Suasana langsung canggung karena ini pertama kalinya Axel bertemu dengan Christopher, begitu pun sebaliknya.
“Maaf jika pertemuan ini dengan kondisi yang sedang tidak baik-baik saja, sebagai rasa hormat saya kepada kakak dari Agatha, saya resmi memperkenalkan diri, nama saya Christopher Royce Preston dan saya adalah suami dari adik anda,” ucap Christopher mengawali obrolan.
“Keluarga Royce Preston?” tanya Axel kaget, sepasang suami istri sama-sama mengangguk bersamaan dengan tatapan bingung.
“Ada apa, Kak?” tanya Agatha memastikan.
“Apakah sebelum meninggal, ibu mengetahui ini?” tanya Axel memastikan.
“Ibu tau kalau suamiku adalah bos dari perusahaan tempatku bekerja. Memangnya ada apa?” tanya Agatha penasaran.
“Ayahmu Hanrey Royce Preston?” tanya Axel kepada adik iparnya.
“Benar, itu nama ayah saya, ada apa? Apakah kalian saling mengenal?” tanya balik
Agatha dan Christopher kini sudah tiba di kamar dengan membawa pemikiran masing-masing yang terasa penat sekali. Keduanya tidak saling mengobrol, padahal di satu sisi, Agatha ingin supaya suaminya memberikan jalan keluar agar kakaknya tidak berbuat nekat. Tapi, jika dia mengatakan rencana kakaknya, sama saja bunuh diri.Baik Axel juga Christopher nantinya akan saling menyerang, itu hal yang tidak di inginkannya.“Aku harus bagaimana? Di satu sisi Axel satu-satunya keluarga yang aku miliki, di satu sisi Christopher suamiku, meskipun belum lama kenal dan memiliki rasa lebih, setidaknya, aku tidak mau suaminya menjadi korban balas dendam.” Gumam Agatha memijat keningnya.“Tadi kakakmu bicara apa? Mengapa sampai menjauh?” tanya Christopher memecah kesunyian.“Dia masih belum bisa menerima kehadiranmu, seperti dimana keluargamu yang menolak kehadiranku, terlebih, alasan Axel sangat kuat, ayahmu sudah membuat hidup kami dulunya san
Setelah mendengar dari dua sumber yang berbeda, tidak juga membuatnya merasa yakin untuk menentukan siapa yang benar dan salah. Akhirnya, Christopher memilih menemui kepala sekuriti di perusahaan ayahnya sebagai pelengkap informasi.Kebetulan, Pak Ahmad-kepala sekuriti sedang bersantai sembari bermain ponsel. “Pak,” panggil Christopher membuat Pak Ahmad sangat terkejut, dia tau betul, seseorang yang memanggilnya merupakan anak dari pemilik perusahaan.“Tuan muda? Hal apa yang membuat anda sampai menemui saya secara langsung?” tanya Pak Ahmad langsung berdiri tegap dengan perasaan berdebar kencang.“Saya mau bertanya sesuatu, apakah ada waktu?” tanya Christopher.“Siap, ada, Tuan. Silahkan duduk, maaf jika hanya kursi sederhana.” Jawab Pak Ahmad mengambil dua kursi plastic untuk mereka duduki.“Tidak masalah, saya saat ini sangat membutuhkan informasi anda, tapi, tolong, jawab denga
“Ada seseorang yang memberitahu, namun, sayangnya orang itu salah paham terhadap ayah saya hingga menimbulkan rasa dendam yang sangat besar. Saya tidak mau percaya kepada satu pihak saja, maka dari itu, saya mencari sumber informasi lain, termasuk kepada anda juga kepala sekuriti.” Jawab Christopher dengan perasaan tidak menentu.“Yang saya tau seperti itu, Julianna terus menemui ayah anda supaya mau memberikan suntikan dana bahkan pernah juga, dia melakukan hal nekat.” Ucap Sandy membuat rasa penasaran Christopher timbul.“Hal nekat apa?” tanya Christopher penasaran.“Julianna tega menjebak ayah anda di sebuah kamar hotel, namun, untungnya belum sampai melakukan hal yang terlarang. Tujuannya, supaya nanti ayah anda mau bertanggung jawab penuh terhadap Julianna serta anak-anaknya agar tidak hidup susah. Meskipun tidak bisa dipungkiri, Julianna adalah cinta pertama ayah anda, namun, wanita itu lebih memilih rekan bi
“Salah paham? Informasi yang didapat suamimu apakah bisa dipertanggung jawabkan? Bisa saja dia menuyuruh orang lain untuk menutupi aib orang tuanya. Ingat, Agatha! Suamimu orang sangat berada, sangat mudah baginya untuk menutupi celah dengan membayar orang! Jangan lengah! Semua bukti ada di depan mata, perusahaan diambil oleh mertuamu, orang tua kita bercerai sampai ayah meninggal, itu semua karena siapa? Ingat itu!” bantah Axel tidak mau menerima kenyataan.“Pulanglah dulu, malam ini pengajian terakhir untuk Ibu. Jangan membuat semuanya semakin runyam, Kak. Aku lelah harus menerima semuanya secara tiba-tiba,” keluh Agatha.“Jangan sebut aku saudaramu jika sampai detik ini masih menjadi istri yang dimana orang tuanya pernah membuat kita sengsara! Pilihamu ada dua, ceraikan suamimu atau hancurkan hidup beserta keluarganya!” tantang Axel dengan sungguh-sungguh yang membuat Agatha tidak tau harus memilih mana. Keduanya merupakan pilihan
Dengan senyum tipis, Christopher berbicara dengan begitu tenang, “Memang susah berbicara dengan seseorang yang menolak fakta yang sudah jelas di depan mata. Ini semua bisa dipertanggung jawabkan di hadapan hukum, dan saya berani menjadi jaminannya. Masihkah membuat anda ragu?”“Bisa saja mereka sudah lebih dulu kamu suap supaya tetap berpihak kepada Hanrey! Orang licik seperti kalian, bakal memiliki sejuta cara untuk menutupi kebusukan!” tuduh Axel masih tidak terima, terlebih, ketika mendengar rekaman, jika dulu ibunya pernah sampai menjebak ayah Christopher di hotel. Baginya, Julianna tidak serendah itu.“Lebih hina seorang wanita yang merendahkan harga dirinya dengan menjebak seorang pria beristri di dalam hotel, semua dilakukan karena takut hidup kekurangan, bahkan mengatasnamakan anak-anaknya demi rasa belas kasihan.” Sindir Christopher membuat kakak beradik murka.“Aku tau, saat ini posisimu juga tidak kalah emosin
“Sudah siap?” Tanya Christopher kepada kakak iparnya, ketika mereka hendak memasuki rumah Hanrey.“Always, lebih cepat lebih baik.” Jawab Axel sudah tidak sabar ingin bertatap muka dengan mertua adiknya.Kemudian, mereka bertiga masuk dan langsung menuju ruang keluarga yang kebetulan sudah ada Hanrey disana, awalnya, mertua Agatha terkejut melihat kedatangan anak serta menantunya yang tiba-tiba, terlebih, ada pria lain yang ikut bersama keduanya. Di dalam hati, Hanrey merasa penasaran siapa yang tengah ikut bersama mereka?“Selamat pagi, Pah, apa kabar?” sapa Agatha dengan tersenyum ramah sambil mencium tangan mertuanya.Senyum terpaksa disematkan Hanrey ketika menantu menyapanya dan hal itu membuat sang kakak, Axel langsung geram, “Jangan merasa sudah berada di atas sampai adikku menyapa dengan sangat sopan, namun respon anda seperti itu!”“Kak….” Tegur Agatha tidak m
Kali ini, hati Agatha benar-benar lega, lantaran semuanya sudah dijawab dengan sangat jelas juga detail oleh mertuanya, meskipun sempat membuat tersinggung di awal. Namun, dari sini, dirinya bisa menilai, jika mertuanya tidak seburuk yang ada di dalam pikiran kakaknya.“Mengapa kalian tidak bertanya langsung saja kepada Julianna?” Tanya Hanrey dari awal merasa heran.“Andai bisa, sudah saya lakukan sejak awal tanpa perlu susah payah mencari fakta dari berbagai sumber.” Jawab Axel masih sedikit ketus.“Kenapa tidak bisa? Julianna enggan menjelaskan?” tebak Hanrey membuat Agatha juga Axel menggelengkan kepala.“Bukan, Pah, justru, kami tidak bisa mendengar langsung karena mamah sudah meninggal tepatnya dua minggu lalu.” Jawab Agatha berlianng air mata.“Apa? Julianna sudah meninggal?” pekik Hanrey tidak percaya. “Antarkan saya ke peristirahatan terakhirnya.” Pinta Hanrey.
“Awalnya, aku menumpahkan minuman di jas mahalnya, karena tidak mampu mengganti, suamiku menawarkan diri untuk menjadi istri pura-puranya supaya tidak jadi di jodohkan oleh teman mamahnya. Awalnya, memang aku menolak, karena tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan, lalu, tiba-tiba mendengar kabar jika penyakit mamah kambuh dan dilarikan ke rumah sakit, dokter meminta untuk segera di pasangkan ring dan tentu saja membutuhkan uang sangat banyak. Suamiku datang menawarkan sejumlah uang sebagai bentuk tanda awal menyetujui pernikahan. Dengan terpaksa, aku menyetujuinya, Kak.” Jawab Agatha dengan suara terisak, air mata tidak berhentinya menetes.Apa yang dikatakan oleh adiknya, tentu saja membuat hati seorang kakak sangat sakit. Mendengar itu, dirinya menjadi sangat bersalah, seharusnya ada di posisi itu, namun karena kesibukan bekerja, membuatnya sampai tidak mengetahui jika adiknya sampai nekat berbuat seperti ini demi kesembuhan ibunya.“Oh, jadi karena uang, sehingga membuatmu mener