"Jangan pernah mendekati wanita yang sudah jadi milikku Nathan. Carilah wanita lain yang ada diluar sana. Di antara banyaknya wanita aku yakin kamu pasti menemukan satu wanita yang paling berharga untuk kamu kelak."
Nathan tertawa akibat kata-kata sinis adik kandungnya itu, Kristan terlihat posesif sekali sama Bella.
"Kamu lucu Kristan, aku tidak akan mengambil kepemilikkanmu itu. Aku tau memang dia sangat cantik. Makanya kamu memilih dia untuk dijadikan istri. Tapi percayalah aku hanya ingin berkenalan. Tidak lebih dari itu, masa aku punya adik ipar aku belum tau sama sekali tentang dia. Itu sangat lucu bukan."
"Terakhir kali aku punya mainan kamu selalu saja merebutnya Nathan." geram Kristan pada Nathan, terlihat sekali rahang kokoh Kristan mengeram sempurna. Bella bisa melihat ada rasa tidak suka yang terpancar dari raut wajah itu. Aku rasa persaingan Adik dan Kakak itu hal yang sudah biasa. Dimana pun itu, mereka akan saling bertengkar memperlihatkan s
Bella ingin menentukan sebuah pilihan. Jika Kristan mau mendengar pilihannya, Bella mungkin akan senang dan mengatakan Kristan laki-laki yang mengerti akan wanita. Namun keinginan Bella hanya sekedar angan saja.Bella sudah menjelaskan pada Kristan bahwa Bella ingin lekas tidur karna tubuhnya ingin segera terlelap. Faktanya tidak begitu, setelah mobil kami memasuki mansion Kristan, Kristan langsung membawaku masuk dengan cara memanggulku seperti karung beras. Seketika Bella menjadi menjerit keras akibat perbuatan dari Kristan ini. Yang benar saja perbuatan yang Kristan lakukan sungguh membuatnya kesal setengah mati sampai kami berada di dalam kamar dan Kristan menjatuhkanku ke ranjang kami."Kristan tunggu kamu tidak mungkin melakukan itu kan?""Melakukan apa?""Aku lelah. Tidak bisakah ditunda besok saat aku tidak lelah?""Maaf waktunya tidak tepat untuk kamu meminta persetujuan dariku.""Kamu memang laki-laki tak berperasaan."
Xavier datang ke kantor Bella untuk melihat keadaan Bella saat ini. Xavier tidak peduli dengan pekerjaan setumpuk di kantornya. Yang Xavier pedulikan adalah memastikan Bella sudah baik-baik saja."Maaf Tuan apa yang anda lakukan di sini?" saat Firly akan membawakan roti dan minuman hangat untuk Bella, Firly melihat seseorang memasuki ruangan Bella tanpa bertanya terlebih dahulu. Sepertinya laki-laki ini sudah tau betul letak ruangan Bella saat itu. Makanya laki-laki itu tidak ragu untuk melangkah masuk ke dalamnya. Firly belum pernah melihat laki-laki ini sebelumnya. Sepertinya dia bukan pekerja di kantor ini. Perasaannya mulai tidak tenang dan pikirannya menjadi dimasuki dengan pikiran macam-macam.Laki-laki itu berjongkok dan memandang Bella yang masih tertidur dengan hembusan tenang yang keluar dari hidungnya. Tidurnya sama sekali tidak terganggu saat laki-laki itu datang. Laki-laki itu menaruh tangannya di dahi dan merasakan bagaimana suhu tubuh Bella saat itu.&nbs
"Tunggu ada sesuatu di bibir kamu."Xavier mendekat dan mengecup lembut bibir Bella dengan cepat. Sontak Bella pun terkejut mendapat serangan yang tiba-tiba itu, Bella kira Xaviers serius mengatakan ada sesuatu yang berada di dekat bibirnya tapi yang dilakukannya malah membuat Bella tidak bisa berkutik.Belum sempat menghindar, Xavier mengecup kembali, kali ini di dahi, pipi dan terakhir di bibirnya. Setelahnya Xavier tersenyum.Bella merasa ada sesuatu yang aneh setelah Xavier mencium bibirnya.Untuk beberapa detik, Bella menjadi patung menanggapi kelakuan tiba-tiba dari Xavier. Matanya hanya mampu berkedip setelah apa yang terjadi baru saja. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Bella tidak mampu tersenyum atau menanggapi sampai sebuah tangan menangkup pipinya yang dingin. Tangan besar dan hangat melingkupi wajahnya dan itu membuat Bella tersadar dari sesuatu."Hei apa yang kamu lakukan padaku, kamu telah mencium bibirku dan itu
Sedetik kemudian, Kristan menghentikan ponselnya lalu menghadap Bella yang saat ini melihat Kristan dengan raut cemas di wajahnya itu."Kenapa wajahmu setegang itu?" tanya Kristan dengan polosnya pada Bella."Itu... Itu karna..."Di depannya ini ada seorang laki-laki yang dingin dan begitu tenang. Tapi juga menakutkan dan itu membuat Bella kesulitan untuk berpikir dan mengambil sikap saat ini. Semuanya terasa salah.Bella ragu apakah harus mengatakan sebuah kejujuran atau malah sebaliknya. Bella harus melakukan suatu kebohongan dari Kristan setelah pertemuannya dengan Xavier.Bella akui, setitik kebohongan saja yang dikatakan Bella pasti akan semudah itu Kristan mengendusnya. Bella pastinya akan menerima hukuman akibat kebohongan yang Bella lakukan.Sudah berkali-kali hukuman yang diterimanya sampai Bella merasa bosan pada semua ini. Ingin sekali melepasnya namun Bella tidak bisa. Bella masih berstatus istri dari Kristan.Bella bingun
"Aku tidak bawa ganti.""Ya sudah tidak usah berpakaian. Begitu saja repot."Malam itu setelah berdebat dengan Kristan panjang lebar, Bella lebih baik mengalah, Kristan ingin Bella mengganti pakaian sedangkan Bella tidak membawa pakaian ganti. Akhirnya Kristan menelepon orang rumah untuk membawakan aku gaun untuk pergi ke rumah Kakek dan setelahnya, kami pun berangkat ke rumah kakek.Di dalam mobil, keduanya diam dengan pikirannya masing-masing, Bella berkutat dengan pikirannya sendiri begitu juga dengan Kristan, Kristan mengikuti kemauan Bella yang ingin pergi ke rumah Kakek. Kristan ingin tau sampai mana Bella mengikuti alasannya itu.Di dalam pikiran Bella, sebenarnya tidak ada rencana sama sekali untuk Bella pergi ke rumah Kakek. Ini hanyalah ide spontan yang terlintas begitu saja dari dalam kepalanya ketika Kristan menyudutkannya untuk bilang sejujurnya.Perjalanan yang sepi dan sunyi itu akhirnya berhenti di rumah Biantara. Kami pun kel
Bella melamun beberapa saat sampai sebuah bentakan dari Kristan terdengar ke dalam telinga Bella. Membuat Bella tersentak kaget dari lamunannya saat itu.'Sial. Tidak bisakah Kristan lembut sedikit saja.' ujar Bella dalam hati.Bella lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah lain ketimbang melihat ke arah Kristan, perdebatan dari pertemuan di kantor tadi sampai sekarang tidak bisa berhenti dan itu membuat sakit hati."Bella kamu dengar tidak sih apa yang aku katakan."Kembali Kristan membentaknya dan itu membuat Bella tak lagi bernafas dengan tenang. Kenapa hidupnya sangat berat di samping laki-laki ini."Turunkan aku!" ucap
Bella buru-buru menggambil handuk yang tergantung di salah satu tembok di dalam kamar mandi itu dan memakainya. Bella keluar dari sana dan mendapati Xavier telah berdiri di depannya dengan tangan yang di taruh di tembok menghalangi Bella yang akan keluar dari kamar mandi itu. Bella celingukan mencaribaju yang dikatakan Xavier. Namun tidak ada di tangannya. "Hei mana baju yang mau aku pakai. Kenapa tidak ada dimana pun? Jangan bercanda Xavier. Aku sudah kedinginan nih. Kamu mau menggodaku?""Aku kira kamu itu sudah tidak bernafas di dalam sana. Lama sekali kamu berada di dalam kamar mandi.""Maaf aku menikmati acara mandiku itu. Makanya lama. Habis airnya hangat dan membuat tubuhku ha
Setelah mobil Xavier menjauh dari pandangan, Bella memutuskan untuk berjalan kaki menuju mansion Kristan. Bella sengaja menyuruh Xavier untuk menurunkan Bella tidak jauh dari mansion itu agar Kristan tidak mengetahui kalau Bella di antar oleh seorang laki-laki.Dengan langkah lesu, Bella membuka pintu pagar lalu berjalan masuk ke dalam. Hujan rintik masih membasahi bumi saat itu, pakaian Bella yang basah dan lembab tidak lagi Bella pedulikan. Baginya cepat pulang dan berganti pakaian itu adalah tujuan utamanya saat ini.Begitu Bella masuk, ruangan sepi menyambut, ruangan demi ruangan Bella dapati saat kaki itu melangkah sampai depan pintu kamarnya. Tidak ada yang menyambut Bella pulang malam itu karna Bella tau pasti Kristan yang menyuruh semua orang yang ada di dalam rumah untuk tidak menyambutnya. Terserah, itu yang Bella katakan dalam hati, tiada tempat yang nyaman selain kehidupan Bella yang dulu, rumahnya yang aman Bella dapati setelah pulang kerja dan
Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.
"Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya
Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin
Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot
Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja
"Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella
Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak
Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu
Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i