"Jannah, aku bisa jelaskan, Jannah," ucap Mas Rafiq sambil berusaha meraih jemariku."Hah,Berhentilah mengulang-ulang kalimat yang sering diucapkan pemain drama." aku tertawa getir di hadapan mereka berdua."Mama, Mama tahu kan masalah ini Ma? Kenapa tidak pernah menceritakan kepadaku?"Ibunda suamiku semakin menggenggam kuat sendok yang ada di tangannya tanpa mampu bicara ia mendongak kepada putranya yang juga berdiri terpaku entah mungkin tidak bisa mengucapkan kata-kata apapun."Kenapa kalian diam saja?""Jannah, tenang dulu, aku mohon duduklah dan kita bicarakan ini," pinta mas Rafiq."Kamu menyuruh aku tenang, suamiku yang tercinta?" Aku bertepuk tangan dan tertawa sambil meneteskan air mata di hadapannya."Andai aku tidak pernah tahu masalah ini Apakah kalian akan memberitahu? Adakah di antara kalian yang mau membuka pembicaraan dan membahas bahwa akan menikahi Angel?jika selama bertahun-tahun aku tidak tahu tidak adakah satu orang pun di antara kalian yang mau bicara?"Kehenin
Sambil membenahi pakaian ke dalam koper kutatap cincin yang melingkar di jariku,cincin yang menjadi penanda ikatan suci kami, cincin yang menjadi pengikat hubungan cinta dan bukti bahwa kami akan merajut mimpi bersama.Sayang sia-sia.Aku hanya mampu menghela nafas menatapnya bergantian dengan bayi yang kini tertidur pulas dan juga koper yang sedang terbuka menunggu untuk diisi dengan pakaian-pakaian milikku.Setelah satu jam tadi menangis, meratapi diri sendiri dan sedihnya takdir ini, aku bangkit dan mengambil keputusan bahwa tidak ada gunanya bertahan di dalam kepalsuan ini.Masih bergelayut di dalam pikiranku ribuan pertanyaan dan misteri yang terus pergantian silih berganti menunggu jawaban.Mengapa Mas Rafiq bisa terlibat dengan Angel sampai tidur bersama dan menghamilinya, kapan mereka melakukan itu dan dimana orang tua Angel.Seingatku, hari itu mas Rafiq mengantarnya menuju apartemen baru, seharusnya ia hanya mengantarnya saja. Lalu apa yang terjadi setelahnya?Sebelum pergi
Di dalam layar pipih berukuran 6,5 inchi itu aku bisa melihat rekaman cctv dari apartemen Angel, karena terlihat mereka sekeluarga pertama kali masuk dengan tersenyum. Kemudian tayangan di percepat berlanjut ke adegan Papa dan Mamanya Angel terlihat berpamitan pergi. Tayangan berikutnya Mas Rafiq dan Angel terlihat duduk berhadapan mengobrol santai, mereka terlihat menikmati kopi, anehnya di sana, yang notabene apartemen baru, tapi sudah penuh dengan perabot, artinya Angel berbohong tentang alasan membeli perabot."Apakah ini akal-akalan Angel saja?"Video kemudian dipercepat pada menit ke 24 di dalam video di mana Mas Rafiq bersiap pergi dan Angel berusaha menahannya. Ia menghadang Mas Rafiq di pintu dengan senyum menggoda dan membujuknya.Suamiku menolak, ia terlihat menangkupkan tangan dan gadis itu kemufainennagis sehingga mau tak mau Mas Rafiq kembali membujuknya dan gadis itu melabuhkan diri ke pelukan mantan kekasihnya itu.Adegan selanjutnya Mas Rafiq mengajaknya duduk kembal
"Ayah udah pergi, Nak, ayah udah tidur dengan tenang," bisikku sambil merangkul bahunya."Kenapa ayah enggak ngajak Raisa, Raisa sedih, tadinya Raisa pikir ... Om Rafiq bisa gantiin ayah," ucapnya yang seketika membuat hati ini terluka.Aku memaksakan tersenyum tipis untuk menghiburnya, "Mungkin kita belum beruntung, Sayang.""Aku rindu ayah," ucapnya dengan suara serak dan nada yang begitu memilukan."Nanti kita pergi jenguk ayah ke makamnya, ya," bujukku."Memangnya Bunda tahu, makam ayah di mana?"Ah, aku hanya pernah dengar alamatnya namun belum pernah ke sana. Mudah-mudahan aku masih punya kontak pemuda yang dulu sering menghubungi ketika Mas Ikbal masih di rumah sakit.Kuraih ponsel yang tadi sempat kulempar, layarnya retak tapi aku masih bisa memakainya, kucari nama Fahmi di daftar kontak dan alhamdulillah, kutemukan.Kucoba menghubungi dengan hati berdebar, dan tak lama kemudian pemuda itu menjawab dari seberang sana."Assalamualaikum, Fahmi," sapaku."Waalaikumsalam Mbak
Tidak ada alasan untuk bertahan sehingga tanpa memiliki banyak hambatan akhirnya aku melayangkan gugatan cerai dan ditanggapi oleh pengadilan tanpa banyak rintangan.Palu di ketuk tanda perceraian kami membuatku menarik napas lega sekaligus berat, lega karena terlepas dari ikatan yang menyakitkan dan berat karena pernikahan kami yang nyaris tanpa cela itu harus dinodai dengan perselingkuhan.Sepanjang beberapa kali pertemuan sidang Mas Rafiq tak pernah sekalipun menunjukkan batang hidungnya. Entah, malu atau acuh aku tak tahu, yang pasti hal itu kian menambah kekecewaanku padanya.Kuturuni tangan pelataran pengadilan agama yang sama, pengadilan yang telah memutuskan pernikahanku dengan Mas Ikbal dulu, kini aku juga harus berpisah dari Mas Rafiq di tempat yang sama.Ingin menangis tapi rasanya air mata ini sudah kering, aku iba pada diri sendiri tapi aku tak bisa mendramatisir itu, karena aku punya anak dan masih memiliki orang tua yang insyallah mendukungku.Aku yakin suatu hari All
Dua minggu telah berlalu dari peristiwa itu,masih terngiang suaranya dan bagaimana cara ia menatapku ketika aku melecehkan mereka di pusat perbelanjaan.yah Mas Rafiq dan Angel saat itu terlihat saling menatap dengan wajah yang sulit dijelaskan betapa panik dan terkejutnya mereka dengan apa yang aku ucapkan.Tapi aku tidak ingin terlalu lama pusing memikirkan mereka karena hidupku sendiri sudah sangat sibuk harus mengurus orang tua menurut kedua anakku mengurus online shop yang aku tekuni semenjak bercerai dengan mas Raffiq.Aku menjual berbagai kebutuhan mulai dari perhiasan, tas, pakaian, kosmetik hingga kebutuhan rumah tangga seperti elektronik dan furniture. Alhamdulillah, dengan berkah dan rahmat Allah, usahaku terus-menerus naik dan maju pesat dengan semakin banyaknya pelanggan dan orang-orang yang datang bergabung untuk membantuku sebagai asisten atau reseller.Tentu saja omset puluhan juta mengalir ke kantongku dengan mudah, membuat beban hidupku sedikit berkurang.aku bisa memb
Melihatku tertawa pasangan suami itu terlihat sangat malu dan tidak suka terutama si wanita, dia terlihat menahan diri diantara rasa marah padaku dan canggung terhadap tamu.Entah mengapa saat itu aku merasa sangat geli sekaligus puas dengan pemandangan yang benar-benar sesuatu yang sangat mengejutkan."Jannah ... sudah cukup Mas Rafiq berusaha menghentikanku menertawakan istrinya."Kamu puas kan melihatku dipermalukan seperti ini," ucapnya sambil menghampiriku."Puas? Tentu saja belum,tapi kau memang pantas mendapatkannya Aku kemudian membalikkan badan berusaha untuk beranjak dan menjauhi mereka semua."Aku tahu ini pasti adalah bagian dari rencanamu untuk memfitnah dan mempermalukan kami sekeluarga.""Wow ... Tidak punya kambing hitam tidak punya orang yang bisa disalahkan, duh, kasihan ...." aku mengejeknya dengan sinis."Kamu sengaja akan mengajak Rudi untuk mempermalukan dan merusak acara baby shower ini?" Tuduhnya tanpa alasan."Kau bisa konfirmasikan saja dengannya, apakah
Kubalikkan anakku ke mobil lantas menutup pintunya, ketika hendak naik tiba-tiba seseorang menahan pintu mobilku."Jannah, tunggu ...." Mas Rafiq rupanya menyusulku."Ada apa lagi?" tanyaku ketus."Aku mau bicara ....""Aku tidak ingin bicara pada siapa pun, aku lelah.""Aku ...." Ia ragu sambil menatap anakku bergantian.""Pergi dan uruslah istrimu," usirku berusaha menjauhkan tangannya yang menahan pintu mobil."Aku ingin bicara sebentar saja," pintanya dengan raut penuh harap.Aku menatap wajah dengan malas, ada benci sekaligus muak padanya."Silakan bicara dan aku akan mendengarnya," jawabku sambil membuang muka."Aku ingin berbicara ... Aku terhenyak dan tersadar dengan kejadian barusan," ujarnya."Lalu apa? Intinya bagaimana?" Aku mulai tidak sabar."Aku mulai meragukan ....""Kau meragukan istrimu?" Aku langsung tertawa, "Kau ragu pada Angel dan melapor pada Jannah?" lanjutku.Ia membisu, hanya bergeming tanpa berani membalas tatapan bola mataku."Dengar, aku tidak punya wakt