Beranda / Romansa / Tiba-Tiba Dimadu / mau damai atau tidak

Share

mau damai atau tidak

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-23 07:01:19

"Apa? Dia ingin mati?"

Aku terbelalak mendengarnya.

"Iya, dia putus asa dan posisiku jadi percuma saja di sampingnya."

"Katakan padanya untuk tidak bersikap kekanak-kanakan," kataku.

"Jannah, ini serius ... Mas Rafiq udah depresi, dia tidak mau ambil pusing denga karir dan hidupnya lagi."

"Jika dia sendiri tidak mau memikirkan dan memusingkan hidupnya,!Mengapa harus aku?"

"Dia masih mencintaimu, Jannah."

"Kemarin-kemarin dia meninggalkanku karena dia masih mencintaimu, Angel," balasku.

"Tapi sekarang semuanya sudah berbeda, please, aku mohon agar kau mau menemuinya."

Aku dan ibu saling memandang untuk beberapa saat, hingga tiba-tiba suara Bapak memecah suasana.

"Pergilah Jannah, kau memang mantan istrinya, meski dia telah menyakitimu, tapi sebaik-baik manusia adalah manusia yang memaafkan orang lain dan memiliki kelapangan dada serta keikhlasan. Temuilah dia dan beri dia pengertian."

Aku tidak ingin beradu argumen dengan Bapak jika beliau ingin aku pergi maka meski berat hati aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tiba-Tiba Dimadu   damai

    Empat hari setelah pertemuan dengan dokter Rafiq aku mendengar kabar jika kini dirinya sudah di keluarkan dari rumah sakit, aku agak lega karena pada akhirnya mantan suamiku itu mau berjuang untuk pulih dan menguatkan dirinya.Sebenarnya yang membuat ia sakit bukanlah daya tahan tubuhnya, tapi mentalnya yang labil yang membuatnya lemas dan terlihat 'gila'.Tapi, ada kabar lain yang kali ini membuatku harus tersenyum kecut karena ia telah mengundurkan diri dari profesinya. Mungkin sikap cerobohnya tempo hari membuat dirinya malu sendiri sehingga mau tak mau harus melayangkan surat pengunduran diri.Lagi pula stigma orang yang menilai bahwa seorang yang telah menderita depresi akan sulit untuk merawat orang lain, selain dikhawatirkan akan memberi diagnosa dan obat yang 'ngawur keberadaannya di rumah sakit di antara dokter-dokter profesional yang lain mungkin dinilai akan memalukan.Tring ....Baru saja aku memikirkannya tiba-tiba ia meneleponku. "Halo, Mas, assalamualaikum," sapaku."W

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Tiba-Tiba Dimadu   kejutan

    Minggu sore, setelah hujan selama empat jam mengguyur kota, aroma petrikor menguar di bawa angin membawa sejuta kenangan serta kesyahduan tersendiri di dalam kalbuku.Kuraba jendela kaca toko yang terasa dingin, jalanan mulai ramai lagi oleh motor yang berlalu lalang, sisa sisa daun yang rontok oleh guyuran hujan mengambang di genangan di depan tokoku seolah membawa suasana bahwa ini seperti musim musim gugur di luar sana. Ah, konyol tidak penting, aku kembali beralih ke belakang meja.Lima menit berikutnya bel pintu berdenting dan seorang pria masuk, ia mengucap salam sambil menginginkan senyum penuh hormat dan santun."Selamat sore, betul ini Mbak Jannah?""Iya, saya," jawabku."Mbak saya dari pihak Bank BNI, saya ingin memproses pengajuan kartu kredit dan investasi Mbak di Bank kami, jadi, untuk memberikan terbaik, saya datang sendiri ke tempat Mbak Jannah, untuk meminta data administrasi dari Mbak Jannah ya," ucapnya pelan."Oh, baik kalo begitu, silakan duduk, Pak.""Nama sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Tiba-Tiba Dimadu   debat kecil

    Sesaat kami saling tertegun dan terdiam untuk beberapa detik, kulihat bibir Soraya bergetar, aku pun bimbang ingin menyapa dan terlihat bahwa kami saling mengenal. Bahkan sangat saling mengenal."Soraya disalami Jeng Jannah, dia sahabat Ibu lho," kata wanita itu sambil menyodorkan calon menantunya kepadaku.Kami Saling bersalaman dan saling tersenyum lalu melepaskan genggaman tangan kami sambil terus saling melirik dan memberi kode apa yang harus kami lakukan."Eh kok cuma salaman aja sih?""Nggak apa-apa Nyonya Zahrina, calon menantunya masih malu," potongku sambil melirik Soraya.Ajaib sekali karena aku bisa bertemu lagi dengannya, posisinya kali ini dia telah menjadi tunangan orang lain tentu aku sangat senang, Aku senang untuk kebahagiaan yang akan dia dapatkan."Aku merasa seolah ada chemistry diantara kalian," cetus IbundaWira perdana.Soraya seketika mendongak terkejut sambil membulatkan matanya, ia melirik kepadaku dan menatap dengan risih, ia menarik sudut bibir dengan lirik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Tiba-Tiba Dimadu   di bank

    "Kenapa kamu bersikeras buat mengantarku?"Tanyaku pada pemuda yang terus tersenyum-senyum sendiri sambil mengemudikan mobilku."Aku ingin saja.""Imbasnya, tunanganmu bisa marah," ujarku kesal."Biarlah," jawabnya singkat."Lho kenapa?" "Karena aku ingin dia bosan dan kesal, lalu pergi meninggalkanku," jawab pemuda itu."Ngawur kamu, kalo memang gak suka kenapa tunangan?""Orang tua kami sepupuan, jadi kami dijodohkan," jawabnya."Kalau kau tidak suka, kenapa setuju dijodohkan?" Ulangku lagi."Entahlah, aku hanya iseng saja mengisi kekosongan dan kegabutan," jawabnya cuek.Aku hanya membuang tatapan ke luar jendela, sambil menghela napas pelan, "Tapi wanita itu sungguh berharap ia akan bersamamu, Wira ...""Kalo aku tak ingin bersamanya? Apa mau dipaksakan?" "Kalo begitu tegaskan bahwa kau menolaknya agar dia tidak mengharapkan hubungan serius darimu." "Biarkan dia menyadari sendiri." Pemuda itu terus melanjutkan mengendarai mobil.Mobil meluncur membelah keramaian kota, sesampa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Tiba-Tiba Dimadu   kesal dicurigai

    "Kalian ada di sini juga?"Wanita itu memulai percakapan di antara pertemuan canggung kami."Iya, aku ada kerjaan di sini," jawabku."Dan kamu juga Wira?" kali ini wanita itu menatap seksama kepada tunangannya."Terus aku ngapain di sini ... Ya kerja dong, masak jual cilok," Jawa Wira melengos."Kita bisa bicara sebentar?" tanya Soraya kepada pemuda tampan bertinggi tubuh sekitar 167 cm itu."Silakan bicara di sini saja jika itu bukan hal yang pribadi karena aku harus berburu mengantar mbak Jannah menandatangani akademik investasi."Wanita itu terlihat meremas jemari dan menggigit bibir seperti biasa jika dia bingung."Kalau gitu aku tunggu pekerjaan kalian selesai saja," ujarnya sambil memundurkan diri."Kamu itu ngapain di sini?" selidik Wira."Eng ... Anu ... Enggak ngapa-ngapain ....""Terus di bank ini urusannya apa?"Kali ini dia semakin gelagapan dan tidak tahu harus menjawab apa, hanya terus memutar bola mata dengan ekspresi panik."Kupikir tadinya aku ingin ....""Menabung?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Tiba-Tiba Dimadu   investasi.

    Beberapa hari berlalu setelah kejadian bertengkar dengan Soraya,[Kelihatannya kamu memang berinvestasi di waktu yang tepat, Mbak, buktinya, keuntungan perusahaan yang Mbak berikan suntikan dana mereka menanjak dan imbasnya akan bagus bagi para investor. ][Oh, Alhamdulillah kalo begitu Wira, aku sangat senang sekali, terima kasih juga buat kamu yang selalu memberikan update berita terbaru, jadi, aku yang tadinya awam masalah investasi, jadi mengerti ] balasku.[Itu memang kewajiban saya untuk mengedukasi para investor dan para pengusaha pemula agar dana mereka aman dan menguntungkan ][Aku kagum, karena kamu bukan hanya mengedepankan bisnis tapi juga profesional dalam memberikan ilmu dan pengalaman ][Wah, terima kasih, pujiannya Mbak. Btw, ada restoran China yang lezat lho, dekat toko Mbak, gimana kalo kita coba aja. ]Tuh, kan, modus lagi!Sikap baiknya dia gunakan untuk mengajakku makan siang, tapi apakah aku harus setuju pergi dengannya? Aku khawatir Soraya akan salah paham dan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Tiba-Tiba Dimadu   Soraya menangis

    Hari demi hari berlalu kehidupanku berjalan normal dan lancar, bisnis juga berjalan lancar, hubunganku dengan banyak teman dan relasi dalam bisnis juga tidak pernah terganggu.Begitupun hubungan dengan keluarga mantan suami, mantan mertua dan orang-orang yang berada di sekitarku semuanya baik-baik saja.selain dari sikap dan gerakan seorang Wira yang selalu berusaha menjadi sosok teman yang perhatian dan selalu ada disaat aku sendirian.Aku tidak bisa menolak kebaikan atau niat baiknya untuk menjadi seorang teman. namun cukup sampai disitu saja aku tidak ingin membuat hubungan kami naik ke level yang lebih dekat dari itu."Mbak Jannah kau senang berteman denganku?" Banyaknya suatu hari ketika ia hendak mengantarku pulang. bulan hari itu aku berpapasan dengannya di depan pertokoan sehingga ia menawarkan diri untuk mengantarkanku kembali ke rumah, Aku pun tidak menolak karena saat itu cuaca sedang hujan dan dingin sementara Wira terus memaksa agar aku naik ke atas mobilnya."Iya aku se

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Tiba-Tiba Dimadu   pengantin

    Bukankah, di undangan pernikahan Soraya tertulis Selasa tanggal 13 Agustus, jam sepuluh pagi. Dan hari itu adalah hari ini, tapi mengapa Wira malah ada di depan tokoku dan yang lebih mengejutkan dia masih mengenakan pakaian pengantin khas Jawa berwarna hitam dengan kain batik sebagai bawahan. Roncean bunga melati masih menghiasi lehernya, semua yang dia pakai masih lengkap, tapi apa yang dia lakukan di sini?Kulangkahkan kaki lebih cepat, sementara dadaku berdegup kencang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mengerikan."Wira ... Kamu ngapain di sini?""Tidak ada." Ia mengendikkan bahunya."Serius kamu, bukannya ini hari pernikahanmu, kan?""Kok Mbak Jannah, kelihatan khawatir gitu?""Kamu pergi ya, kamu kan harus menikah, ngapain kamu di sini?""Aku tidak mau menikah, jadi aku kabur," jawabnya santai sambil menyender di dinding depan sebelah pintu masuk tokoku."Ngapain datang kesini nanti orang akan berfikir kalo aku yang nyuruh kamu kabur dari pernikahanmu.""Karena tujuanku di

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Dimadu   kabar buruk apa?

    "Kabar buruk apa?"tanyaku heran."Aku sudah berusaha untuk mengalihkan pikiran dan semua kerinduanku tapi tetap saja, perasaan bersalah dan rasa ingin memperbaiki keadaan timbul di dalam hatiku," ucapnya sambil memandang mataku dengan penuh makna."Aku tak paham ....""Aku masih berharap kita bersama lagi. Demi anak anak, demi aku, demi harapan yang pernah kita bangun.""apa kau lupa tentang perlakuanmu dan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita masing masing.""Ya, aku bersalah menikahi angel secara diam diam, aku mengulangi kesalahan suamimu yang fatal. tapi ...""Sudah, jangan dilanjutkan," cegahku. "aku tak mau mengenang apapun tentang masa lalu.""Aku hampir kehilangan dirimu dan semangat hidupku saat kau bersama dengan wira. Tapi, setelah bertemu dengannya dan mengetahui hal sebenarnya harapanku tumbuh kembali. Aku harap kita bisa ....""apa?""rujuk lagi," jawabnya sambil menatap mataku."Jadi itu kabar buruknya?""ya, bahwa aku sulit move on dan hidup tanpamu. Maukah

  • Tiba-Tiba Dimadu   menerima

    "Sebaiknya segera tentukan pilihanmu Nak, Ibu juga tidak ingin kamu terus-menerus sendiri seperti itu, karena penilaian orang lain tentang status janda sangat merugikan posisimu," ujar Ibu ketika aku menelponnya."Iya Bu, aku tahu tapi aku belum menentukan pilihanku, aku belum siap untuk naik ke jenjang berikutnya.""Ada dua pria yang begitu tulus dan menyayangimu, Nduk, kamu tinggal memilihnya," ujar Ibu."Bagaimanapun itu adalah pilihan yang sulit, Bu," gumamku pelan."Raisa menyukai salah satu dari pria itu?" tanya Ibu lagi."Raisa ingin aku kembali kepada Mas Raffiq.""Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?""Entahlah... masih bingung," jawab ku sambil menghela nafas pelan."Lalu apa yang terjadi tentang Soraya?""Dia masih ditahan di rumahnya, Bu, polisi belum memiliki cukup bukti untuk bisa menjebloskan dia ke penjaara.""Jelas-jelas dia yang menyerang wira dengan air keras," ujar Ibu sedikit ingin marah."Tapi keluarga dan pengacaranya memiliki pengaruh besar, Bu. Mereka mati-m

  • Tiba-Tiba Dimadu   pergilah

    "Jangan dipikirkan apa yang dikatakan Mama dia memang seperti itu," bisik Wira kepadaku ketika Mamanya ke kamar mandi."Aku tak mempermasalahkannya," jawabku pelan sambil menyuapinya."Mbak ... aku berterimakasih atas semua perhatianmu, tapi sebaiknya Mbak tidak usah menjengukku lagi." Aku mencoba menelisik maksud dari ucapannya, mengapa dia harus mengatakan hal semacam itu."Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti," ujarku."Aku sudah ikhlas melepaskan Mbak Jannah dengan Mas Rafiq." Sorot matanya yang sendu membuatku terenyuh."Jangan melantur seperti ini sebaiknya kamu istirahat saja." Aku membenahi selimut yang menutupi tubuhnya."Aku sungguh-sungguh, Mbak. Aku sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tahu, meski kita berteman tidak serta merta membuat hal itu menjadi cinta untukmu aku menyadari semua itu dan aku menyesali sikap bodohku untuk memaksakan dirimu menikahiku, Mbak," ujarnya sambil tersenyum getir."Tidak masalah aku memahami perasaanmu, aku bisa memaklumi sem

  • Tiba-Tiba Dimadu   Wira dan dia

    Sejujurnya aku lelah dengan semua ini, dengan takdir berliku liku yang mewarnai hidupku. Andai bisa, aku ingin lari dan mengamankan diri ini dari dunia yang begitu kejam.Baru saja aku dan kedua anakku mengecap ketenangan, dan menikmati hidup kami, kini ujian menghantam silih berganti, membuatku sangat ingin menyerah dari semua ini, andai aku bisa, sejenak lepas dari semua kesulitan yang membelit ini. Sungguh, aku letih.Masih segar dalam ingatan, bagaimana ketika Wira merintih di ranjangnya, sementara keluarganya terus mendesakku agar mau menerima lamaran bankir kaya itu, tiba-tiba Mas Rafiq datang dan berteriak dengan tatapan melotot penuh amarah bahwa dia menolak semua cara mereka menekanku untuk menikahi anggota keluarga mereka."Apakah musibah ini akan kalian gunakan untuk menekan Jannah?""Hei, apa maksudmu! Anakku terluka gara-gara dia, tidak tahu apa yang akan terjadi kepada putraku kedepannya, apakah dia masih seperti semula atau malah cacat," ujar Jeng Zahrina sambil terdu

  • Tiba-Tiba Dimadu   kantor polisi

    Aku kembali ke rumah dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah kubuka pintu utama lalu menuju kursi tamu meletakkan tasku lalu membaringkan diri dengan lunglai di sana.Pikiranku melayang pada rentetan kejadian yang begitu mengejutkan hari ini, setelah didesak untuk "mau menerima" mengambil hati Wira, akhirnya Jeng Zahrina mau tenang dan menguatkan hatinya untuk tidak menangis lagi.Besok mereka akan melakukan operasi untuk memperbaiki kulit punggung dan wajah Wira yang rusak akibat siraman air keras. Ah, kembali pikiranku melayang kepada mantan maduku itu, entah di mana dia berada dan apa yang sedang dia lakukan, kemungkinan saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat atau mungkin juga duduk santai di rumah orang tuanya.Tring ... Ponsel berbunyi.Kuraih benda itu dengan setengah lesu lalu membaca nama siapa yang sedang menelpon, dan ternyata itu adalah Rina."Halo Rin ada kabar terbaru?""Laporan sudah kami selesaikan, besok polisi akan menuju tempat kejadian untuk mengamankan

  • Tiba-Tiba Dimadu   menanggung kemarahan

    Sesegera mungkin aku meluncur membawa wira ke rumah sakit bersama kedua asistenku, tak lupa aku hubungi nomor Mama Wira yang memang sudah tersimpan di ponselku karena dia adalah pelanggan tetap toko kami."Halo assalamualaikum Jeng Zahrina," sapaku."Waalaikumsalam ada apa kamu menelpon saya," tanya Nyonya Zahrina dengan nada sedikit tidak suka."Maaf karena aku harus memberitahukan hal penting, tapi mohon tenangkan diri Jeng ya," ujarku."Katakan saja apa yang sedang terjadi?""Tadinya Wira datang ke tokoku dan duduk sebentar lalu pergi, namun tak lama kemudian Soraya datang dan berniat menyiramkan air keras kepadaku, namun tanpa diduga-duga Wira datang lagi dan terkena siraman air keras," tuturku hati-hati."Apa?!""Iya, saat ini aku dalam perjalanan membawanya ke rumah sakit.""Kalo terjadi apa-apa dengan anak saya kamu harus bertanggung jawab." Ucapan Mama Wira membuat pikiranku kacau."Kemana kamu akan membawa anakku!" pekiknya lagi."Ke Rumah Sakit Budi Kusuma Jeng," jawabku.

  • Tiba-Tiba Dimadu   musibah apa ini

    *Pemuda itu, datang lagi ke toko sore menjelang aku menutup gerai pakaian dan barang milikku itu.Ia melangkah santai lalu menarik kursi yang ada di depan meja kerja dan mendudukkan dirinya sambil tersenyum."Mbak Jannah, belum mau pulang?" tanyanya."Belum, masih sibuk," jawabku."Uhm, aku akan menunggu,", jawabnya."Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang?"tanyaku dengan tatapan tajam. "Aku sudah cukup memberimu ruang, Wira.""Apa maksudnya Mbak, Mbak terlihat marah," ucapnya pelan."Aku sudah cukup baik kepadamu dengan tidak bersikap kasar dan frontal, aku harap kau mengerti kalau aku tidak nyaman dengan semua sikap ini.""Aku tidak tahu cara terbaik untuk bisa merebut hatimu Mbak," jawabnya pelan."Kamu tidak perlu bersusah payah karena aku belum membuka hati untuk siapapun Wira," ucapku dengan tetap menatap lekat padanya."Aku tahu kalau tidak denganku, Mbak Jannah pasti akan kembali lagi dengan dokter Rafiq, iya kan?" cecarnya sok tahu.Aku hanya tertawa getir mendengar ucapan

  • Tiba-Tiba Dimadu   aduh

    Ting tong ...Pagi pagi bel rumah sudah berdenting dan entah siapa berkunjung di pagi buta seperti ini. Sesaat aku sempat bertanya-tanya sekaligus kesal, denting yang terus menerus mengganggu telingaku."Siapa di luar?" tanyaku."Aku," jawab suara yang familiar kudengar itu."Kamu ngapain pagi-pagi gini, bahkan embun pun belum kering di pucuk daun," ujarku."Biarkan embun, yang penting aku menatapmu di awal hari sudah cukup membuatku seolah memiliki semua kebahagiaan.""Hentikan gombalan recehmu!" teriakku di pengeras suara yang tersambung ke gerbang."Jangan marah pagi-pagi aku datang ke sini membawa sesuatu untuk Raisa dan Rayan,". ujarnya santai."Tidak usah bawakan apapun anak-anakku baik-baik saja," jawabku ketus."Tapi Raisa menyukaiku kok. Buktinya ia senang menerima sepaket boneka LoL yang aku belikan," lanjutnya sambil tertawa kecil, " Raisa Sapa Bunda," suruhnya."Bunda ...." Tiba tiba suara anakku timbul dari depan gerbang sana."Raisa kamu ngapaian di gerbang pagi-pagi, k

  • Tiba-Tiba Dimadu   saingan

    "Ini makanan banyak banget siapa yang beli makanan sebanyak ini?""itu dari pemuda tampan yang pagi-pagi sudah datang ke sini dan membawa semobil makanan," jawab asistenku Rina."Apa? Siapa?""Teman Mbak, yang berondong itu lho," jawab Rina setengah berbisik."Ya ampun," desahku."Kenapa Mbak, kan bagus mbak dapat banyak perhatian," jawabnya sambil berkedip aneh."Ish ...mendapat perhatian dari orang yang kita suka itu bagus, tapi kalo gak suka, bikin ilfil kan?""Emangnya mbak sekarang lagi ilfil?" timpal Rudi supirku."Iya, karena aku gak mau didekati pria itu." Aku menghempas diri di sofa sambil melempar pandangan ke tumpukan kotak makanan di meja tamu.Kuhela napas berkali-kali untuk melegakan dadaku, namun kedua pegawaiku itu masih heran dengan sikapku itu. Mereka seperti menunggu adegan berikutnya."Apa lagi? Kenapa pada berdiri?""Makanan sebanyak itu Mbak Jannah bisa habiskan?""Siapa bilang aku akan memakannya?" jawabku sewot."Kasihan yang beli, Mbak," jawab Rina memelas."

DMCA.com Protection Status