Cakra yang melihat raut wajah anaknya berubah setelah mendapatkan telepon sedikit curiga. Dia menunggu sampai Kiano slesai menjawab telepon. Setelah selesai, Kiano memandang ke arah sepupunya dan semuanya yang ada di ruangan tersebut."Apa yang terjadi?" tanya Mike kepada Kiano. "Apa rusuh lagi ya di sana?" tanya Kahfi menduga jika terjadi rusuh lebih tepatnya klan mafia sedang melakukan serangan."Iya, kalian benar. Mereka sekarang sudah mendekati markas kita, sepertinya mereka menduga kalau kitalah yang menyimpannya. Aku tidak tahu siapa yang menghembuskan isu itu," jawab Kiano."Markasmu di mana,? Di Indonesia atau di sini?" tanya Cakra. "Italia, Daddy," jawab Kiano."Oh, ya sudah, kalau seperti itu, pergilah ke sana. Luna tunjukkan di mana tempatnya," jawab Cakra."You yakin, maksud i you harus diskusi dengan teman-teman you dulu," ucap Luna yang menegaskan kepada Cakra untuk mendiskusikan mengenai nuklir tersebut kepada teman-temannya. "Tidak apa dari awal mereka sudah menyerah
"Mami tidak akan kasih tau, karena Mami tidak mau kamu merusak rencana Mami. Mami tidak mau kamu merusak rencana Mami. Kamu urus semuanya, bukannya di dunia mafia sedang tidak kondusif? Jadi, kamu urus dan cari nuklir dan juga racun serta penawarnya. Jangan sampai ketiganya jatuh di tangan yang salah, itu punya Daddy kamu, mengerti! Mami mau pulang dulu," ucap Maria yang meminta kepada Alex untuk tidak ikut campur dengan apa yang akan dia kerjakan. Alex mendengar perkataan dari Maria tertawa dia tidak menyangka kalau Maria berbohong kepadanya. Alex menggelengkan kepala dan mendekati Maria dan tersenyum penuh arti. "Mam, aku tidak menyangka Mami itu baik sekali karena tidak menginginkan aku ikut campur tapi sayangnya, aku itu tidak seperti orang lain yang bodoh tidak tau semuanya. Kalau Mami ingin berbohong silahkan, karena apa? Karena, aku tidak peduli, aku akan mencari kebenarannya. Untuk nuklir dan lainnya akan aku usahakan merebutnya setelah itu aku akan pergi, Mami silahkan den
"Akhh, Mika jangan seperti ini. Aku minta maaf padamu. Aku janji tidak akan melakukannya lagi, aku janji Mika. Tolong hentikan Mika. Aku masih ingin jadi bujang, Mika!" pekik Kenzo yang berusaha untuk tidak bergairah saat melihat Mika tanpa busana sama sekali. Mika kesal karena dia dikatai kerempeng, tidak membuat pria bergairah. Jadi, dia buktikan kepada Kenzo kalau dia itu lebih bisa membuat pria bergairah termasuk Kenzo. Tidak peduli di antara mereka belum ada cinta. "Apa yang kamu lakukan Mika! Aku sudah katakan kalau aku tidak akan melakukannya. Jangan salahkan aku jika malam ini eh, sore ini akan jadi malam pertama kita menjadi suami istri. Jangan menangis kamu ya!" pekik Kenzo sekali lagi. "Aku tidak peduli kakak, aku sudah terlanjur ingin membuktikan kalau aku tidak seperti itu kakak. Aku tidak peduli kalau kamu melakukan itu karena kita sudah suami istri," ucap Mika yang meluapkan kekesalannya kepada Kenzo. Dia marah dan kecewa kepada Kenzo, dia yang awalnya mengatakan in
Luna menghela napas, karena mendengar suara orang yang dia tidak sukai. Kiano dan yang lainnya menoleh ke arah orang yang memanggil paman mereka. "Apalagi mau you? Kenapa you ganggu i ? Apa you tidak bisa sekali saja tidak memperlihatkan diri you itu di depan i ?" tanya Luna saat melihat siapa yang memanggil dirinya. Daniel yang mendengar perkataan Luna tertawa. Dia menepuk pundak Luna, tapi Luna mencoba menepis tangan Daniel karena dia mendengar nasehat Cakra kalau dia harus hati-hati, apalagi saat ini, pria ini sudah mengelabui dia dengan trik yang menyebalkan itu bertambah kesal lah Luna padanya. Daniel yang tangannya ditepis hanya menatap Luna dengan tatapan yang Kiano lihat agak sedikit berbeda. Dio yang sebelas duabelas seperti Kenzo konyolnya segera angkat bicara. "Permisi, Paman. Kami mau pergi ke kantor, ada urusan ini, bisa kami bawa Paman Luna kami ini? Kalau paman mau bicara dengan Paman Luna nanti saja," ucap Dio tanpa peduli dengan apa yang akan dipikirkan oleh pria
Kenzo membuka matanya dia melihat Mika sudah tidak ada di ranjang. Kenzo langsung duduk dan turun dari ranjang. Dia berjalan menuju kamar mandi, saat Kenzo membuka handel pintu, Mika lebih dulu keluar. "Kakak, sudah bangun?" tanya Mika. "Belum," jawab Kenzo yang langsung masuk. Kenzo akan ke rumah sakit, dia ingin melihat kondisi ibunya dan kakaknya. Keduanya bersiap untuk segera menemui keduanya. Dan, di sinilah mereka. Tepat di depan Kenzi dan Aluna yang saat ini terlihat keduanya sudah jatuh dari ranjang. Lebih tepatnya, ranjangnya yang jatuh dan itu karena ulah keduanya. Apalagi, Kenzo melihat Aluna seperti hantu. Anak Cakra semuanya takut hantu dan itu turunan dari Cakra. Mika menoleh Kenzo yang sembunyi dibalik pintu. "Kakak, ayo masuk. Itu kakak ipar hanya pakai masker. Dan kakak Kenzi, kenapa seperti ini? Apa kakak nggak bisa lakukan itu di rumah. Apa kondisi seperti ini gairah kalian meningkat ya?" tanya Mika yang berjalan masuk ke dalam kamar dan geleng kepala melihat
Aluna keluar dari kamar mandi dan tersenyum ke arah Kenzi, Kenzo dan Mika yang saat ini tersenyum ke arahnya. "Kalian mau makan? Kalau iya, aku akan belikan di kantin yang ada di sini," ujar Aluna yang berjalan ke arah nakas dan mengambil beberapa tisu dan mengusap wajahnya dengan tangan bergetar. Pergerakkan tangan Aluna mengusap wajah dilihat oleh Kenzi. Kenzi terus memperhatikan Aluna yang terlihat berbeda dari tadi."Tidak perlu, kami mau ke tempat Daddy, kakak dan Kakak ipar makan saja. Apa mau kami pesankan?" tanya Kenzo menawarkan kepada keduanya untuk dibelikan makanan. "Tidak perlu, nanti aku akan pergi ke kantin," jawab Aluna menolak untuk dibelikan. Kenzi tersenyum dan mengangguk. "Kakak, kami pergi dulu. Mau ke ruangan Mommy, mau tau apa sakit Mommy, kenapa bisa sepucat itu, apa kakak sudah tau sakitnya Mommy apa?" tanya Kenzo. Kenzi geleng kepala, dia pun risau melihat Mommynya dan dia lupa untuk menanyakan kenapa dengan Mommynya yang tiba-tiba pingsan."Tidak, belu
Kenzi melihat kekacauan yang ada di rumah sakit dia pun ikutan panik bukan karena suster dan yang lainnya menjerit. Akan tetapi dia panik karena dia harus berjibaku dengan para suster dan keluarga pasien untuk bisa keluar dari rumah sakit tersebut.Terlebih lagi, dia takut jika ada musuh yang tiba-tiba datang menyerang mereka. Di parkiran terlihat sebuah mobil memandang ke arah rumah sakit yang terlihat mengepulkan asap tebal, senyum terbit di wajahnya. "Kali ini tidak akan ada yang lolos, aku akan pastikan kalian semua mati seperti apa yang telah kalian lakukan kepada Daddyku," ucap pria tersebut. Pria itu adalah Alex. Dia meminta kepada anak buahnya meletakkan bahan peledak di rumah sakit tersebut dan sekarang Rumah Sakit tempat di mana Alena, Kenzi, Cakra, Aluna, Mika dan anak buah Cakra berada sudah terbakar cukup hebat. Cakra yang berada di ruangan Alena terkejut, dia yang sedang menyuapi istrinya, mendengar suara ledakan langsung meletakkan piring di atas meja. Cakra segera m
Mika yang sudah berhasil membuka pintu lift di lantai yang tadi mereka paksa buka hanya bisa menatap sendu karena lift yang jatuh ke bawah. Dia duduk sambil memandang ke arah bawah dan terdengar hempasan yang cukup kuat dari bawah hingga api menyembur ke atas membuat Mika harus menghindar. Pintu tersebut tertutup kembali. "Akhh, tidak! Kakak, Paman Bejo!" teriak Mika dengan cukup kencang memanggil keduanya. Kenzo berhasil membuka pintu tersebut dan membantu Mika untuk segera keluar tapi naas, mereka tidak bisa ikut bersama Mika dikarenakan lift tersebut sudah lebih dulu jatuh. Mika melihat Kenzo tersenyum ke arah dia dan mengucapkan satu kata dari bibirnya. "Bahagia selalu," ucapan terakhir Kenzo membuat Mika menangis histeris. Di tempat lain, Luna mendengar dari anak buahnya kalau rumah sakit yang merawat Alena dan juga Kenzi diserang oleh orang yang tidak dikenal mereka yang baru saja sampai di markas hanya bisa mengumpat dan memaki, mereka tidak menyangka kalau Rumah Sakit ters
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk