Beranda / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Bab 57. Atu Comel

Share

Bab 57. Atu Comel

Penulis: ZeeHyung
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Cakra dan Alena pagi-pagi sudah turun sarapan, mereka makan dengan tenang, Luna melirik ke arah Cakra, tidak ada pembicaraan apapun. Sampai selesai, Cakra segera bergerak dan pamitan kepada anak dan istrinya juga mertua barulah dia pergi bersama dengan Luna dan Arvin.

"Beno sudah telpon you? Apa kita akan pergi sekarang?" tanya Luna yang saat ini sudah duduk di depan bersama dengan Arvin.

Luna sudah memakai pakaian yang dibeli oleh Cakra. Dia tidak memakai pakaian pink lagi, tapi tetap di lehernya ada syal pink menjadi ciri khasnya.

"Sudah, ini dia kirim pesan, dia menunggu kita di tempat biasa. Arvin, apa urusan kantor aman? Karena semalam jadwal saya tidak ada meeting penting, apa hari ini ada meeting penting?" tanya Cakra kembali.

"Tidak ada, semua aman. Untuk meeting penting nanti hari senin depan, investor dari Dubai datang untuk memperpanjang kontrak baru," jawab Arvin.

Cakra menganggukkan kepala dengan pelan, dia mengerti jika investor dari Dubai tidak bisa di cancel ole
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
pinter kmu Luna sebenernya klo kmu bersahabat dgn hantu2 tadi kmu akan d bantu Luna ..semoga Cakra dn kawan2 bergasil barang2 nya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 58. Dia Benar-benar Gemoy

    Anak buah dari klan Minamoto melihat ke arah dimana Luna jatuh, mereka saling memandang dan memberikan kode ke arah di mana Luna berada. "Kita lihat, siapa dia, kenapa bisa dia ada di sini. Ayo cepat, takutnya dia musuh bos," ujar anak buah klan Minamoto kepada rekannya. "Ya sudah, ayo kita lihat sekarang, sepertinya dia harus dikasih pelajaran jika benar dia musuh di bos," sahutnya kembali. Keduanya pergi melihat ke arah Luna sedangkan yang lainnya berjaga di sekeliling. Luna yang mendengar suara langkah kaki tersenyum penuh kemenangan, dia akan mulai akting. "I harus akting, agar desek percaya dengan i, kita lihat artis dari tanah air mulai beraksi," ucap Luna pelan dan mulai drama jika dia kesakitan. Sebenarnya sakit, tapi dia harus menambah lagi kesakitannya. Dua anak buah klan mafia memandang ke arah Luna yang duduk di pinggir jalan. Mereka memicingkan mata ke arah Luna yang menangis. "Hei, kenapa kau menangis, apa kau hantu atau manusia?" tanya pria bertubuh tegap. Mende

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 59. Serangan

    "Siapa kalian?" tanya anak buah dari Klan Minamoto kepada Arya. Luna yang latah segera buka mulut. "Mereka manusia, tidak mungkin mereka hantu, you aneh sekali," jawab Luna membuat anak buah dari Klan Minamoto menoleh ke arah Luna. Luna terdiam dan menutup mulutnya. Dia salah dan dia mundur ke belakang. "Jangan lupakan, emas batangan I ya? I, tunggu you di pojokan ya, " ucap Luna yang menggeser ke samping. Dia ingin menjauhi serangan kedua kubu. "Bahaya, I tidak bisa berpihak kepada musuh. I dibayar oleh mereka, aish, I mau mencari emas batangan saja. Biarkan mereka bertarung. Selamat, bertarung," jawab Luna yang berjalan ke samping sedangkan Cakra sudah berdiri di depan bersama sahabat, asisten dan anak buahnya. "Kenapa kalian ke gudang kami? Apa kalian tidak tahu jika gudang ini milik orang. Kalian mau mencuri ya? Dasar kurang ajar, berani sekali kalian mencuri, aku tidak akan biarkan kalian mengambil barang kami, serang mereka, habisi mereka jangan biarkan mereka lolos dan kab

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 60. Pengen Dimanja, Sayang

    Cakra sudah kabur dari gudang tersebut dan dia puas karena barangnya sudah kembali lagi padanya. Dia akan melihat kembang api yang akan sebentar lagi terlihat. Minahashiro klan Minamoto yang melihat gudangnya habis di jarah mengepalkan tangannya. Dia tidak percaya jika semuanya hilang termasuk emas batangannya. Rencananya dia mau ambil, tapi keburu raib. "Cari mereka sampai dapat, bunuh mereka semua!" pekik Minahashiro dengan kencang karena dirinya harus menerima kenyataan pahit. Anak buah Minahashiro segera masuk ke dalam gudang bagian belakang mengejar Cakra dan gengnya, tapi sayang tidak berhasil sama sekali. Cakra dan rombongan sudah lebih dulu pergi. "Apa kalian sudah pasang semuanya?" tanya Malik dengan napas naik turun. "Sudah, kami sudah pasang, ini remotnya," jawab anak buah Malik menyerahkan remot untuk meledakkan gudang tersebut. Malik mengambil remot tersebut dan menyerahkan ke Cakra. Dua remot di ambil satu oleh Cakra satu Malik yang pegang. Cakra tersenyum penuh a

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 61. Istriku Nakal

    Cakra mengeluarkan suara nakalnya, seiring dengan permainan nakal sang istri. Cakra membiarkan istrinya berfantasi seperti yang dia inginkan. Walaupun hanya bermain diluar, tapi Cakra senang istrinya mengerti dengan apa yang dia mau dan melayani dirinya. "Uehmm, kamu nakal. Istri nakalku sudah bisa memuaskan aku, lagi Sayang, iya seperti itu," ucap Cakra yang merinding karena tangan Alena mulai bermain dengan lincah di adik kecilnya yang sudah menegang dan jangan ditanya bagaimana dirinya saat ini. "Aku akan membuatmu melayang, Tuanku. Aku tidak akan mengabaikan kamu, karena aku tau kamu suka dengan permainan yang aku lakukan, uhmm, enak tidak, Tuan tampan?" tanya Alena dengan suara parau dan hembusan napas Alena menerpa dada Cakra. Lagi-lagi Cakra merinding dan sudah dipastikan jika tubuh Cakra makin bergairah, wajahnya merah padam dan tubuhnya menegang. "Lakukan sekarang, aku sudah tidak kuat," ucap Cakra merasakan gairahnya sudah di ubun-ubun dan ingin segera pelepasan. Alena

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 62. Jangkrik

    "Kalau dia tau tidak tau sahabat you mana mungkin dia kirim ini, you kadang aneh. Tapi, i rasa ini salah satu teror mereka. Karena you sudah diketahui oleh musuh you, jadi you harus hati-hati jangan sampai you masuk perangkap mereka. Paham you?" tanya Luna mengatakan kepada Cakra agar hati-hati. Cakra hanya bisa diam, dia mengepalkan tangannya karena kelakuan dari orang yang sudah menerornya. Arvin segera membuang kotak yang berisi boneka yang kepalanya sudah lepas dari hadapan bosnya. Mereka tidak mau kalau Alena dan yang lainnya mengetahui apa yang terjadi. "Sekarang, kalian tenang saja. Jangan takut, gue yakin ini hanya teror dari lawan bisnis Cakra, tidak mungkin yang punya gudang tadi malam. Jangan lo pikirin, Cakra. Kalau pun iya, kita pasti membalas dia. Sekarang, gue akan minta bantuan dari orang suruhan gue, kalian tenang saja jangan khawatir," ucap Pasha yang meminta kepada Cakra tenang. Pasha mulai menghubungi anak buahnya, Cakra segera berbalik dan dia ingin menemui Al

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 63. Awas Lo

    Luna masih menunggu jawaban dari Cakra apakah dia akan setuju dengan apa yang dia katakan atau tidak. Cakra menghela napas, dia tidak tau harus mengikuti kata Luna atau tidak. Bisa saja bukan dia, tapi keyakinan Luna cukup besar. "Bos, kalau bos belum yakin saya akan cari siapa pengantar paket tadi pagi. Saya akan retas semuanya. Apa bos mau?" tanya Arvin. "Selidiki dulu, bawa si pengantar tersebut. Buat mereka menyesal karena sudah melakukan itu padaku dan keluarga kecilku jangan sampai acara si kembar terganggu dan acara kamu dan yang lainnya juga," ucap Cakra. "Siap bos," jawab Arvin. Mobil terus melaju sampai di kantor, Arvin memarkirkan mobil diparkiran khusus. Dia bergegas turun dan membuka pintu mobil. Cakra segera keluar dan berjalan menuju lift khusus. Ketiganya masuk ke dalam lift, Arvin menekan angka menuju ruangan kerja bosnya. Kring! Kring! Cakra mendengar suara ponselnya, dia segera mengambil ponsel dari saku celana dan saat melihat id panggilan dari Alena membuat

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 64. Kenzi, Kenzo, Kiano Bramasta Sastrawinata

    Cakra terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Rosario, dia sejenak berpikir dengan saran Tuan Rosario untuk memindahkan acara ke tempat lain agar tujuannya tidak membuat keluarganya terluka bukan berarti memindahkan acara akan menambah masalah tidak. Cakra akan memberikan semua makanan kepada panti asuhan. Jadi, biarlah mereka yang menikmati sedangkan dia akan membuat acara di sini secara kecil-kecilan yang penting penambalan nama pikirnya "Baiklah,.aku akan ikut cara Daddy. Aku akan buat acara di sini secara kecil-kecilan sisanya aku akan mengantar ke panti asuhan. Arvin katakan kepada catering kirim ke panti asuhan dan kasih alamatnya cepatlah," ucap Cakra yang memerintahkan Arvin untuk memberitahukan orang catering agar semua makanan yang sudah dipesan dikirim ke panti asuhan. "Baik, Bos saya akan lakukan dan untuk undangan apa saya akan kirim pemberitahuan jika ditunda atau dibatalkanm?" tanya Arvin kembali. "Batalkan saja, katakan kepada para undangan kalau acaranya dib

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 65. Pernikahan Arvin

    "Mau ke club, ikut you? Lagian, you udah tau kalau dia akan menikah, kenapa you masih saja bertanya. Bukannya minggu depan you juga menikah." Luna menjawab apa yang ditanya oleh Beno. Beno terkekeh karena Luna mengatakan mereka akan ke club. "I lupa, you jangan marah ya, i tidak akan ikut you ke club. Ya sudah, i ikut. Sayang, ikutlah denganku, jangan dengan mereka," ucap Beno. Beno mengajak Hani untuk ikut bersama dirinya. Hani menoleh ke arah ibu Aminah untuk persetujuan. Ibu Aminah menganggukkan kepala, dia tidak masalah karena sudah jadi calon suami. Mendapat persetujuan dari Ibu Aminah, Hani pun turun bersama dan mendekati Beno. Cakra memberikan kode untuk bicara dengan Beno. Beno yang tau segera mendekati Cakra. Keduanya berbicara dan terlihat keterkejutan di wajah Beno. Beno menepuk pundak Cakra dan mereka segera naik ke mobil masing-masing. "Ada apa, Sayang?" tanya Alena kepada Cakra. "Aku katakan kalau ada kejadian di rumah hari ini. Dia terkejut dan akan membantu menca

Bab terbaru

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 151. Epilog

    Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 150. Pemakaman

    Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 149. Separuh Jiwaku Pergi

    Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 148. Kepergian Alena

    "Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 147. Operasi

    Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 146. Aku Tidak Judi Mommy

    Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 145. Bangun Sayang

    "Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 144. Penyesalan Alex

    Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 143. Pemakaman Maria

    Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk

DMCA.com Protection Status