cakra di ruangan yang Kenzi tunjuk.Mereka pun menganggukkan kepala dan segera pergi ke arah pintu besi yang mereka curigai kalau nuklir tersebut berada di sana. Beno memperhatikan pintu besi tersebut, dia memeriksa dengan tangannya."Sepertinya, ini harus dibuka dengan kekuatan, apakah ada yang bisa membantuku untuk membukanya. Maklum aku sudah tua jadi tenagaku tidak sekuat dulu," ucap Beno meminta kepada anak-anaknya dan juga keponakannya untuk membuka pintu besi tersebut. Dio dan Arvan segera maju untuk membuka pintu tersebut. Arvan memberikan kode dan hitungan dari 1 sampai 3. "Siap ya, Dio. Satu, dua, tiga," ucap Arvan yang dianggukan oleh Dio. Arvan dan Dio segera memutar pengait yang ada di depan pintu. Kunci pintu besi persis seperti pintu besi
"Sepertinya, cairan nuklirnya menetes itu, lihatlah apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Malik yang panik karena cairan nuklir yang ditunjuk oleh Kahfi menetes. "Apa ada yang pecah tapi bagaimana bisa pecah apa bisa kita lakukan perbaikan?" tanya Pasha yang ikut melihat ke arah di mana Kahfi menunjuk ke arah cairan nuklir tersebut yang menetes."Sepertinya nuklir itu retak, lihatlah. Apa ada benturan saat memindahkan ini? Tapi, kenapa baru sekarang kita tau ada keretakan di nuklir itu ya?" tanya Beno. "Entahlah, aku tidak tahu sepertinya waktu itu tidak ada. Walaupun kecil retakkannya tapi bisa menetes juga. Apa yang harus kita lakukan sekarang, apa kita harus menghubungi Cakra. Siapa tahu dia mengerti kenapa bisa nuklir itu retak sehingga mengeluarkan cairan. Kalian jangan dekati nuklir itu dulu, takutnya berbahaya karena senyawa di dalam nuklir itu bisa membuat kesehatan kita terganggu. Ayo cepat, kita keluar dari sini!" perintah Beno meminta kepada mereka semua untuk ke
"Ck, sudah bangun ternyata aku pikir kamu akan mati karena aku tabrak untuk kedua kalinya," jawab Alex yang tidak suka dengan wanita yang saat ini berbaring di keranjang dan saat dia membuka mata malah mengatakan kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Wanita tersebut tertawa melihat Alex yang mengatakan kalau dia akan mati karena ditabrak olehnya. "tenang, Tuan. Aku tidak akan mati karena apa? Karena aku banyak amal ibadah eh lebih tepatnya aku terlalu banyak dosa jadi Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk bertobat. Harusnya, kamu bertobat juga Tuan jangan seperti ini ingat Tuan, wanita bukan hanya satu tapi banyak," jawab wanita tersebut yang berusaha untuk bangun.Namun, Alex tidak membantunya sama sekali. Alex hanya melihat wanita tersebut dengan tatapan datar. Wanita yang ditabrak oleh Alex kesal karena pria tersebut tidak membantunya. "Aku ingin minum, tidak bisakah kamu membantuku mengambil air, aku tidak bisa melakukannya sendiri. Kenapa kamu terlalu berat sekali
"Bagaimana ini, apa ada yang tahu kita di sini? Ck, sepertinya mereka sangat mencurigakan sekali. Sejak dulu tidak ada yang mengetahui tempat ini, tapi kenapa sekaranh mereka tau. Cakra memilih tempat ini karena tempat ini sangat aman walaupun ada beberapa warga yang tinggal di sini tapi mereka tidak sedikitpun mengetahui lokasi ini tapi ini lihat, mereka ada di sini dan sedikit mencurigakan, bukan?" tanya Beno memandang ke arah Arvin, Malik dan juga Pasha. Karena mereka yang tahu pemilihan tempat ini. "Benar seperti yang kamu katakan, Beno, Cakra tidak mungkin memilih tempat yang salah dan lihat dari wajahnya saja sudah kita tebak kalau mereka bukanlah warga di sini melainkan warga lain atau lebih tepatnya mereka mafia. Apa ada yang mulai mengikuti kita saat ini ya?" tanya Pasha kepada ketiganya. "Entahlah, aku tidak tau," jawab Beno. Arvin terdiam karena saat ini dia tidak mempunyai jawaban sama sekali. Apakah mereka diikuti atau tidak."Kita tidak bisa keluar dari sini maksudku
"Tidak salah berarti benar, gue baru tahu jika tempat ini langsung menuju ke pasar sepertinya kita harus lewat dari sini kalau mau ke markas kita," jawab Malik dianggukan oleh Pasha, Arvin dan juga Beno. "Ayo kita turun sebelum ada yang mengetahui kita di sini, ayo," ucap Beno yang segera turun. Satu-persatu mereka turunkan, setelah semuanya turun barulah Beno, Kenzi dan Hans menutup kembali pintu besi tersebut dan mereka meletakkan beberapa dedaunan agar tidak diketahui oleh siapapun dan benda-benda yang bisa menutupi pintu masuk menuju markas mereka. Beno dan yang lainnya segera melangkahkan kaki mereka bergegas kembali ke rumah sakit tentu saja mereka semua saat ini membaur dengan yang lainnya tidak lupa Beno dan yang lain membeli beberapa makanan yang ada di pasar paling tidak mereka membantu penjual yang ada di sana segala macam kue tradisional dan buah-buahan yang menggiurkan pun mereka beli agar tidak menimbulkan kecurigaan sama sekali dan sekaligus berbagi rezeki kepada me
Terlihat jelas di markas mereka banyak orang yang tidak mereka kenal, walaupun dari luar terlihat bangunan biasa tidak mencurigakan tapi entah kenapa orang-orang tersebut bisa ke sana. Padahal, bangun tersebut sengaja di dirikan oleh Cakra dan di fungsikan sebagai penakaran burung walet jadi kicauan walet terdengar menggema. Dan dari depan terlihat ruko tapi jika mata mereka jeli maka bisa dilihat kalau di dalamnya terdapat markas rahasia Cakra. Tidak ada yang bicara sama sekali, mereka saling memandang satu sama lain. Begitu juga dengan para wanita yang saat ini terlihat sangat pendiam. Kahfi mengedipkan mata ke arah salah satu wanita yang berada di depannya. Pasha yang melihat anaknya begitu genit hanya bisa menghela napas. "Anakku, kurang kerjaan. Buat apa dia tebar pesona seperti itu. Siapa yang menurunkan sifat genit seperti itu. Mana harga dirimu, nak!?" gumam Pasha yang masih didengar oleh Malik. Malik menoleh ke arah Pasha yang saat ini duduk di sebelah dia. "Makanya, cep
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk