Acara pernikahan sangat meriah, Alena dan Cakra menikmati acara pernikahan dari asisten Cakra. Semua tamu undangan dan seluruh karyawan di perusahaan Cakra di undang. Mereka patah hati karena Arvin idola mereka menikah. "Sayang, ayo bawa si kembar ke kamar. Kasihan mereka. Pasti mereka membutuhkan istirahat kamu juga," ucap Cakra yang mengajak Alena untuk masuk ke kamar. "Ya sudah, lagian aku juga sudah lelah, Sayang. Ayo kita pergi sekarang." Alena juga setuju untuk kembali ke kamar. Alena dan Cakra bersalaman dengan kedua mempelai. Sekarang, Arvin adalah sepupu Alena karena menikah dengan Hana begitu juga dengan Cakra mereka bukan lagi asisten tapi sudah saudara sepupu. "Bos, makasih sudah datang. Nona Alena, terima kasih juga menyempatkan hadir di pernikahan saya," ucap Arvin dengan tulus. "Sama-sama, jangan panggil nona lagi, kita sudara sepupu. Bahagia terus dan cepat dapat momongan ya," sahut Alena. Alena memeluk sepupunya, dia senang sepupunya mendapatkan suami yang baik,
Esok harinya Cakra dan Alena bersiap untuk pulang hari ini mereka akan kembali ke rumah lebih tepatnya ke rumah Tuan Rosario. Cakra ingin menenangkan istrinya sampai situasi aman dan dia tidak ingin kejadian terulang lagi walaupun banyak pengawal tetap dia tidak ingin sampai terjadi sesuatu dengan istrinya dan juga si kembar. "Apa sudah siap semua, Sayang? Kalau sudah ayo kita pergi sepertinya hari ini kita akan tinggal di rumah Daddy untuk sementara waktu sambil aku mencari pelakunya kamu jangan takut aku akan menemukan pelaku yang sudah membuat kamu ketakutan," ucap Cakra. "Aku ikut saja yang penting si kembar aman," jawab Alena. "Pasti, si kembar dan kamu juga ibu akan aman. Setelah itu, kita pindah kembali ke rumah ya, sabar ya," jawab Cakra yang dianggukan oleh Alena. Mereka pun segera keluar dari kamar hotel sebelum pulang mereka sarapan lebih dahulu semuanya sudah berkumpul termasuk ketiga sahabat Cakra Arvin juga sudah turun bersama istrinya, mereka makan bersama. Beno yang
Tuan Rosario memandang tajam ke arah Cakra, dia kesal kepada anaknya itu karena Cakra berpura-pura tidak tahu apa yang dia katakan. "Apa kamu benar-benar tidak tahu atau kamu benar-benar tidak ingin memberitahukan kepada Daddy, apa yang terjadi?" tanya Tuan Rosario lagi. "Aku benar tidak tahu apa yang Daddy maksudkan kalau untuk masalah pelemparan itu, aku belum menemukan orangnya dan aku sudah meminta kepada Arvin untuk mencari siapa orangnya jadi Daddy tidak perlu khawatir. Apa Daddy keberatan aku dan anak-anakku serta istriku tinggal di sini bersama dengan mertua dan sepupu dari istriku?" tanya Cakra. Tuan Rosario berdecih, dia tidak suka jika Cakra mengatakan hal itu. Dia melempar bolpoin ke arah Cakra beruntung Cakra bisa mengelak. "Sungguh keterlaluan, anak kurang ajar berani-beraninya kamu mengatakan itu kepadaku. Sejak kapan aku keberatan menantuku ada di sini dan keluarganya. Apa kau ingin aku coret dari kartu keluarga?" tanya Tuan Rosario yang kesal karena anaknya ini b
"Woi, jangan melamun di sini. Nanti lo kesambet kucing belang!" seru Beno yang terkikik karena Cakra melamun. Luna, Arvin, Pasha dan Malik tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Beno. Terlebih lagi melihat wajah cenong Cakra seperti orang kebingungan. Baru dia ngeh saat melihat sahabatnya dan asisten tertawa."Sialan kalian berdua, kucing belang apaan." Cakra kesal mendengar perkataan dari Beno. "Lagian, lo juga melamun. Ya gue katakan lah seperti itu, aneh lo. Sudah, kalau emang itu dia kita ada si pinky boy, dia akan menyamar sebagai kucing belang sesungguhnya, bagaimana pinky boy, lu mau kagak bantuin si Cakra yang tampan sekomplek dan sekecamatan?" tanya Beno kembali. Cakra menatap Beno yang asal bicara. Dia menoleh ke arah Luna yang masih terlihat cuek. Antara mau dan tidak. Dan pada akhir dia menganggukkan kepala setuju untuk melakukan apa yang dikatakan oleh Beno. "Tapi, tunggu dulu, bukannya lo sudah ketemu dengan dia waktu di mall, kalau dia jadi kucing belang bisa ke
Cakra Luna dan 3 sahabatnya juga asisten menikmati makanan yang sudah disajikan mereka benar-benar seperti orang biasa dalam artian tidak ada status kekuasaan terlihat. Cakra dan pengunjung lain juga membaur jadi satu. "Lihat itu, mereka bisa tangkap ikan, kita boro-boro nangkap, makan umpan saja ga. Dasar ikan sok kecakepan!" kesal Beno yang menatap ke arah pengunjung yang bahagia karena berhasil menangkap ikan. "You aja yang ga bisa nangkap ikan, desek aja bisa. Makanya you harus bisa tangkap itu ikan, masuk empang sana," ujar Luna meminta kepada Beno untuk masuk ke dalam empang. Beno membolakan matanya mendengar Luna mengatakan dirinya harus masuk empang baru bisa tangkap ikan. Malik dan Pasha menggelengkan kepala mendengar perkataan dari Luna. Mereka melanjutkan makan dan setelah selesai, mereka menikmati suasana di pemancingan. "Cakra, lo ingin jebak dia ga? Kalau iya bagaimana kalau kita pura-pura bekerjasama dengan dia, anggap saja lo ga kenal dengan dia maksudnya gue kena
Cakra dan pemilik pemancingan bersembunyi di empang. Mereka menundukkan kepala agar tidak tertembak. Cakra tidak bisa melihat siapa yang sudah menyerang mereka secara tiba-tiba. Anak buah Cakra yang melakukan serangan balik terhadap musuh bos mereka. "Ada apa ini, kenapa ada suara tembakan? Apa ada polisi di sini sedang mencari burunon?" tanya pemilik pemancingan tersebut. "Kami tidak tau, lebih baik diam saja, Pak. Jangan bersuara, nanti kita ketahuan. Bapak mau ditembak? Kalau tidak mau diam ya, biar ini jadi urusan kami. Cak, lo tau ini siapa pelakunya?" tanya Beno. Cakra menggelengkan kepala, dia tidak tau siapa pelakunya. Karena belum juga dia ketahui, dia pun ga bisa melakukan serangan balik, karena ada pemilik pemancingan di sini. Bahaya jika dia mengeluarkan senjatanya. "Tidak tau karena kita belum menangkap mereka. Kalian keluar perlahan, tiarap saja dan di sana ada yang akan menjaga kita. Gue mau bawa bapak ini ke rumah, gue harap rumahnya tidak di tem...." Cakra menghe
Alena tertidur di sebelah box si kembar, dia tidak mengetahui jika Cakra pulang. Cakra akhirnya tiba di rumah bersama dengan Luna. Keduanya yang sudah basah karena kecebur empang. "I benar-benar bau empang, kenapa mereka serang kita? Apa mereka tau kita yang ambil itu barangnya?" tanya Luna. "Entahlah, lebih baik kita bahas nanti saja. Sudah malam dan bau, mana lengket lagi. Turun cepat, bawa ikan you, dari tadi menangis," jawab Cakra yang segera turun dan melangkahkan kaki menuju pintu. Namun, saat belum masuk dia kembali lagi ke mobil. Luna yang melihatnya menyerngitkan keningnya, dia heran kenapa Cakra masuk kembali mobil dan dia membuka dasbor. 'Desek kenapa itu? Apa desek mau pergi lagi!?' gumam Luna yang memperhatikan Cakra. Cakra segera keluar dan berjalan menuju Luna sambil tersenyum dia menunjukkan apa yang dia ambil dan membuat Luna menaikkan alisnya. "You mau nyogok siapa? Istri you? Dasar you suami penjilat, ga berhasil karena i tau Alena seperti apa, dia orangnya ti
Pagi harinya, Cakra turun bersama si kembar, perkembangan si kembar makin hari makin membuatnya gemes. Sejak peristiwa teror tersebut Cakra dan Alena serta si kembar tinggal di rumah Tuan Rosario. Tepat hari ini mereka akan kembali ke rumah. Karena situasi sudah aman. Tidak ada lagi teror ataupun hal lainnya. Serangan waktu di tempat pemancingan juga tidak ada, klan Minamoto seperti ditelam bumi. Tapi, walaupun tidak ada serangan, Cakra sudah menyusun rencana untuk membalasnya, dia yang sudah tau klan Minamoto itu adalah Minahashiro mencoba menjalin kerja sama tapi tidak berhasil lebih tepatnya belum ada jawaban. "Arvin, bagaimana? Apa sudah dapat jawaban dari mereka?" tanya Cakra yang duduk di ruang tamu bersama Arvin dan Luna. "Mereka belum ada jawaban sama sekali. Katanya bos mereka ada di Jepang. Saya tidak tau apakah dia balik ke sana atau tidak. Tapi, saya sudah mengirim mata-mata untuk mencari tau keberadaan bos mereka. Termasuk yang di Italia dan Timur Tengah," jawab Arvin
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk