Kali ini, hati Agatha benar-benar lega, lantaran semuanya sudah dijawab dengan sangat jelas juga detail oleh mertuanya, meskipun sempat membuat tersinggung di awal. Namun, dari sini, dirinya bisa menilai, jika mertuanya tidak seburuk yang ada di dalam pikiran kakaknya.
“Mengapa kalian tidak bertanya langsung saja kepada Julianna?” Tanya Hanrey dari awal merasa heran.
“Andai bisa, sudah saya lakukan sejak awal tanpa perlu susah payah mencari fakta dari berbagai sumber.” Jawab Axel masih sedikit ketus.
“Kenapa tidak bisa? Julianna enggan menjelaskan?” tebak Hanrey membuat Agatha juga Axel menggelengkan kepala.
“Bukan, Pah, justru, kami tidak bisa mendengar langsung karena mamah sudah meninggal tepatnya dua minggu lalu.” Jawab Agatha berlianng air mata.
“Apa? Julianna sudah meninggal?” pekik Hanrey tidak percaya. “Antarkan saya ke peristirahatan terakhirnya.” Pinta Hanrey.
“Awalnya, aku menumpahkan minuman di jas mahalnya, karena tidak mampu mengganti, suamiku menawarkan diri untuk menjadi istri pura-puranya supaya tidak jadi di jodohkan oleh teman mamahnya. Awalnya, memang aku menolak, karena tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan, lalu, tiba-tiba mendengar kabar jika penyakit mamah kambuh dan dilarikan ke rumah sakit, dokter meminta untuk segera di pasangkan ring dan tentu saja membutuhkan uang sangat banyak. Suamiku datang menawarkan sejumlah uang sebagai bentuk tanda awal menyetujui pernikahan. Dengan terpaksa, aku menyetujuinya, Kak.” Jawab Agatha dengan suara terisak, air mata tidak berhentinya menetes.Apa yang dikatakan oleh adiknya, tentu saja membuat hati seorang kakak sangat sakit. Mendengar itu, dirinya menjadi sangat bersalah, seharusnya ada di posisi itu, namun karena kesibukan bekerja, membuatnya sampai tidak mengetahui jika adiknya sampai nekat berbuat seperti ini demi kesembuhan ibunya.“Oh, jadi karena uang, sehingga membuatmu mener
Axel yang kehilangan jejak adik sau-satunya, merasa sangat gelisah. Sudah menyusuri jalanan, namun, tidak juga menemui keberadaan adiknya.Ada perasaan bersalah karena gagal menjaga adiknya dan tidak ada di saat seperti ini, keegoisannya membuat semua ini semakin melebar. “Agatha, dimana kamu?” batinnya sangat cemas.Pikirannya yang tengah kalut, ditambah perasaan yang seang tidak baik-baik saja, membuat Axel memilih beristirahat sejenak di sebuah kafe yang tidak jauh dari posisinya saat ini. Siapa tau, disana nanti dirinya memiliki secercah celah keberadaan adiknya.Sedangkan Christopher, setelah bertengkar hebat dengan ayahnya, memilih segera melajukan mobil mewahnya di sebuah mall. Rasanya sudah tidak sabar untuk menemui istri tercintanya.Perjalanan yang tidak membutuhkan waktu lama, ditambah lagi, jalanan yang sepi, membuatnya bisa segera menancap gas untuk tiba lebih cepat.****&nb
“Kakak ipar, tidak perlu khawatir mencari dimana keberadaan adikmu, dia saat ini sangatlah aman dan kami akan menghabiskan waktu berdua di luar kota untuk beberapa saat sembari menenangkan pikiran. Jaga diri baik-baik dan jangan lagi emosian,” isi chat dari Christopher di ponsel Axel.“Sialan! Susah payah aku gelisah mencari keberadaannya, malah mendapat kabar seperti ini! Kenapa harus suaminya yang memberitahu? Menyebalkan!” gerutu Axel lalu menghubungi adik iparnya namun panggilan tidak aktif.Merasa kurang puas jika tidak melihat secara langsung, akhirnya Axel menyusul kemana adiknya berada, meskipun bersama suaminya. Karena dia merasa tidak yakin melepas adiknya begitu saja. Mertua dari adiknya saja sangat sadis seperti itu, bagaimana dengan anaknya? Bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?Sedangkan di satu sisi, Hanrey tengah memerintahkan seseorang, “LACAK DIMANA KEBERADAAN ANAK SAYA BERSAMA ISTRINYA, SETEL
“Apapun itu alasannya, aku tidak peduli! Berulang kali kamu mengecewakan aku! Apa sekarang, aku sudah tidak lagi kamu anggap penting atau bahkan sekarang malah menganggap kakakmu sebagai orang lain?” sindir Axel membuat hati Agatha terasa sesak mendengarnya.“Bukan seperti itu, Kak. Maaf sudah membuat khawatir, aku juga tidak tau, tiba-tiba diajak ke sini.” Jawab Agatha berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.“Kamu sekarang ada dimana?” Tanya Axel memastikan.“Di Bali, Kak, sekarang lagi di hotel,” jawab Agatha.“Share loc dimana hotel kalian menginap, perasaanku tidak enak. Aku ingin mematahkan pikiran buruk ini,” ucap Axel lalu Agatha segera mengakhiri panggilan dan mengirimkan lokasi dimana dirinya beserta sang suami menginap.“Aku juga merasakan hal yang sama, Kak, mengapa bisa sama?” batinnya gelisah. Christopher kembali mendapati guratan wajah gelisah pada istrinya, “Kenapa lagi?”“Kak Axel mau menyusul ke sini, tadi aku sudah membagikan lokasi hotel dimana kita menginap
Sedangkan di lain sisi, obat bius yang berada di tubuhnya kini telah habis, sehingga ketika tersadar, posisinya sudah berubah di sebuah pesawat namun penumpangnya hanya dirinya dan tiga pria berbadan kekar tadi yang sempat menanyakannya.“Kalian siapa? Mau apa?” Tanya Agatha dengan penuh ketakutan.“Mau membawamu ke suatu tempat yang tidak kalah indahnya dengan hotel tempatmu menginap, wanita cantik.” Jawab Edo tersenyum smirk, apalagi tatapannya sangat membuat Agatha takut.“Bebaskan aku, tolong! Aku tidak pernah berbuat jahat terhadap siapapun.” Rengek Agatha dimana kedua tangannya di borgol.“Nanti akan ada waktunya,” jawab Edo lalu mengirimkan pesan kepada seseorang, ingin sekali Agatha melihatnya namun ketahuan, hal itu membuat orang suruhan Hanrey menjadi marah dan langsung memukul tengkuk Agatha sangat keras dan tidak berselang lama, pingsan. “Tinggal diam saja apa susahnya, pakai ingin tau sega
Dengan cepat Agatha menggelengkan kepala berulang kali, “Bukan, masalah itu justru saya baru mengetahuinya. Suami saya sendiri yang mengatakan, saya juga kaget ketika mendengarnya.”“Mustahil!! Jika memang baru mengetahui, seharusnya kamu segera meminta anak saya untuk menemui orang tuanya dan meminta maaf. Tapi kenyataannya apa? Kamu justru membuat saya dan Christopher berjarak!” pekik Hanrey menatap menantunya penuh kebencian.“Bagaimana saya bisa menegur jika tiba-tiba anak buah anda menculik saya,” ucap Agatha membela diri.“Alasan saja! Kamu memang sengaja membuat hubungan kami renggang dan mengajak anak saya untuk berlibur ke Bali, cerdik sekali.” Pekik Hanrey.“Anda salah paham,” ucap Agatha berlinang air mata. Dirinya yang tidak tau apa-apa malah justru harus menerima ganjarannya.“Apa yang sudah saya pikirkan, tidak pernah meleset dan salah! Sekarang, waktunya untukmu merasa
Setelah berhasil mengabari orang terdekatnya, saat itu juga dirinya sengaja menonaktifkan ponsel supaya awet jika sewaktu-waktu di butuhkan. Tidak lupa menyimpannya dengan sangat aman di belakang celana jeansnya.Tidak mau berdiam diri, dirinya terus mencari celah untuk keluar dan mencari dimana keberadaan adiknya. Pintu yang dikunci dari luar, jendela yang di trails, ventilasi udara sangat jauh jaraknya dan kemungkinan untuk bisa lolos dari sana sangat kecil, membuatnya hampir menyerah, namun semangatnya kembali membara takala mengingat adiknya yang sama-sama di culik orang yang sama.Untuk mencongkel trails di jendela kamar rasanya sangat susah karena tidak ada perlatan yang tersedia, bahkan, dirinya juga tidak membawa alat apapun selain ponsel juga dompet.Akhirnya, ia mencoba menumpuk beberapa kursi supaya sampai di ventilasi, namun sayang sekali susah. Tingginya ventilasi tidak mampu di gapai dengan postur tingginya.“Sepertinya mereka memang s
“APA? KURANG AJAR SEKALI! KITA HARUS BERGERAK CEPAT! AYO!” perintah Hanrey sangat marah dan semua anak buahnya kini tengah sibuk entah apa itu. Agatha tidak bisa melihatnya dengan jelas lantaran pintunya setengah tertutup.“Mereka sepertinya tengah mempersiapkan sesuatu yang penting, nyatanya sampai lalai menutup pintu. Syukur deh, aku bisa keluar sekarang secara diam-diam.” Batin Agatha memanfaatkan waktu sebaik mungkin.Ini bsia menjadi kesempatannya untuk keluar dan menemui kakaknya.Agatha berjalan mengendap-endap sembari matanya terus mengawasi sekeliling agar tidak ada yang memergokinya, tidak hanya itu, jantungnya berdegup sangat kencang karena takut ketahuan.Setiap ruangan tidak luput dari pencariannya namun tidak ada tanda keberadaan kakaknya, Axel. “Apakah ayah mertua membohongiku? Kakak memang sudah di bawa namun tidak di sini?” tebaknya namun feelingnya mengatakan jika Axel berada di sini.Matanya la
“Hari ini, aku mengubur semua rasa yang ada di hati dengan harapan esok hari digantikan dengan kebahagiaan serta keberuntungan yang selalu mengiringi langkahku serta Kak Axel. Rasa sakit hati dan sedihku ini, akan aku tinggalkan di kota ini untuk menjadi saksi, jika esok aku kembali, rasa itu masih ada namun aku hanya ingin mengingatnya sejenak setelah itu melupakan. Semoga saja, Christopher menemukan pengganti yang lebih baik dariku dan setara di mata keluarganya, terutama kedua orang tuanya.” Batin Agatha dengan berlinang air mata, tangisan tanpa suara sangatlah menyakitkan.Axel sangat merasakan kesedihan yang tengah dirasakan oleh adiknya, namun, semua ini sudah menjadi sebuah kesepakatan yang harus segera dilakukan. Keselamatan Agatha adalah yang utama baginya, mengingat kedua orang tuanya sudah meninggal, jadi, hanya dia satu-satunya keluarga yang dimiliki. Keselamatan serta kebahagiaan Agatha kini merupakan tanggung jawabnya.
“Katakanlah, aku akan mendengarkan sampai selesai.” Ucap Christopher berusaha siap.“Aku ingin meminta bagian saham perusahaan yang seharusnya menjadi milik kami, kalau bisa sekarang. Kami akan pergi dari sini dan memulai hidup baru di luar kota atau bisa saja luar negeri.” Ucap Agatha berusaha tenang agar suaranya tidak bergetar.“Mengapa semudah itu kamu katakan? Kita sudah menikah resmi, bukan lagi pernikahan kontrak.” Protes Christopher syok.“Maka dari itu, aku berani bilang karena posisinya menjadi istri sahmu. Jadi, tidak hanya saham perusahaan saja tapi aku meminta harta gono gini juga. Hidup harus realistis, jika tidak menguntungkan buat apa bertahan? Aku sudah hampir kehilangan nyawa, tidak mau terjadi kedua kalinya, kecuali memang ajal yang menjemput.” Ucap Agatha begitu menyakiti hati suaminya.“Aku sudah mencintaimu, Agatha. Mengapa tega mengatakan itu?” protes Christopher.&l
“Pah, jujur saja, melihat posisi seperti ini membuat hatiku sedih. Namun aku tidak bisa berbuat banyak, karena Papah memang bersalah dan membahayakan. Maka dari itu, maaf jika kesaksianku tadi memberatkan Papah." Jawab Agatha.“Aku tidak peduli! Tidak lama lagi aku pasti akan bebas! Dan kamu, orang pertama yang akan langsung saya incar!” ancam Hanrey.“Mengapa masih terus membenciku, Pah?” tanya Agatha heran.“Selama kamu masih menjadi istri dari anakku, selama itu juga aku membencimu! Mau tau bagaimana supaya aku bisa memaafkanmu?” tanya balik Hanrey dan Agatha menganggukkan kepala.“Pergi dari kehidupan anak saya selamanya, nanti akan saya berikan sejumlah uang untuk kalian bertahan hidup dan saham perusahaan yang sudah saya sisihkan untuk kalian berdua, nantinya akan saya berikan. Jadi, setiap bulan kalian masih akan tetap memiliki penghasilan. Bagaimana? Ini sebuah perjanjian yang menguntungkan melebihi
Setelah mendapatkan telepon dari kantor polisi, Christopher segera ke sana untuk memastikan sekaligus mencari tau, apa penyebab ayahnya di tangkap. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, membuatnya banyak di maki pengendara yang lainnya namun tidak ada waktu baginya untuk meladeni dan hanya membalas dengan suara klakson yang sangat nyaring.Tiba di kantor polisi, Christopher segera menemui ayahnya yang kebetulan selesai dimintai keterangan. “Pah, sebenarnya ada apa?”“Kamu datang sendirian?” Tanya Hanrey memastikan. Pertanyaan yang justru membuat Christopher merasa heran, mengapa justru ayahnya malah menanyakan hal tidak penting seperti ini.“Iya, soalnya mamah entah kemana, di telepon tidak tersambung.” Jawab Christopher.“Istriku juga kakaknya, kemana?” Tanya Hanrey memastikan yang kali ini semakin membuat anaknya penuh akan tanda Tanya.“Tumben sekali Papah menanyakan istri se
“Mengapa kamu membelanya? Kamu terima diperlakukan seperti ini?” Tanya Axel heran.“Mau bagaimana pun juga dia adalah mertuaku, ayah dari suamiku, jika membunuhnya begini, yang ada suami serta mamah mertua akan semakin membenciku.” Jawab Agatha masih memikirkan orang lain yang membuat Axel geram.“Lalu, kamu mau jika kita saja yang meninggal?” Tanya Axel geram, Agatha menggeleng kepala dengan cepat.“Aku ingin semuanya hidup.” Pinta Agatha.“Aku akan membebaskan kalian tapi ada syaratnya.” Ucap Hanrey membuat Agatha penasaran, namun tidak bagi Axel.“Jangan berkata seolah memberi angina segar jika kenyataannya bohong! Hidupmu penuh akan tipu daya!” protes Axel.Belum juga Hanrey menjawab pertanyaan, sudah ada suara dari belakangnya. “Angkat tangan!”Hanrey berbalik arah untuk memastikan, siapa yang sudah mengancamnya. “Sial!”
“APA? KURANG AJAR SEKALI! KITA HARUS BERGERAK CEPAT! AYO!” perintah Hanrey sangat marah dan semua anak buahnya kini tengah sibuk entah apa itu. Agatha tidak bisa melihatnya dengan jelas lantaran pintunya setengah tertutup.“Mereka sepertinya tengah mempersiapkan sesuatu yang penting, nyatanya sampai lalai menutup pintu. Syukur deh, aku bisa keluar sekarang secara diam-diam.” Batin Agatha memanfaatkan waktu sebaik mungkin.Ini bsia menjadi kesempatannya untuk keluar dan menemui kakaknya.Agatha berjalan mengendap-endap sembari matanya terus mengawasi sekeliling agar tidak ada yang memergokinya, tidak hanya itu, jantungnya berdegup sangat kencang karena takut ketahuan.Setiap ruangan tidak luput dari pencariannya namun tidak ada tanda keberadaan kakaknya, Axel. “Apakah ayah mertua membohongiku? Kakak memang sudah di bawa namun tidak di sini?” tebaknya namun feelingnya mengatakan jika Axel berada di sini.Matanya la
Setelah berhasil mengabari orang terdekatnya, saat itu juga dirinya sengaja menonaktifkan ponsel supaya awet jika sewaktu-waktu di butuhkan. Tidak lupa menyimpannya dengan sangat aman di belakang celana jeansnya.Tidak mau berdiam diri, dirinya terus mencari celah untuk keluar dan mencari dimana keberadaan adiknya. Pintu yang dikunci dari luar, jendela yang di trails, ventilasi udara sangat jauh jaraknya dan kemungkinan untuk bisa lolos dari sana sangat kecil, membuatnya hampir menyerah, namun semangatnya kembali membara takala mengingat adiknya yang sama-sama di culik orang yang sama.Untuk mencongkel trails di jendela kamar rasanya sangat susah karena tidak ada perlatan yang tersedia, bahkan, dirinya juga tidak membawa alat apapun selain ponsel juga dompet.Akhirnya, ia mencoba menumpuk beberapa kursi supaya sampai di ventilasi, namun sayang sekali susah. Tingginya ventilasi tidak mampu di gapai dengan postur tingginya.“Sepertinya mereka memang s
Dengan cepat Agatha menggelengkan kepala berulang kali, “Bukan, masalah itu justru saya baru mengetahuinya. Suami saya sendiri yang mengatakan, saya juga kaget ketika mendengarnya.”“Mustahil!! Jika memang baru mengetahui, seharusnya kamu segera meminta anak saya untuk menemui orang tuanya dan meminta maaf. Tapi kenyataannya apa? Kamu justru membuat saya dan Christopher berjarak!” pekik Hanrey menatap menantunya penuh kebencian.“Bagaimana saya bisa menegur jika tiba-tiba anak buah anda menculik saya,” ucap Agatha membela diri.“Alasan saja! Kamu memang sengaja membuat hubungan kami renggang dan mengajak anak saya untuk berlibur ke Bali, cerdik sekali.” Pekik Hanrey.“Anda salah paham,” ucap Agatha berlinang air mata. Dirinya yang tidak tau apa-apa malah justru harus menerima ganjarannya.“Apa yang sudah saya pikirkan, tidak pernah meleset dan salah! Sekarang, waktunya untukmu merasa
Sedangkan di lain sisi, obat bius yang berada di tubuhnya kini telah habis, sehingga ketika tersadar, posisinya sudah berubah di sebuah pesawat namun penumpangnya hanya dirinya dan tiga pria berbadan kekar tadi yang sempat menanyakannya.“Kalian siapa? Mau apa?” Tanya Agatha dengan penuh ketakutan.“Mau membawamu ke suatu tempat yang tidak kalah indahnya dengan hotel tempatmu menginap, wanita cantik.” Jawab Edo tersenyum smirk, apalagi tatapannya sangat membuat Agatha takut.“Bebaskan aku, tolong! Aku tidak pernah berbuat jahat terhadap siapapun.” Rengek Agatha dimana kedua tangannya di borgol.“Nanti akan ada waktunya,” jawab Edo lalu mengirimkan pesan kepada seseorang, ingin sekali Agatha melihatnya namun ketahuan, hal itu membuat orang suruhan Hanrey menjadi marah dan langsung memukul tengkuk Agatha sangat keras dan tidak berselang lama, pingsan. “Tinggal diam saja apa susahnya, pakai ingin tau sega