Tuan Rosario berbincang dengan pria yang dia jumpai setelah itu barulah dia duduk kembali dan menoleh ke arah ketiga sahabat Cakra. Tuan Rosario tersenyum melihat ekspresi dari ketiganya. "Kenapa, kalian tidak percaya kenapa saya mengenal dia. Dia itu mantan mafia, kami bersahabat. Jadi, apa yang saya katakan itu jujur. Apa kalian percaya dengan saya kali ini?" tanya Tuan Rosario kembali. Pasha, Malik dan Beno menganggukkan kepala pelan mendengar perkataan Tuan Rosario. "Kami percaya," jawab Beno kembali. "Bagus, sekarang katakan pada saya, apa kalian semua termasuk anak saya itu, mafia?" tanya Tuan Rosario lagi. Ketiganya menjawab dengan anggukkan kepala. Melihat jawaban ketiganya yang menganggukkan kepala membuat Tuan Rosario menghela napas berat. "Ah, kenapa dia mengikuti jejakku. Padahal, aku tidak pernah meminta dia untuk melakukan itu. Apa kalian juga ikut bersama anakku?" Tanya Tuan Rosario dengan tatapan teduh. "Iya," jawab mereka serentak. Tuan Rosario memijit keningny
"Hai, kalian merindukan aku? Wah lihatlah, kalian sangat bahagia, gue jadi senang lihat kalian yang bahagia. Bagaimana kondisi kalian? Sudah mulai baikkan? Apa kalian akan pulang ke rumah dan menghadiri pernikahan gue?" tanya Beno yang masuk dan memberondong dengan pertanyaan hingga membuat Cakra dan Tuan Rosario membolakan matanya. "Ngapain kamu di sini, pergi sana. Menyebalkan, datang ga bawa apa-apa. Kalau jenguk orang sakit itu bawa makanan, bukan bawa angin keributan," jawab Cakra. Beno terkikik mendengar perkataan dari Cakra. Beno menunjuk ke arah belakang. Dimana ada Pasha dan Malik yang membawa bungkusan berisi buah tangan. Bukan hanya untuk Cakra dan istrinya juga untuk Luna juga Arvin. "Kami mau ke ruang sebelah, mau lihat Luna. Kasihan dia tidak ada yang jenguk, lebih baik kami jenguk dia dulu. Nanti kami ke sini lagi, ayo kita pergi sekarang!" ajak Beno kepada kedua sahabatnya. Beno memberikan buah tangan kepada Tuan Rosario setelah itu barulah dia pergi. Tuan Rosario
Semenjak dirawat kondisi Cakra dan Alena berangsur-angsur membaik. Bukan hanya keduanya saja, Luna dan Arvin juga membaik walaupun belum diperbolehkan pulang, mereka tidak mempermasalahkannya yang penting sehat. Seminggu dirawat, membuat rasa rindu di hati Alena semakin besar dengan si kembar. "Sayang, besok pernikahan Beno dan Hani. Kita hanya bisa melihat dari sini saja. Aku merasa bersalah dengan sepupuku karena tidak datang di pernikahan mereka."Alena sedih karena pernikahan sepupunya dia berada di rumah sakit. "Mau bagaimana lagi, Sayang. Kita masih belum pulih. Yang penting doa dari kita untuk mereka.""Iya, kamu benar, Sayang. Aku rindu si kembar. Lihat dari video tidak puas, aku ingin peluk dia. Tidak bisakah kamu tanya ke dokter kita rawat di rumah saja. Aku ingin memeluk si kembar, kamu tanyakan ya," pinta Alena. Cakra tersenyum dan menganggukkan kepala ke arah Alena. Dia juga rindu dengan si kembar, ingin menjahili si kembar tapi apa daya, dia harus kuat dan sembuh seca
Cakra masih mendengar apa yang dikatakan oleh seseorang di ujung telpon. Rahangnya mengeras dan tentu saja itu membuat Alena menatap ke arah Cakra dengan curiga. "Kenapa wajahnya menegang? Apa terjadi sesuatu dengan si kembar?" gumam Alena dalam hati. Cakra berdehem dan dia mengetahui jika sang istri memperhatikan dirinya. Cakra menoleh ke arah Alena dan tersenyum kecil. "Baik, tunggu perintahku saja. Awasi semuanya, jangan sampai kecolongan. Cari tau di mana posisinya. Aku ingin segera menemukannya, cepat ya," ucap Cakra. Cakra segera mengakhiri panggilannya. Cakra meletakkan kembali ponselnya di nakas. Helaan napas terdengar cukup berat. Cakra mengedipkan matanya ke arah Alena. Alena membolakan matanya karena Cakra mulai genit. "Jaga matamu, Sayang. Nanti kamu akan aku colok. Siapa yang menghubungi kamu? Apa ada sesuatu yang kamu rahasiakan?" tanya Alena dengan sorot mata tajam. "Tidak ada yang aku sembunyikan sayangku cintaku, manis manjaku, aku hanya bicara dengan anak buah
Hani yang ditanya oleh Beno menganggukkan kepala pelan. Hari ini dia akan menyerahkan kesuciannya kepada sang suami. Melihat jawaban dari Hani, Beno langsung melakukan penyatuan yang sangat indah. Suara teriakkan manja bergema di seluruh kamar hotel. Berkali-kali keduanya melakukan pelepasan dan sampai pagi, kegiatan penyatuan berhenti. Hentakan cukup kuat dan benih Beno masuk ke rahim dan berharap jika benih tersebut menjadi keturunan untuknya. "Makasih, Sayang. Kamu sudah memberikan aku kesucian hanya pada suamimu ini. Aku benar-benar senang karena hanya aku yang memilikinya," ucap Beno. "Iya sama-sama, aku senang bisa memberikan kesucian itu kepadamu seorang. Sekarang kita tidur yuk. Badanku lemes sekali ini," rengek Hani dengan manja. Suara rengekan manja dari Hani membuat Beno tertawa. Baginya itu menggemaskan, Beno menarik hidung Hani dan menciumnya dengan penuh kasih sayang, tidak peduli peluh memenuhi wajahnya baginya itu sangat seksi. "Yasudah, kita tidur sekarang."Ben
Mobil yang membawa si kembar ke sekolah taman kanak-kanak tidak mengetahui ada yang mengikuti. Alena yang di dalam mobil bercanda riang bersama dengan si kembar. "Mom, nanti kalau sudah besar mau jadi seperti Daddy," ucap si sulung Kenzi. "Benal itu, Kenzo uga mau sepelti Daddy, tampan uga anyak wanita yang suka ama Kenzo," jawabnya lagi. Alena yang mendengar perkataan dari anak keduanya terkejut, dia melotot karena anaknya mau menjadi pria tampan agar banyak wanita yang menyukai mereka. "Tidak boleh, kakak. Berdosa kata Nenek. Wanita cukup satu saja," ucap Kiano dengan polosnya. Lagi-lagi Alena dibuat terkejut karena si bungsu mengatakan seperti itu. Para suster yang ikut bersama Alena tersenyum mendengar anak asuhnya mengatakan hal seperti itu. "Mereka sangat lucu ya, Nyonya. Dari kemarin seperti itu juga yang dikatakan Tuan Muda Kenzo. Teman wanita di sekolah dia anggap semuanya pacarnya," adu salah satu suster yang membuat Kenzo berbalik dan memicingkan matanya. Anak Cakra
Cakra langsung menakan tombol merah dia tidak melanjutkan percakapan dengan Della. Semuanya panik karena mendengar suara teriakkan dari Alena. "Sayang, kalian kenapa! Halo, Sayang! Kamu dengar aku? Ya Tuhan, ada apa ini! Alena kamu dengar aku!" pekik Cakra dengan kencang. "Tenang dulu, kamu hubungi dulu anak buahmu yang sering ikut Alena tanyakan dimana mereka, cepat. Aku akan minta anak buahku ke sana, cepatlah!" teriak Beno meminta Cakra menghubungi Bejo dan Bule. Cakra segera meraih ponselnya, dia gemetar saat memegang ponselnya. Dia tidak menyangka kalau keluarga kecilnya akan mendapatkan masalah lagi. Dia berpikir setelah kejadian itu tidak terjadi apapun. Nyatanya dia salah, ini yang dia takutkan membawa Alena dan si kembar keluar tanpa pengawasan darinya. Panggilan Cakra masuk tapi tidak dijawab sama sekali. Cakra hanya mengumpat berkali-kali karena kedua bodyguardnya tidak menjawab panggilan darinya. Situasi panik, Luna terus memanggil Alena tapi nyatanya Luna hanya menden
Cakra saat ini berada di rumah sakit. Dia membawa Alena ke rumah sakit dan saat ini Alena dirawat di VVIP. Cakra setia menemani Alena, dirinya tidak mau meninggalkan Alena sedikitpun. Sedangkan Cakra dan tiga sahabatnya mengejar orang yang sudah menculik si kembar. "Sayang, cepat bangun. Aku menunggu kamu, aku tidak mau kehilanganmu. Kamu yang sabar ya, aku akan cari si kembar sampai dapat dan maafkan aku ya," ucap Cakra dengan suara lirih. Cakra tidak menyangka ketiga buah hatinya diculik oleh musuh mafianya. Selama ini Cakra sudah tidak lagi bergelut dengan yang namanya mafia, dia hanya memantau keadaan musuhnya agar tidak menyerangnya tapi dia kecolongan. Cakra dan anak buahnya mencari di seluruh markas besar Klan Minamoto dan Klan Woody, dia tidak akan melepaskan siapapun yang sudah menculik anaknya. Seminggu sudah Cakra mencari buah hatinya tapi sayangnya, tidak ketemu juga. "Eugh, sa-sakit!" suara erangan dari Alena membuat Cakra bahagia. Seminggu Alena tidak sadarkan diri
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk