"Hallo siapa ini?"
Klik. Telepon itu terputus dan Bella memutar bola mata mendengar seseorang yang sudah mengerjai dia.
Bella menaruh tabnya dan menyandarkan tubuhnya di kursi memandang langit-langit ruang kantornya dengan perasaan hampa. Setiap hari yang Bella lakukan adalah ini, merasa pikirannya sudah lelah setelah seharian bekerja. Bella pun menyandarkan tubuhnya di kursi hanya untuk mengistirahatkan pikirannya yang sudah bekerja seharian ini.
Bella perlu udara dan Bella pun menghirupnya tanpa henti lalu mengembuskannya perlahan demi perlahan. Sedikit beban hilang. Namun pekerjaannya masih tetap ada.
Bella memikul tanggung jawab besar di pundaknya, banyak sekali, karna Bella sekarang sudah menjadi atasan yang tidak main-main, banyak karyawan yang ada di tangannya dan mereka semua mengharapkan akan kinerja mereka dibayar dengan baik.
Bella sudah diberi tanggung jawab sejak kecil. Tanpa Bella tau Bella sudah di latih oleh
Xavier menarik tubuh Bella untuk berdiri dari duduknya lalu menipiskan jarak yang ada agar Xavier bisa merengkuh Bella dengan baik. Tangannya yang satu sudah berada di pinggang Bella sementara tangan yang satu lagi, sudah berada di belakang kepala Bella. Berbeda dengan Xavier, Bella yang tiba-tiba di tarik berdiri membuat Bella terkejut dan langsung menaruh kedua tangannya di depan dada Xavier yang ketika disentuh bisa terasa begitu kencang berdebarnya."Kamu...""Sttt... kita akan memulainya, jadi jangan banyak bicara."Mereka berpandangan satu sama lainnya demi mendalami jiwa dan keinginan mereka masing-masing sebelum memulai aksi yang dikatakan Xavier baru saja.Merasa cukup saling berpandangan, wajah Xavier pun makin lama makin mendekat ke Bella."Hm aku rasa tidak ada yang namanya kecupan selamat datang, kamu salah kalau aku menginginkan hal itu."Bella menjauh dan kembali duduk di kursinya itu. Bella kira Bella tidak akan p
"Kristan lepaskan, aku kesakitan," suara serak Bella terdengar karna rasa sakit yang Bella terima dan juga tenggorokan yang kering saat itu.Kristan menyipitkan matanya pada Bella. Kini gemuruh emosi terpancar sudah. Apa mungkin Kristan melepasnya begitu saja kalau tidak ada kejelasan sama sekali sama semua yang dilihatnya tadi."Aku nggak akan melepasnya sampai kamu bilang siapa laki-laki itu atau aku akan melenyapkannya malam ini juga. Kamu tidak tau siapa aku kan? Aku akan beritahu."Kristan menaikkan tangannya ke atas untuk memberitahu pada pesuruhnya untuk mengerjakan apa yang akan Kristan lakukan."Riel cari laki-laki yang bersama Bella tadi saat Bella di kantor. Habisi dia sekarang juga atau kamu mau melihat mayatnya Bella?""Tidak! Dia hanya seorang manager Kristan di kantor cabang yang aku punya. Dia ke kantor karna ada urusan dengan masalah yang terjadi di kantor cabang. Dia bukan siapa-siapa Kristan, dia hanya pegawai kantor.
Bella melengguh begitu merasakan hawa dingin menyentuh kulit telanjang Bella pagi itu. Rasa sakit seluruh tubuh Bella rasakan saat Bella mengeliat pagi itu.Ketika ingin beranjak pergi ke kamar mandi. Tangannya menyentuh dada seseorang yang sedang tertidur miring di hadapannya. Bella terkejut dan langsung melihat ke arah Kristan yang sedang tertidur dengan pulasnya di sampingnya. Matanya begitu terpejam dengan rapatnya dan hembusan nafas halus terdengar begitu saja.Jika Kristan sedang tertidur pulas seperti ini sosoknya yang kejam tidak terlihat sama sekali. Malah terlihat seperti laki-laki biasa pada umumnya. jelas saja aku jadi suka mengamati wajahnya yang sedang tertidur begini sampai sebuah gerakan tangan Kristan yang hendak mengusap wajahnya membuat Bella buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain."Jam berapa sekarang?" Tanya Kristan dengan suara khas bangun tidur.Bella melihat jam dan terlihat jam 5 pagi saat itu."Jam 5 pagi."Kri
"Gue kayak bau cium aroma laki-laki di ruangan ini. Setau gue yang masuk ke ruangan lo itu kalau nggak gue ya Vino, manager keuangan. Tapi bau parfum Vino nggak kayak gini deh. Dia itu gue sering cium baunya kayak aroma kopi. Tapi aroma yang gue cium ini lebih ke mint, gue nggak percaya lo masukin laki-laki ke sini?"Firly bertolak pinggang, dia ingin meminta penjelasan atas apa yang terjadi di ruangan Bella saat ini."Gue baru aja masuk tapi lo langsung sidang gue di tempat. Gue capek Ly, lo tau sekarang apa julukan gue di rumah jadi inem pelayan seksi. Sekarang gue butuh istirahat sebentar."Bella duduk di kursi nyamannya dengan membuka sepatu high yang Bella kenakan untuk berjalan dari rumah ke kantor. Sensasi gelitik dari bulu di karpet membuat perasaan Bella lebih baik dan juga Bella bisa bernafas lebih lega sekarang."Gue nggak kira ya Kristan bisa buat lo lemas begini. Wah dia keren juga, hot guy. Berapa ronde lo kemarin sama dia?"
Pesta perayaan malam itu yang Bella kira hanya ada jamuan makan malam biasa dan acara ramah tamah seperti obrolan biasa. Tidak begitu yang Bella dapati. Pesta ini malah lebih meriah. Alunan musik lembut terdengar ke telinga setelah makan malam keluarga."Kamu mau berdansa bersamaku Bella?" Kristan berbisik ke telingaku."Aku tidak bisa berdansa Kristan. Aku paling buruk untuk melakukan dansa.""Kamu itu belum pernah mencobanya. Jadi jangan bilang kalau kamu tidak bisa. Kita akan coba dan aku yakin kamu itu pandai."Kristan mengulurkan tangannya dan Bella yang sempat ragu mau tidak mau mencoba sebisa dia."Perhatikan langkah kakimu dan jangan gugup, itu kunci utamanya. Kamu tau dansa itu tidaklah buruk, kalau kamu bisa dan berniat melakukannya. Semua akan bisa pada akhirnya. Jangan mengeluh dulu karna mengeluh itu hanya untuk menghambat semuanya."Bella mencoba dan sesekali terlihat buruk, kakinya malah menginjak Kristan atau gerakannya
"Jangan pernah mendekati wanita yang sudah jadi milikku Nathan. Carilah wanita lain yang ada diluar sana. Di antara banyaknya wanita aku yakin kamu pasti menemukan satu wanita yang paling berharga untuk kamu kelak."Nathan tertawa akibat kata-kata sinis adik kandungnya itu, Kristan terlihat posesif sekali sama Bella."Kamu lucu Kristan, aku tidak akan mengambil kepemilikkanmu itu. Aku tau memang dia sangat cantik. Makanya kamu memilih dia untuk dijadikan istri. Tapi percayalah aku hanya ingin berkenalan. Tidak lebih dari itu, masa aku punya adik ipar aku belum tau sama sekali tentang dia. Itu sangat lucu bukan.""Terakhir kali aku punya mainan kamu selalu saja merebutnya Nathan." geram Kristan pada Nathan, terlihat sekali rahang kokoh Kristan mengeram sempurna. Bella bisa melihat ada rasa tidak suka yang terpancar dari raut wajah itu. Aku rasa persaingan Adik dan Kakak itu hal yang sudah biasa. Dimana pun itu, mereka akan saling bertengkar memperlihatkan s
Bella ingin menentukan sebuah pilihan. Jika Kristan mau mendengar pilihannya, Bella mungkin akan senang dan mengatakan Kristan laki-laki yang mengerti akan wanita. Namun keinginan Bella hanya sekedar angan saja.Bella sudah menjelaskan pada Kristan bahwa Bella ingin lekas tidur karna tubuhnya ingin segera terlelap. Faktanya tidak begitu, setelah mobil kami memasuki mansion Kristan, Kristan langsung membawaku masuk dengan cara memanggulku seperti karung beras. Seketika Bella menjadi menjerit keras akibat perbuatan dari Kristan ini. Yang benar saja perbuatan yang Kristan lakukan sungguh membuatnya kesal setengah mati sampai kami berada di dalam kamar dan Kristan menjatuhkanku ke ranjang kami."Kristan tunggu kamu tidak mungkin melakukan itu kan?""Melakukan apa?""Aku lelah. Tidak bisakah ditunda besok saat aku tidak lelah?""Maaf waktunya tidak tepat untuk kamu meminta persetujuan dariku.""Kamu memang laki-laki tak berperasaan."
Xavier datang ke kantor Bella untuk melihat keadaan Bella saat ini. Xavier tidak peduli dengan pekerjaan setumpuk di kantornya. Yang Xavier pedulikan adalah memastikan Bella sudah baik-baik saja."Maaf Tuan apa yang anda lakukan di sini?" saat Firly akan membawakan roti dan minuman hangat untuk Bella, Firly melihat seseorang memasuki ruangan Bella tanpa bertanya terlebih dahulu. Sepertinya laki-laki ini sudah tau betul letak ruangan Bella saat itu. Makanya laki-laki itu tidak ragu untuk melangkah masuk ke dalamnya. Firly belum pernah melihat laki-laki ini sebelumnya. Sepertinya dia bukan pekerja di kantor ini. Perasaannya mulai tidak tenang dan pikirannya menjadi dimasuki dengan pikiran macam-macam.Laki-laki itu berjongkok dan memandang Bella yang masih tertidur dengan hembusan tenang yang keluar dari hidungnya. Tidurnya sama sekali tidak terganggu saat laki-laki itu datang. Laki-laki itu menaruh tangannya di dahi dan merasakan bagaimana suhu tubuh Bella saat itu.&nbs